Pages

Thursday, July 25, 2024

Gambaran Umum Circular Economy : Bab 2.4

AIR TAWAR

71% planet Bumi sebenarnya tertutup air, namun yang merupakan air tawar hanya 2% dan yang mudah diakses hanya 1% saja. Sisanya sebagian besar terjebak dalam es. 

Untuk penggunaannya, di seluruh dunia, 70% hingga 80% air tawar digunakan untuk produksi pangan dan pertanian, kemudian 10% hingga 20% untuk industri. Berdasarkan National Geographic, hanya 0,007% air yang tersedia di Bumi diperuntukkan bagi 7 milyar manusia.

Secara keseluruhan, menurut PBB, diperkirakan pada tahun 2050, sebanyak 5 milyar orang akan kesulitan air tawar.

Hal ini diperparah dengan banyak danau besar di dunia yang mengalami kekeringan, setidaknya dalam 100 tahun terakhir, yaitu diantaranya: 

  • Laut Aral di Asia tengah, kehilangan 90% volume
  • Danau Mead di Las Vegas, kehilangan 400 milyar galon air dalam setahun
  • Danau Poopo di Bolivia, sudah kering
  • Danau Orumiyeh di Iran, kehilangan 80% air dalam 30 tahun
  • Danau Chad, hampir kering secara total

Padahal diperkirakan selama 30 tahun ke depan, kebutuhan air dari sistem pangan dunia diperkirakan baik sekitar 50%, dari kota dan industri naik 50% hingga 70%, dan dari energi 85%.

Pemanasan global dan perubahan iklim menyebabkan es kutub mencair. Hal ini mengakibatkan efek domino, dimana penyakit purba yang sebelumnya beku dalam es hidup kembali. Hal ini mengakibatkan sistem kekebalan tubuh tidak tahu cara melawan penyakit purba tersebut. Diantaranya mikroba yang dimaksud adalah:

  • Esktreofil berumur 32.000 tahun hidup kembali pada tahun 2005
  • Bakteri berumur 8 juta tahun tahun hidup kembali pada tahun 2007
  • Cacing yang membeku berumur 42.000 tahun hidup kembali pada tahun 2018

Selain itu, di Alaska para peneliti menemukan sisa-sisa flu 1918 yang dulunya menulari hingga 500 juta orang dengan menewaskan 50 juta orang, setara dengan 3% penduduk dunia. Dan pada tahun 2016, seorang anak meninggal akibat ketularan antraks dari bangkai rusa yang mati akibat bakteri tersebut pada 75 tahun lalu dan tersingkap saat es abadi mencair.

Di sisi lain pemanasan global ini juga bisa menyebabkan mutasi yang menyebabkan mikroorganisme yang semula berkarakter biasa dan normal (tidak berbahaya) menjadi ganas, mutasi yang berupa perubahan kromosom gen juga bisa menyebabkan perubahan sifat atau karakter individu dan mikroorganisme.


Thursday, June 27, 2024

Gambaran Umum Circular Economy : Bab 2.3

PARADOKS FERMI 

Sebuah paradoks Fermi atau yang disebut juga dengan Great Silence (Kesunyian Besar) mengatakan bahwa, jika alam semesta begitu luas dan besar, namun mengapa kita belum menemukan kehidupan cerdas lainnya seperti di Bumi?

Bisa jadi jawabannya cukup sederhana, yaitu iklim.

 


Fermi-Paradox

Karena sepanjang pengamatan para peneliti yang kita ketahui, tidak ada planet lain yang lebih cocok dibandingkan planet Bumi untuk menghasilkan kehidupan. Namun saat ini, akibat dari pemanasan global yang mengakibatkan climate change atau perubahan iklim, planet Bumi menjadi semakin terancam. Belum ada manusia modern yang pernah hidup di Bumi yang sepanas Bumi sekarang.

Saat ini memang pemanasan global yang terjadi sejak manusia menggunakan bahan bakar fosil, telah menyebabkan kenaikan suhu 1,1 derajat Celcius. Hal ini diakibatkan gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembakaran tersebut menjebak panas di Bumi.

Kita cenderung meremehkan perbedaan angka kecil yang muncul dari peningkatan suhu yaitu mulai dari peningkatan suhu 2 derajat, 3 derajat hingga 5 derajat. Mari kita bayangkan akibat yang ditimbulkan dari peningkatan suhu 2 derajat Celcius, yaitu lapisan es akan hancur, 400 juta orang akan kesulitan air, kota-kota besar di sekitar khatulistiwa menjadi tidak layak huni, gelombang panas akan dapat menewaskan ribuan orang.

Peningkatan suhu 3 derajat Celcius, Eropa selatan akan mengalami kekeringan permanen, kebakaran hutan semakin meluas dan merajalela.

Peningkatan suhu 4 derajat Celcius, akan terjadi tambahan 8 juta kasus demam berdarah, krisis pangan global, kematian terkait panas akan naik 9 persen dan kerusakan akibat banjir dari sungai akan meningkat pesat. 

Peningkatan suhu 5 derajat Celcius, seperti yang terjadi pada 250 juta tahun yang lalu, akan mengakibatkan 96% spesies punah. 

Hampir semua kepunahan massal diatas diakibatkan oleh gas rumah kaca yang menyebabkan perubahan iklim. Setidaknya di bumi telah mengalami 5 kepunahan massal, yaitu pada:

  • 450 juta tahun yang lalu, yang mengakibatkan 86% spesies punah
  • 70 juta tahun kemudian, yang mengakibatkan 75% spesies punah
  • 100 juta tahun kemudian, yang mengakibatkan 96% spesies punah
  • 50 juta tahun kemudian, yang mengakibatkan 80% spesies punah
  • 150 juta tahun kemudian, yang mengakibatkan 75% spesies punah

Sungguh besar dampak yang akan diakibatkan oleh pemanasan global dan perubahan iklim. Oleh karena itu kita tidak boleh menjadi egois karena dampak yang diterima adalah orang yang tinggal di tempat lain bahkan pada anak yang belum lahir.

Bagi kita yang awam, ingat lagi saat siang hari bekerja di kantor, lalu aliran listrik mati sehingga AC yang ada di ruangan tidak dapat bekerja untuk mendinginkan ruangan. Kita akan mengerti bagaimana tidak nyaman saat bekerja dalam suasana tersebut.

Diperkirakan pada tahun 2050 nanti akan terdapat 9 miliar AC (alat pendingin) dengan berbagai jenis demi untuk mengatasi panas tersebut, namun hal tersebut bukan lah solusi yang ekonomis dan juga bukan solusi yang "hijau".

Urban Heat Island (UHI): Fenomena dan Dampaknya


Bumi sudah tidak baik-baik saja karena pemanasan global bukanlah sebuah perkataan belaka. Kini berbagai fenomena gegara perubahan iklim timbul mengancam Bumi, seperti Urban Heat Island (atau UHI).

Fenomena tersebut tahun ke tahun semakin parah, yang ditandai dengan suhu yang semakin meningkat. Kini seluruh kota di Indonesia mengalami tren peningkatan suhu yang signifikan antara 0,2-1 derajat celcius per 30 tahun. Indonesia tercatat sebagai peringkat pertama dari 54 negara yang berisiko tinggi terancam krisis iklim.

Urban Heat Island atau Pulau Panas Perkotaan adalah fenomena di mana suhu di daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan daerah sekitarnya yang lebih rural. Ini disebabkan oleh penggunaan material seperti beton dan aspal yang menyerap panas, kepadatan bangunan yang mengurangi aliran udara, aktivitas manusia yang menghasilkan panas, dan kurangnya ruang hijau. 

Dampak UHI termasuk masalah kesehatan seperti heat stroke, peningkatan penggunaan energi untuk pendinginan, dan penurunan kualitas udara. Untuk mengurangi efek UHI, strategi yang efektif meliputi penanaman pohon, penggunaan material reflektif, implementasi atap hijau, dan perencanaan kota yang cerdas. 

Langkah-langkah ini penting untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih sejuk dan sehat bagi penduduknya.

Mari kita bahas lebih lanjut.

Penyebab Urban Heat Island

Beberapa penyebab Urban Heat Island adalah,

1. Permukaan Beton dan Aspal.
Material seperti beton dan aspal menyerap lebih banyak panas dari sinar matahari dibandingkan dengan vegetasi alami. Ini menyebabkan suhu permukaan meningkat secara signifikan.

2. Kepadatan Bangunan.
Bangunan tinggi dan padat mengurangi aliran udara, sehingga panas terjebak di antara bangunan-bangunan tersebut.

3. Aktivitas Manusia.
Penggunaan kendaraan, industri, dan pendingin udara melepaskan panas ke lingkungan, menambah suhu keseluruhan di area perkotaan.

4. Kurangnya Ruang Hijau.
Vegetasi membantu menyejukkan udara melalui proses evapotranspirasi. Kurangnya ruang hijau di kota-kota besar memperburuk efek UHI.


Dampak Urban Heat Island.

Beberapa dampak dari Urban Heat Island adalah, 

1. Kesehatan.
Suhu yang lebih tinggi dapat menyebabkan masalah kesehatan seperti heat stroke, dehidrasi, dan memperburuk kondisi kesehatan kronis.

2. Energi.
Peningkatan suhu menyebabkan peningkatan penggunaan energi untuk pendinginan, yang dapat memperbesar beban pada sistem kelistrikan.

3. Lingkungan.
Suhu tinggi dapat mempengaruhi kualitas udara, meningkatkan polusi ozon, dan memperburuk perubahan iklim.

4. Ekonomi.
Dampak kesehatan dan energi yang lebih tinggi dapat meningkatkan biaya perawatan kesehatan dan tagihan energi.

Strategi Mitigasi Urban Heat Island.

Beberapa strategi mitigasi dari Urban Heat Island adalah,

1. Penanaman Pohon dan Taman.
Menambah jumlah ruang hijau dapat membantu menurunkan suhu dan meningkatkan kualitas udara.

2. Penggunaan Material Reflektif.
Menggunakan material bangunan yang memantulkan lebih banyak cahaya matahari dapat mengurangi penyerapan panas.

3. Atap dan Dinding Hijau.
Implementasi atap dan dinding hijau dapat membantu mendinginkan bangunan dan mengurangi efek UHI.

4. Desain Perkotaan yang Cerdas.
Merancang kota dengan memperhatikan sirkulasi udara dan penggunaan lahan yang bijaksana dapat membantu mengurangi suhu perkotaan.

Urban Heat Island adalah tantangan besar bagi kota-kota modern, namun dengan strategi yang tepat, dampaknya dapat dikurangi. Kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta sangat penting untuk menciptakan lingkungan perkotaan yang lebih sejuk dan sehat.

Untuk itu, sudah saatnya semua manusia termasuk anak muda mulai bergerak melakukan langkah-langkah mitigasi agar kerugian bisa diminimalisir.


Sumber :
https://www.detik.com/edu/edutainment/d-7411616/suhu-di-seluruh-kota-ri-naik-signifikan-imbas-fenomena-uhi-apakah-itu

Saturday, June 15, 2024

Gambaran Umum Circular Economy : Bab 2.2

HUBUNGAN SAPI DAN PEMANASAN GLOBAL

Ternyata global warming atau pemanasan global terjadi tidak hanya dipicu dari bahan bakar fosil dan pabrik industri. Sapi juga turut menyebabkan gas efek rumah kaca. Bahkan para peneliti percaya bahwa emisi gas rumah kaca dari sektor peternakan sapi ikut menyumbang 65%, yaitu dari gas metana yang dikeluarkan oleh sapi saat sendawa, kentut, dan kotoran.

Gas metana ini menyumbang 16% dari total efek pemanasan global. Potensi pemanasan global mencapai 28 hingga 36 kali lipat, yang berujung menghasilkan karbon dioksida.

Sehingga perlu ada inovasi kreatif yang dilakukan untuk mengurangi gas metana pada sapi.

Hutan terbesar dan terluas di dunia, yaitu hutan Amazon sedang sakit. Terjadi pembalakan hutan yang dikarenakan menjamurnya peternakan sapi. Puluhan, ratusan atau bahkan ribuan sapi yang melenggang berkelompok sedang merumput.

Perluasan ladang ternak dituding sebagai perusak nomor satu Hutan Amazon. Tanah di Amazon sebetulnya tidak cukup subur untuk ditanami rumput sehingga harus dibantu pupuk kimia untuk menumbuhkan rumput. Rumput Amazon tidak cukup kuat untuk tumbuh tanpa rimbun pepohonan sehingga harus didatangkan rumput dari Amerika Serikat yang bisa tumbuh di padang rumput.

Sapi lokal Brasil tidak cocok untuk diternakkan di kawasan ini sehingga harus didatangkan dari India.

Untuk itu perlu ada inovasi juga dalam hal makanan. Dan diprediksi tidak akan lagi orang yang mengkonsumsi makanan olahan daging pada tahun 2040. Para ahli memperkirakan sekitar 60% dari produk daging yang dikonsumsi pada 20 tahun mendatang akan diganti dengan produk nabati atau alternatif budidaya lainnya yang diolah layaknya sebuah daging. 

Sehingga dampak lingkungan bisa ditekan.

Dampak lingkungan tersebut misalnya adanya emisi yang mendorong krisis iklim hingga habitat liar yang rusak karena dihancurkan untuk lahan pertanian dan timbulnya pencemaran sungai dan lautan. 

AT Kearney memperkirakan sekitar 1 miliar dolar AS telah diinvestasikan dalam penggantian daging nabati seperti yang diproduksi oleh perusahaan – perusahaan Amerika seperti Beyond Meat dan Impossible Foods, sebagaimana ditulis Independent. 

Daging nabati ini kemudian dibuat dengan membudidayakan sel hewan dalam bioreaktor tanpa adanya penyembelihan hewan tersebut. Kemudian diproduksi dengan mengekstraksi sel dari hewan hidup dan memperbanyaknya diluar tubuh hewan dengan menggunakan alat bioreaktor.

Thursday, June 6, 2024

Gambaran Umum Circular Economy : Bab 2.1

BAB 2

LATAR BELAKANG DAN SITUASI SAAT INI

Bagi yang lahir dan besar di tahun 1980-an, maka akan pernah mengalami saat akan tidur mencari selimut untuk menghangat tubuh. Lalu 20 tahun kemudian yaitu pada tahun 2000-an, akan sangat tidak nyaman dan nyenyak jika kita tidur tanpa ditemani oleh kipas angin. Dan di tahun 2020-an setelah 20 tahun berikutnya, banyak sekali kita yang tidur harus menggunakan AC agar tidak gerah.

Semua ini dikarenakan suhu global telah mengalami peningkatan secara terus menerus sejak masa industrial yaitu sejak tahun 1880-an. Hingga saat ini tahun 2021 telah mengalami peningkatan suhu hampir mencapai 1 derajat Celcius.

Berdasarkan data observasi BMKG mulai dari tahun 1981 hingga tahun 2018, tercatat tren suhu di Indonesia secara umum suhu di Indonesia baik suhu minimum, rata-rata, dan maksimum memiliki tren yang bernilai positif dengan besaran yang bervariasi sekitar 0.03 °C setiap tahunnya. 

Jadi jika suhu mengalami kenaikan 0.03 °C setiap tahunnya maka dalam 30 tahun akan mengalami kenaikan sebesar 0.9 °C.

Bahkan sumber lain menyebutkan bahwa akibat dari pemanasan global ini bumi mengalami kenaikan suhu global sejak sekitar 1980 sampai 2021 meningkat 2X lebih cepat daripada periode sebelumnya. Bahkan saat ini kenaikan suhu udara di Indonesia mengakibatkan cuaca ekstrem dengan intensitas yang semakin meningkat, durasi yang semakin panjang dan frekuensinya semakin sering. 

Oleh karenanya pada tanggal 12 Desember 2015 silam ditandatangani Paris Agreement oleh 197 negara untuk menahan kenaikan suhu dunia dibawah 2 °C, jika memungkinkan 1,5 °C, dibandingkan angka sebelum masa Revolusi Industri.

Bahkan akibat perubahan iklim ini suhu panas ekstrem mencapai hingga di atas 50° Celcius dan jumlah meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1980-an, serta meningkat setiap tahun di 4 dekade terakhir. Hal ini dikarenakan semakin memanasnya Bumi, suhu ekstrem semakin mungkin terjadi, dan dengan semakin intens.

Suhu yang mencapai 50°C umumnya terjadi di Timur Tengah dan kawasan Teluk. Temperatur sempat yang memecah rekor, setinggi 48,8°C di Italia dan 49,6°C di Kanada musim panas. Eropa Timur, bagian selatan Afrika, dan Brasil merasakan suhu maksimum naik hingga lebih dari 1°C, sementara beberapa wilayah Arktik dan Timur Tengah merekam kenaikan suhu lebih dari 2°C.


REVOLUSI HIJAU

Pada jaman pra-industri, tepatnya sebelum sekitar abad ke-18, siklus karbon bumi kemungkinan masih seimbang, dalam artian tumbuhan menyerap karbon kira-kira sebanyak dengan apa yang dikeluarkan oleh makhluk bumi yang lain. Kemudian kita menggunakan bahan bakar fosil yang terbuat dan yang tersimpan di bawah tanah yang berupa minyak, batu bara dan gas alam. Sehingga emisi gas rumah kaca naik drastis pada tahun 1850-an.

Sejumlah 51 miliar ton gas rumah kaca yang dibuang ke atmosfer setiap tahunnya. Gas rumah kaca ini akan menjebak panas sehingga menyebabkan suhu menjadi naik, lalu berujung pada perubahan iklim hingga bencana iklim yang berdampak negatif pada lingkungan dan manusia.

Untuk itu, tidak cukup jika kita hanya mengurangi emisi karbon, namun harus menghilangkannya. Karena dengan penurunan emisi menjadi 50% pun tidak akan menghentikan kenaikan suhu dan tidak akan dapat memperbaiki keadaan dan menyelesaikan masalah, hanya sekedar memperlambat saja.

Perlu diketahui, kenaikan suhu 2 derajat Celcius saja maka akan dapat banyak menyebabkan masalah. Saat ini, rata-rata global sudah naik kisaran 1 derajat Celcius dibandingkan pada saat zaman pra-industri. Dan diperkirakan akan naik hingga 3 derajat di pertengahan abad ke-21, dan bahkan akan dapat naik 4-8 derajat Celcius di akhir abad ke-21.

Adalah Bill Gates, yang selama ini kita kenal sebagai expert di bidang perangkat lunak, namun dimulai tahun 2000-an hingga saat ini aktif berbicara di depan umum, menulis buku dalam wadah Gates Foundation yang salah satu fokusnya pada bidang kesehatan global, yang juga berhubungan dengan kemiskinan energi.

Mengenai kesehatan global, apa yang terjadi di dunia sejak tahun 2020 lalu, yaitu Pandemi coronavirus, sebenarnya telah diingatkan oleh Bill Gates pada tahun 2015 jauh sebelumnya saat beliau memberikan kuliah TEDx bahwa kita perlu membuat sistem untuk mendeteksi dan menanggapi wabah yang dapat menyebabkan pandemi secara global.

Karena pandemi tersebut menyebabkan kegiatan ekonomi melambat. Misalkan jika gas rumah kaca juga hanya berkurang 5% sehingga hanya akan menjadi 48-49 miliar ton karbon, namun untuk mencapai hal tersebut, memerlukan biaya yang cukup mahal, dimana 1 juta orang meninggal dan puluhan juta orang kehilangan pekerjaan. Jumlah tambahan tingkat kematian global sekitar 14 per 100.000 orang per tahun.

Dalam perubahan iklim, sejatinya kelompok miskin yang paling dirugikan, misalnya mulai dari kondisi yang rentan, kekeringan hingga banjir. Perubahan iklim meliputi kejadian gelombang panas, kenaikan jumlah badai dan badai yang semakin parah. Diperkirakan perubahan iklim ini akan dapat menyebabkan jumlah tambahan tingkat kematian global sekitar 75 per 100.000 orang per tahun.

Sebanyak 27 persen dari semua emisi gas rumah kaca disebabkan oleh energi listrik yang berasal dari bahan bakar fosil, untuk itu kita disarankan menggunakan energi ramah lingkungan seperti energi angin dan surya sebagai sumber energi terbarukan yang masih belum banyak digarap.

Namun, harus diingat masih tersisa 73% emisi gas karbon penyebab rumah kaca.

Bahan bakar fosil sangat akrab dan dekat dengan kita, dimulai dari plastik yang terkandung pada sikat gigi kita berasal dari minyak bumi. Beras dan roti yang kita makan saat sarapan pagi juga mempunyai kaitan dengan bahan bakar fosil, mulai dari pupuk, bensin dan sapi. Sebagian bahan baju yang kita kenakan dibuat dari turunan minyak bumi, kertas yang kita pakai dari pohon yang kita tebang juga menyebabkan emisi karbon. Dunia saat ini mengkonsumsi minyak sebanyak 4 miliar gallon per hari.

Berkat inisiasi Bill Gates, akhirnya terbentuk kelompok Breakthrough Energy Coalition, yaitu berkumpulnya 26 investor yang kemudian menjadi organisasi Breakthrough Energy yang kemudian juga beserta 24 negara-negara meluncurkan Mission Innovation di konferensi iklim PBB di Paris pada tahun 2015. 

Breakthrough Energy, mempunyai website breakthroughenergy.org, akan mendanai teknologi yang mampu menghilangkan setidaknya 500 juta ton per tahun, yaitu sekitar 1 persen emisi global per tahun.

Persetujuan Paris tersebut menyepakati bahwa 190 lebih negara setuju akan membatasi emisi, diperkirakan pada tahun 2030, dapat mengurangi 12 persen emisi karbon, yaitu sekitar 3 - 6 miliar ton emisi.

Eropa mengurangi jejak karbon sektor penerbangan setara 17 juta ton per tahun, atau sekitar 0,03 persen dari emisi global per tahun.

  • 4 persen emisi global dari sapi.
  • 10 persen emisi global dari pembuatan semen dan baja.
  • 16 persen emisi global dari transportasi.
  • 27 persen emisi global dari listrik.

Sapi? ya benar. Di dunia terdapat 1 milyar sapi yang mengeluarkan gas metana dari sendawa dan kentut setara 2 milyar ton karbondioksida.

Mengenai hubungan sapi dan emisi gas karbon akan kita bahas di sub bab “Hubungan Sapi dan Pemanasan Global”.

Lambat laun solusi iklim inovatif telah diminati, karena selain dampak positif yang bagi manusia dan lingkungan, juga perusahaan dan industri nol karbon akan menjadi pemimpin ekonomi global di masa mendatang.

Salah satu solusi sederhana adalah penanaman hutan mangrove, karena pohon ini dapat hidup di air bergaram yang mempunyai beberapa fungsi, mulai dari mengurangi luapan air, mencegah banjir rob, melindungi habitat ikan hingga dapat memperbaiki mutu air. Hutan mangrove secara global dunia dapat menghindari kerugian akibat banjir hingga $80 miliar per tahun. Hutan mangrove lebih murah daripada kita membangun pemecah ombak.

Selain murah dari sisi ekonomi tentunya juga menjadi solusi hijau.

Hingga solusi yang lebih kompleks, geoengineering, untuk mengkompensasi pemanasan akibat gas rumah kaca dengan mengurangi jumlah cahaya matahari yang masuk ke bumi sekitar 1 persen, yaitu dengan mendistribusi zarah-zarah sangat halus di lapisan atas atmosfer bumi. Lainnya adalah membuat awan menjadi berwarna cerah dengan menyemprotkan garam sehingga dapat mendinginkan bumi.

Dalam mengatasi perubahan iklim ini, semua harus bekerja sama, harus saling membantu. Membantu pihak lain juga merupakan demi kepentingan kita sendiri, karena suhu tidak akan berhenti naik di Asia jika emisi tidak berhenti naik di Afrika misalnya. Semua saling terkait.

Untuk itu Revolusi Hijau harus segera digalakkan.

Thursday, May 30, 2024

Gambaran Umum Circular Economy : Bab 1


BAB 1.

THREE SECONDS.


Di tahun 2016, sebuah film pendek berjudul “Three Seconds” yang disutradarai oleh Spencer Sharp dari Amerika Serikat, memenangkan juara pertama Film Four Climate Global Video Competition. Film berdurasi 4 menit ini dibintangi oleh Prince EA dalam sebuah monolog yang dimulai dengan pemaparan mengenai usia bumi yang sudah mencapai 4,5 milyar tahun, sementara usia peradaban manusia adalah 140.000 tahun. Bila usia bumi dan peradaban manusia dikompresi dalam waktu 24 jam, maka keberadaan umat manusia sampai dengan saat ini adalah setara dengan tiga detik. Dan dalam waktu tiga detik tersebut, umat manusia telah menciptakan teknologi yang sangat maju dibandingkan peradaban-peradaban sebelumnya. Umat manusia telah menemukan serta menciptakan peralatan berteknologi tinggi, yang memungkinkan manusia mendarat di bulan, teknologi informatika yang canggih, teknologi pemisahan atom, dan prestasi lainnya.

Namun demikian, disamping pencapaian yang telah dicapai, umat manusia juga menciptakan masalah yang mengarah pada semakin rusaknya bumi dan alam ini. Kerusakan yang ditimbulkan oleh peradaban manusia modern telah menyebabkan timbulnya pemanasan global yang mengarah kepada serangkaian permasalahan yang terjadi di muka bumi.


Pemanasan Global.

Sejak dimulainya Revolusi Industri, suhu bumi telah meningkat sebanyak satu derajat Celcius. Dan selama periode 1880 - 1980, suhu bumi rata-rata naik sebesar 0,07 derajat Celcius setiap sepuluh tahun. Namun, sejak tahun 1981, kenaikannya telah meningkat menjadi lebih dari dua kali lipat. Sembilan dari sepuluh tahun terpanas sejak 1880, telah terjadi sejak 2005—dan lima tahun terpanas yang tercatat semuanya terjadi sejak 2015. Hal ini disebabkan oleh peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer, terutama dari aktivitas manusia seperti pembakaran bahan bakar fosil serta pertanian dan peternakan.

 

Penyebab Pemanasan Global.

1. Bahan Bakar Fossil.

Ketika bahan bakar fosil seperti batu bara, gas, dan minyak dibakar untuk menghasilkan listrik atau menggerakkan mesin, maka polusi CO2 akan dilepaskan ke atmosfer.

Pembangkit listrik adalah salah satu penyebab utama polusi karbon karena 73% energi listrik berasal dari pembakaran batu bara dan 13% dari pembakaran minyak atau gas. Sisanya sebesar 14% berasal dari sumber energi terbarukan seperti air, matahari, dan angin, yang tidak melepaskan karbon.


2. Deforestasi dan Penebangan Pohon.

Tumbuh-tumbuhan dan pepohonan berperan penting dalam mengatur iklim karena dapat menyerap CO2 (atau karbon dioksida) dari udara dan melepaskan oksigen sebagai gantinya. Hutan dan semak belukar berperan sebagai penyerap karbon, dan merupakan sarana yang berharga untuk menjaga agar pemanasan global tidak naik menuju 1,5°Celcius.

Namun, karena jumlah manusia yang terus bertambah, menyebabkan diperlukannya membuka lahan seluas-luasnya di seluruh dunia untuk pertanian, pembangunan perkotaan dan infrastruktur atau untuk menjual produk pohon seperti kayu dan minyak sawit. Ketika vegetasi dihilangkan atau dibakar, karbon yang tersimpan dilepaskan kembali ke atmosfer sebagai CO2, sehingga berkontribusi terhadap pemanasan global. Seperlima dari polusi gas rumah kaca global berasal dari deforestasi dan degradasi hutan.


3. Pertanian dan Peternakan.

Hewan ternak seperti domba dan sapi menghasilkan metana, salah satu gas rumah kaca. Ketika ternak merumput dalam skala besar, jumlah metana yang dihasilkan merupakan penyumbang besar pemanasan global.


Dampak Pemanasan Global.

Pemanasan global telah menimbulkan dampak yang merugikan bagi lingkungan serta manusia di seluruh dunia. Beberapa dampak dari pemanasan global adalah sebagai berikut,


1. Cuaca Ekstrim.

Pemanasan global menyebabkan cuaca ekstrem selain dingin atau panas yang ekstrem. Misalnya, formasi badai di seluruh dunia akan berubah, karena angin badai mendapatkan energinya dari perbedaan suhu antara lautan tropis yang hangat dan atmosfer atas yang dingin. Pemanasan global akan meningkatkan perbedaan suhu tersebut.

Petir adalah fitur cuaca lain yang dipengaruhi oleh pemanasan global. Menurut sebuah studi tahun 2014, peningkatan 50 persen dalam jumlah sambaran petir di Amerika Serikat diperkirakan akan terjadi pada tahun 2100 jika suhu global terus meningkat. Para peneliti dari studi tersebut menemukan peningkatan 12 persen dalam aktivitas petir untuk setiap satu derajat celcius pemanasan di atmosfer.

Para ilmuwan memproyeksikan bahwa peristiwa cuaca ekstrem, seperti gelombang panas, kekeringan, badai salju, dan badai hujan akan terus terjadi lebih sering dan dengan intensitas yang lebih besar karena pemanasan global.


2. Pencairan Es.

Amerika Utara, Eropa, dan Asia semuanya mengalami tren penurunan tutupan salju antara tahun 1960 dan 2015, menurut penelitian tahun 2016 yang diterbitkan dalam jurnal Current Climate Change Reports. Mencairnya lapisan es dapat menyebabkan tanah longsor, dan juga dapat melepaskan mikroba yang telah lama terkubur, seperti kasus yang terjadi di tahun 2016 ketika bangkai rusa yang terkubur mencair dan menyebabkan wabah antraks.

Salah satu efek paling dramatis dari pemanasan global adalah berkurangnya gunung es di laut Arktik. Gunung es laut mencapai rekor terendah pada musim gugur dan musim dingin 2015 dan 2016. Dalam situasi ini akan lebih sedikit panas yang dapat dipantulkan kembali ke atmosfer oleh permukaan es yang mengkilap dan lebih banyak diserap oleh lautan yang relatif lebih gelap, menciptakan lingkaran umpan balik dan akan menyebabkan lebih banyak gunung es yang mencair.


4. Tinggi Permukaan dan pengasaman laut.

Secara umum, saat es mencair, permukaan air laut akan ikut naik. Di tahun 2014, Organisasi Meteorologi Dunia melaporkan bahwa kenaikan permukaan laut meningkat rata-rata 3 milimeter per tahun di seluruh dunia. Ini sekitar dua kali lipat kenaikan tahunan rata-rata 1,6 millimeter di abad ke-20. Dan ditambahkan dengan mencairnya lapisan es dan gletser di Greenland, Amerika Utara, Amerika Selatan, Eropa dan Asia, diperkirakan akan menaikkan permukaan laut secara signifikan. Jika tren ini terus berlanjut, maka akan banyak wilayah pesisir di seluruh dunia, di mana setengah dari populasi manusia di Bumi tinggal, akan terendam oleh air laut.

Menurut laporan yang dibuat oleh IPCC (The Intergovernmental Panel on Climate Change), jika emisi gas rumah kaca tetap tidak terkendali, permukaan laut global dapat naik setinggi 0,9 meter pada tahun 2100. Perkiraan itu merupakan peningkatan dari perkiraan 0,3 hingga 0,8 meter yang diprediksi dalam laporan IPCC di tahun 2007 mengenai kenaikan permukaan laut di masa depan.

Permukaan laut bukan satu-satunya hal yang berubah untuk lautan karena pemanasan global. Ketika tingkat CO2 meningkat, lautan menyerap sebagian dari gas itu, yang meningkatkan keasaman air laut.

Sejak Revolusi Industri dimulai pada awal 1700, keasaman lautan telah meningkat sekitar 25 persen. Dan jika tren pengasaman laut saat ini terus berlanjut, maka terumbu-terumbu karang diperkirakan akan menjadi semakin langka. Di tahun 2016 dan 2017, sebagian Great Barrier Reef di Australia mengalami pemutihan (atau bleaching), sebuah fenomena di mana karang mengeluarkan alga simbiotiknya. Pemutihan adalah tanda stres yang disebabkan oleh air yang terlalu hangat, pH yang tidak seimbang, atau polusi.


5. Tumbuhan dan hewan.

Menurut laporan dari National Academy of Sciences, banyak spesies tumbuhan dan hewan telah berpindah jangkauannya ke utara atau ke ketinggian yang lebih tinggi sebagai akibat dari pemanasan global. 

Mereka tidak hanya bergerak ke utara, mereka bergerak dari khatulistiwa menuju kutub. Mereka cukup mengikuti kisaran suhu nyaman, yang bermigrasi ke kutub saat suhu rata-rata global menghangat. Ini menjadi masalah ketika laju kecepatan perubahan iklim lebih cepat daripada laju migrasi hewan. Karena itu, banyak hewan mungkin tidak dapat bersaing terhadap iklim baru ini dan mungkin akan punah.

Suhu yang lebih hangat juga akan memperluas jangkauan banyak patogen penyebab penyakit yang dulunya terbatas pada daerah tropis dan subtropis, membunuh spesies tumbuhan dan hewan yang sebelumnya terlindungi dari penyakit, yang jika dibiarkan, akan berkontribusi pada hilangnya hingga setengah tanaman Bumi dan sepertiga hewan pada tahun 2080.


6. Efek Sosial.

Sedramatis dampak perubahan iklim yang diperkirakan akan terjadi pada alam, perubahan yang terjadi pada manusia mungkin akan jauh lebih dahsyat.

Pertanian kemungkinan akan mendapat pukulan yang melumpuhkan. Meskipun musim tanam di beberapa daerah akan meluas, dampak gabungan dari kekeringan, cuaca buruk, kurangnya akumulasi pencairan salju, jumlah dan keragaman hama yang lebih besar, tabel air tanah yang lebih rendah, dan hilangnya lahan subur dapat menyebabkan kegagalan panen yang parah, dan kekurangan ternak di seluruh dunia.

North Carolina State University juga mencatat bahwa karbon dioksida mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Meskipun CO2 dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman, tanaman mungkin menjadi kurang bergizi.

Menurut sejumlah analisis dari berbagai sumber seperti Departemen Pertahanan Amerika Serikat, hilangnya ketahanan pangan ini, dapat menciptakan kekacauan di pasar pangan internasional yang dapat memicu kelaparan, kerusuhan pangan, ketidakstabilan politik, serta kerusuhan sipil di seluruh dunia.

Selain makanan yang kurang bergizi, efek pemanasan global terhadap kesehatan manusia juga diperkirakan akan serius. American Medical Association telah melaporkan meningkatnya penyakit yang dibawa oleh nyamuk seperti malaria dan demam berdarah, serta peningkatan kasus kondisi kronis seperti asma. Wabah virus Zika 2016, penyakit yang dibawa nyamuk, menyoroti bahaya perubahan iklim. Penyakit ini menyebabkan cacat lahir yang menghancurkan pada janin ketika wanita hamil terinfeksi, dan perubahan iklim dapat membuat daerah lintang yang lebih tinggi dapat dihuni oleh nyamuk yang menyebarkan penyakit ini.

Sunday, May 19, 2024

Ancaman PFAS terhadap Lingkungan

Langkah Berani Perancis dan Tantangan Global.

Perancis baru-baru ini mengambil langkah berani dengan mengesahkan Rancangan Undang-Undang (RUU) yang membatasi penggunaan produk yang mengandung per dan polyfluoroalkyl substances (PFAS), sebuah kemenangan besar dalam upaya melindungi kesehatan masyarakat dan lingkungan dari dampak bahan kimia berbahaya. Keputusan ini menandai momentum penting dalam pengakuan atas "skandal kesehatan abad ini," seperti yang disampaikan oleh politisi Perancis dan pemerhati lingkungan, Nicolas Thierry. Namun, keputusan untuk mengecualikan beberapa produk seperti panci Tefal dari larangan ini menimbulkan kekhawatiran di kalangan aktivis lingkungan.


Apa Itu PFAS?.

PFAS, atau zat per dan polifluorinasi, adalah bahan kimia buatan manusia yang dikenal sebagai "chemical forever" karena sifatnya yang sulit terurai. Terdiri dari sekitar 10.000 zat, PFAS memiliki sifat antilengket, tahan air, dan anti noda yang membuatnya banyak digunakan dalam berbagai produk seperti tekstil, kemasan makanan, dan peralatan dapur. Namun, sifat tahan lama ini membuat PFAS merusak lingkungan dan menimbulkan risiko kesehatan yang serius, termasuk kanker, disfungsi hormonal, dan masalah kesehatan lainnya.

PFAS dapat ditemukan di berbagai tempat, mulai dari air hujan hingga air susu ibu, menunjukkan betapa luasnya penyebaran bahan kimia ini. Politisi dan ekonom Perancis, Sandrine Rousseau, memperingatkan bahwa PFAS bisa menjadi skandal kesehatan yang sebanding dengan asbes, yang telah dilarang di Uni Eropa pada tahun 2005 karena sifat karsinogeniknya.


Langkah Perancis dan Tantangan Lobi Industri.

RUU yang disetujui oleh Majelis Nasional Perancis ini akan mulai membatasi produk yang mengandung PFAS non-esensial mulai Januari 2026, dan memperluas larangan ini ke semua industri tekstil pada tahun 2030. Salah satu aspek penting dari RUU ini adalah prinsip "pencemar membayar," yang mengharuskan produsen untuk menanggung biaya pembersihan kontaminasi bahan kimia pada air minum. Namun, pengecualian bagi panci Tefal dan beberapa peralatan dapur lainnya, yang sebagian besar didasarkan pada lobi dari produsen peralatan dapur SEB, menunjukkan adanya tantangan besar dalam melawan kepentingan finansial industri.

Politisi Perancis, Clémentine Autain, mengkritik keputusan ini, menegaskan bahwa "pengorbanan kesejahteraan individu dan kolektif di atas altar kepentingan finansial dan daya saing yang sakral harus dihentikan." Kritik ini mencerminkan kekhawatiran luas bahwa upaya untuk melindungi kesehatan publik dan lingkungan seringkali dikalahkan oleh kepentingan bisnis.


Upaya Global dan Harapan Masa Depan.

Perancis bukan satu-satunya negara yang berusaha membatasi penggunaan PFAS. Pada bulan Januari 2023, Denmark, Jerman, Belanda, Norwegia, dan Swedia mengajukan proposal bersama untuk melarang PFAS di Uni Eropa. Meskipun rencana Uni Eropa yang bocor pada bulan Oktober tampaknya menghilangkan proposal tersebut, ada harapan bahwa upaya untuk melarang PFAS secara umum dalam kemasan makanan dan mainan akan terus berlanjut.

Pada tahun 2020, Denmark menjadi negara pertama yang melarang bahan kimia PFAS. Tahun lalu, Amerika Serikat juga mengusulkan pembatasan penggunaan bahan kimia ini. Pembatasan ini menunjukkan kesadaran global yang semakin meningkat tentang bahaya PFAS dan perlunya tindakan tegas untuk melindungi lingkungan dan kesehatan manusia.


Pentingnya Kesadaran dan Aksi Kolektif.

Sebagai aktivis lingkungan, saya percaya bahwa kesadaran dan aksi kolektif adalah kunci dalam menghadapi ancaman PFAS. Publik perlu lebih sadar tentang bahaya bahan kimia ini dan mendesak pemerintah serta industri untuk mengambil langkah-langkah yang lebih kuat dalam melindungi lingkungan. Selain itu, penting untuk mendorong penelitian dan pengembangan alternatif yang lebih aman untuk menggantikan penggunaan PFAS dalam berbagai produk.

Langkah berani Perancis harus diikuti oleh negara-negara lain untuk menciptakan dampak global yang signifikan. Dengan bekerja sama, kita dapat mengurangi penggunaan PFAS, melindungi kesehatan manusia, dan menjaga kelestarian lingkungan untuk generasi mendatang. Mari kita bergerak bersama untuk menciptakan dunia yang lebih sehat dan berkelanjutan.


Sumber :

https://lestari.kompas.com/read/2024/04/06/183339386/perancis-larang-penggunaan-produk-mengandung-pfas-kecuali-panci-tefal?page=all#page2

Saturday, May 18, 2024

Pemanasan Laut Mencatat Rekor Terpanas



Mengatasi Krisis Iklim: Pemanasan Laut Mencatat Rekor Terpanas.

Tidak bisa dipungkiri lagi bahwa planet kita menghadapi krisis iklim yang semakin memburuk. Salah satu dampak paling mengkhawatirkan adalah pemanasan laut yang terus meningkat, yang baru-baru ini mencapai rekor terpanas dalam setahun terakhir. Sebagai aktivis lingkungan, penting bagi kita untuk memahami konsekuensi dari pemanasan laut ini dan mengambil tindakan untuk melawannya.


Rekor Pemanasan Laut.

Pemanasan global menjadi masalah yang semakin mendesak bagi dunia saat ini, dan salah satu dampak yang paling mencolok adalah pemanasan laut yang terus meningkat. Dalam beberapa tahun terakhir, rekaman suhu laut yang terus memecahkan rekor telah menjadi bukti nyata bahwa bumi kita sedang berada dalam krisis iklim yang mendalam. 

Menurut analisis BBC, suhu lautan di dunia telah mencapai rekor panas harian selama setahun terakhir, dengan margin terbesar dalam sejarah era satelit. Faktor utama di balik ini adalah gas-gas rumah kaca yang menyebabkan pemanasan global, yang semakin diperparah oleh peristiwa cuaca alami seperti El Niño.


Dampak Terhadap Kehidupan Laut.

Pemanasan laut telah memberikan dampak buruk yang luas terhadap ekosistem laut. Salah satu contoh yang paling mencolok adalah pemutihan karang secara global. Karang, yang merupakan rumah bagi sekitar seperempat spesies laut, menjadi putih dan mati karena perairan tempat mereka tinggal terlalu panas. Hal ini mengancam keberlangsungan hidup berbagai spesies dan mengganggu keseimbangan ekosistem laut.

Kehidupan laut merupakan bagian integral dari ekosistem global yang memengaruhi iklim, menyediakan sumber daya pangan, dan mendukung kehidupan di Bumi. Namun, pemanasan global dan perubahan iklim telah menyebabkan dampak yang signifikan terhadap kehidupan laut, mengancam stabilitas ekosistem bawah air. 


Ancaman Bagi Spesies Laut.

Kehidupan laut merupakan keanekaragaman hayati yang kaya dan penting bagi keseimbangan ekosistem global. Namun, spesies laut dihadapkan pada berbagai ancaman yang berasal dari aktivitas manusia, terutama perubahan iklim yang cepat. 

Penguin kaisar, salah satu spesies yang paling dicintai di lingkungan benua terdingin, juga terancam oleh pemanasan laut. Perubahan suhu air dan pencairan es laut dapat mengganggu habitat alami mereka dan mengancam kelangsungan hidup populasi mereka.


Konsekuensi Jangka Panjang.

Perubahan iklim menjadi salah satu tantangan terbesar yang dihadapi manusia dan kehidupan di Bumi pada abad ini. Meskipun dampak perubahan iklim seringkali terlihat dalam bentuk bencana alam yang ekstrim dan cuaca yang tidak stabil, konsekuensi jangka panjangnya juga menjadi perhatian utama para ilmuwan dan pemangku kepentingan. 

Selain dampak jangka pendek, pemanasan laut juga memiliki konsekuensi jangka panjang yang serius. Pencairan lapisan es dan pemanasan di laut dalam dapat menyebabkan kenaikan permukaan laut yang berkelanjutan, mengancam wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di seluruh dunia.


Mengambil Tindakan.

Sebagai aktivis lingkungan, tindakan kita sangat penting dalam mengatasi krisis pemanasan laut ini. Mulai dari mengurangi jejak karbon kita hingga mendukung upaya pelestarian lingkungan, setiap langkah kecil dapat membuat perbedaan yang besar.

Untuk mengatasi konsekuensi jangka panjang dari perubahan iklim, tindakan segera dan berkelanjutan diperlukan. Ini termasuk pengurangan emisi gas rumah kaca, investasi dalam energi terbarukan, pelestarian hutan dan lahan basah, adaptasi terhadap perubahan iklim, dan peningkatan kapasitas masyarakat untuk menghadapi bencana alam. Dengan tindakan yang tepat, kita dapat meminimalkan dampak jangka panjang dari perubahan iklim dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi Bumi dan generasi mendatang.


Kesimpulan.

Pemanasan laut adalah salah satu tantangan terbesar yang dihadapi oleh planet kita saat ini. Namun, dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, kita dapat melawan perubahan iklim dan melindungi kehidupan di bawah laut. Saatnya untuk bertindak bersama-sama demi masa depan bumi dan generasi mendatang.


Sumber :

https://www.bbc.com/indonesia/articles/c88z2w6y47wo

Sunday, May 12, 2024

Sedotan Plastik : Ancaman Lingkungan Global & Perubahan Iklim



Sampah Sedotan Plastik: Ancaman Lingkungan Global yang Perlu Diperhatikan.

Sampah plastik telah menjadi masalah serius yang mengancam lingkungan kita, dan salah satu kontributornya adalah sampah sedotan plastik. Sedotan plastik, yang sering kali digunakan sekali pakai, telah menjadi salah satu sumber polusi plastik yang paling umum di seluruh dunia. Meskipun kecil dan tampaknya tidak berbahaya, dampaknya terhadap lingkungan sangat besar dan perlu diperhatikan dengan serius.

Dampak Lingkungan dari Sampah Sedotan Plastik.
Sampah sedotan plastik memiliki dampak yang merugikan bagi lingkungan dan kehidupan laut, yaitu diantaranya:

Menyumbat Saluran Pembuangan.
Sedotan plastik yang dibuang sembarangan seringkali menyumbat saluran pembuangan air dan menyebabkan banjir di daerah perkotaan.

Mengancam Kehidupan Laut.
Hewan laut seperti penyu, ikan, dan burung laut sering kali tertangkap atau memakan sedotan plastik yang terbuang di laut. Hal ini dapat menyebabkan cedera atau bahkan kematian.

Mikroplastik.
Ketika sedotan plastik terurai menjadi mikroplastik, mereka dapat masuk ke rantai makanan laut dan akhirnya sampai ke piring kita. Ini berpotensi menyebabkan masalah kesehatan yang serius bagi manusia.

Langkah-langkah untuk Mengurangi Penggunaan Sedotan Plastik.
Untuk mengatasi masalah sampah sedotan plastik, langkah-langkah berikut dapat diambil:

1. Pengurangan Penggunaan.
Mengurangi penggunaan sedotan plastik dengan menggunakan alternatif ramah lingkungan seperti sedotan kertas atau logam.

2. Edukasi Masyarakat.
Mengedukasi masyarakat tentang bahaya sedotan plastik bagi lingkungan dan mendorong penggunaan yang bertanggung jawab.

3. Regulasi Pemerintah.
Menerapkan regulasi yang melarang atau membatasi penggunaan sedotan plastik sekali pakai di restoran, kafe, dan toko-toko lainnya.

4. Pembersihan Lingkungan.
Mengadakan kegiatan pembersihan lingkungan untuk menghilangkan sampah sedotan plastik dari pantai, sungai, dan lautan.

5. Pentingnya Tindakan Bersama.
Masalah sampah sedotan plastik membutuhkan tindakan bersama dari individu, pemerintah, dan industri. Dengan mengambil langkah-langkah konkret untuk mengurangi penggunaan sedotan plastik dan mengelola limbah plastik dengan lebih baik, kita dapat melindungi lingkungan dan kehidupan laut untuk generasi mendatang.

Dengan kesadaran akan dampak negatifnya dan kerjasama yang kuat, kita dapat membuat perubahan positif dalam mengatasi masalah sampah sedotan plastik dan menjaga keberlanjutan planet ini.


Ancaman Tersembunyi bagi Perubahan Iklim.

Sampah plastik telah lama menjadi masalah lingkungan yang mendapat perhatian global. Namun, selain mengancam kehidupan laut dan ekosistem darat, sampah plastik juga memiliki dampak yang kurang diperhatikan, yaitu terhadap perubahan iklim. Salah satu kontributor terbesar terhadap masalah ini adalah sampah sedotan plastik. Mari kita lihat lebih dekat bagaimana sampah sedotan plastik dapat memperburuk perubahan iklim.

Peran Sampah Sedotan Plastik dalam Perubahan Iklim.

1. Produksi.
Produksi sedotan plastik melibatkan penggunaan bahan bakar fosil yang besar, seperti minyak bumi. Proses ini menghasilkan emisi gas rumah kaca yang besar, terutama karbon dioksida (CO2), yang berkontribusi pada pemanasan global.

2. Pembuangan.
Sampah sedotan plastik yang dibuang ke tempat pembuangan sampah atau terbuang secara ilegal seringkali dibakar. Pembakaran plastik melepaskan gas beracun dan emisi CO2 ke atmosfer, meningkatkan jejak karbon kita.

3. Pembusukan.
Ketika sampah sedotan plastik terurai di lingkungan, mereka melepaskan metana, gas rumah kaca yang lebih kuat daripada CO2 dalam memperburuk efek rumah kaca dan menyebabkan pemanasan global.

Dampaknya pada Lingkungan dan Masyarakat.

Kerusakan Ekosistem.
Peningkatan suhu global dan perubahan pola cuaca dapat menyebabkan kerusakan ekosistem, termasuk terumbu karang yang rusak dan kehilangan habitat bagi satwa liar.

Krisis Air.
Pemanasan global juga berkontribusi pada peningkatan kekeringan dan krisis air di berbagai wilayah, yang berdampak pada pertanian, ketersediaan air bersih, dan kehidupan masyarakat.

Kenaikan Permukaan Laut.
Mencairnya es kutub sebagai akibat dari pemanasan global menyebabkan kenaikan permukaan laut, mengancam wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil di seluruh dunia.


Langkah-langkah untuk Mengatasi Masalah.

1. Pengurangan Penggunaan.
Mengurangi penggunaan sedotan plastik sekali pakai dengan beralih ke alternatif ramah lingkungan seperti sedotan kertas atau logam.

2. Pengelolaan Limbah.
Memperketat pengelolaan limbah plastik, termasuk daur ulang dan pemusnahan yang aman, untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dari pembakaran dan pembusukan plastik.

3. Edukasi dan Kesadaran.
Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang hubungan antara sampah sedotan plastik dan perubahan iklim, serta mendorong tindakan yang lebih berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.

Kesimpulan.

Sampah sedotan plastik bukan hanya ancaman bagi kehidupan laut dan lingkungan, tetapi juga berkontribusi pada perubahan iklim yang semakin memburuk. Untuk melindungi planet kita dan mengatasi krisis perubahan iklim, penting bagi kita semua untuk mengambil langkah-langkah konkret untuk mengurangi penggunaan plastik sekali pakai dan mengelola limbah plastik dengan lebih baik. Dengan kerjasama global dan kesadaran kolektif, kita dapat melawan dampak negatif sampah sedotan plastik dan menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan bagi generasi mendatang.

Friday, May 10, 2024

Mengapa Perubahan Iklim Penting

Cuaca Panas dan Jejak Pemanasan Global.

Cuaca panas yang ekstrem dan meningkatnya suhu bumi menjadi perhatian utama dalam satu dekade terakhir. Fenomena ini menjadi bukti nyata dari pemanasan global yang semakin memprihatinkan.

Dalam beberapa tahun terakhir, cuaca panas yang intens sering kali menjadi headline berita. Fenomena ini bukan hanya terjadi di satu negara atau satu benua, melainkan merambah ke seluruh penjuru dunia. Tidak hanya cuaca panas, tetapi juga kekeringan yang ekstrem, kebakaran hutan yang meluas, dan bencana alam lainnya semakin sering terjadi.



Bagaimana Kita Bisa Bertindak terhadap Perubahan Iklim.

Aktivitas manusia telah menjadi penyebab utama dari perubahan iklim yang semakin mengkhawatirkan. Gelombang panas yang lebih sering dan intens, serta kenaikan permukaan air laut, adalah beberapa dampak nyata yang sudah mulai terjadi.

Perubahan iklim, secara sederhana, adalah pergeseran jangka panjang pada suhu rata-rata bumi dan kondisi cuaca. Suhu rata-rata bumi telah meningkat sekitar 1,2°C dalam beberapa dekade terakhir, dan pemanasan global telah melebihi 1,5°C selama periode 12 bulan antara Februari 2023 hingga Januari 2024. Tahun 2023 bahkan telah tercatat sebagai tahun terpanas dalam sejarah.

Perubahan iklim terutama disebabkan oleh aktivitas manusia, terutama penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas. Saat bahan bakar fosil terbakar, gas rumah kaca seperti karbon dioksida dilepaskan ke atmosfer, memperkuat efek rumah kaca dan menyebabkan pemanasan global.


Sumber utama dari pemanasan global adalah aktivitas manusia, terutama dalam penggunaan bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas. Ketika bahan bakar fosil terbakar, gas rumah kaca seperti karbon dioksida dilepaskan ke atmosfer, menyebabkan efek rumah kaca yang memperkuat pemanasan global.

Selain itu, perubahan iklim juga berkontribusi pada fenomena cuaca ekstrem yang semakin sering terjadi. Gelombang panas yang ekstrem, badai yang lebih kuat, dan curah hujan yang lebih tinggi adalah beberapa contoh dampak perubahan iklim yang nyata.

Para ilmuwan dan ahli lingkungan telah lama memperingatkan tentang bahaya pemanasan global dan perubahan iklim. Mereka menekankan pentingnya mengambil tindakan segera untuk memperlambat laju pemanasan global dan mengurangi dampak negatifnya.

Salah satu langkah penting dalam mengatasi pemanasan global adalah dengan mengurangi emisi gas rumah kaca. Hal ini bisa dilakukan dengan beralih ke sumber energi terbarukan seperti energi surya dan angin, meningkatkan efisiensi energi, dan mengurangi konsumsi bahan bakar fosil.

Namun, untuk mencapai tujuan ini, diperlukan kerjasama global dan tindakan bersama dari semua negara. Konferensi perubahan iklim PBB dan perjanjian internasional lainnya memainkan peran penting dalam memobilisasi upaya global untuk mengatasi pemanasan global.


Dalam konteks Indonesia, perubahan iklim juga memiliki dampak yang signifikan. Negara kepulauan ini rentan terhadap naiknya permukaan air laut, cuaca ekstrem, dan perubahan pola hujan. Oleh karena itu, langkah-langkah mitigasi dan adaptasi perubahan iklim menjadi sangat penting bagi masa depan Indonesia.

Dengan kesadaran dan tindakan bersama, kita dapat memperlambat laju pemanasan global dan melindungi planet kita untuk generasi mendatang. Setiap individu, perusahaan, dan pemerintah memiliki peran dalam menjaga keberlanjutan lingkungan hidup kita.

Dampak dari perubahan iklim sangat besar. Gelombang panas, pencairan es, kenaikan permukaan laut, dan bencana alam lainnya semakin sering terjadi dan lebih parah. Misalnya, kekeringan di beberapa wilayah dan gelombang panas di Eropa telah menyebabkan kematian dan kerugian ekonomi yang signifikan.

Batas kenaikan suhu rata-rata bumi hingga 1,5°C sangat penting. Melebihi batas ini dapat mengakibatkan dampak yang jauh lebih buruk, seperti peningkatan intensitas cuaca ekstrem, hilangnya terumbu karang, dan risiko kesehatan yang lebih tinggi bagi jutaan orang.

Untuk memerangi perubahan iklim, tindakan besar perlu dilakukan oleh pemerintah dan perusahaan-perusahaan. Namun, setiap orang juga dapat berkontribusi dengan cara mengurangi emisi karbon pribadi. Hal ini bisa dilakukan dengan mengurangi perjalanan udara, hemat energi listrik, beralih ke kendaraan listrik, dan mengubah kebiasaan makan.

Para pemimpin dunia berkumpul setiap tahun dalam konferensi perubahan iklim PBB untuk membahas upaya mereka. Meskipun ada kemajuan, masih ada banyak yang perlu dilakukan untuk mencapai target perubahan iklim global.

Dengan kesadaran dan tindakan bersama, kita dapat memperlambat laju perubahan iklim dan melindungi planet kita untuk generasi mendatang. Setiap langkah kecil kita memiliki dampak besar dalam menjaga keberlanjutan lingkungan hidup kita.


Sumber :

https://www.bbc.com/indonesia/articles/c72pylwg09wo

https://www.kompas.id/baca/riset/2024/05/10/cuaca-panas-dan-jejak-pemanasan-global-satu-dekade-terakhir

Monday, May 6, 2024

Sikat Gigi dan Perubahan Iklim Global


Sikat Gigi: Dampak Tak Terduga pada Perubahan Iklim Global.

Siapa sangka bahwa sikat gigi yang Anda gunakan setiap hari dapat menjadi salah satu kontributor terhadap tanda-tanda kiamat? Ya, alat pembersih gigi yang tampaknya sederhana ini ternyata memiliki dampak yang cukup signifikan terhadap perubahan iklim global.

Seiring dengan evolusi zaman, sikat gigi telah menjadi barang yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Namun, perkembangan sikat gigi modern ternyata juga membawa dampak yang tidak diinginkan terhadap lingkungan kita.

Pada awalnya, sikat gigi dibuat dari bahan alami seperti bambu atau kayu. Namun, seiring berjalannya waktu, material dasar untuk pembuatan sikat gigi mulai bervariasi, termasuk penggunaan plastik sebagai bahan utama. Perubahan ini telah memberikan kontribusi terhadap krisis lingkungan, karena plastik adalah material yang sulit terurai dan berbahaya bagi lingkungan.

Rekomendasi untuk mengganti sikat gigi adalah setiap tiga hingga empat bulan. Mengingat populasi Indonesia yang mencapai 273 juta jiwa, dan asumsi bahwa setiap individu mengganti sikat gigi secara rutin, ini berarti ada lebih dari satu miliar sampah sikat gigi yang dihasilkan setiap tahun di Indonesia saja. Jika dihitung secara global, jumlah ini mencapai angka yang mencengangkan, sekitar 24 miliar sampah sikat gigi dalam setahun.

Di Amerika Serikat saja, yang memiliki populasi sekitar 331 juta jiwa, jumlah sampah sikat gigi setara dengan empat lilitan bumi dalam setahun. Bahkan, di Inggris sekitar 264 juta sikat gigi dibuang setiap tahun karena telah melewati batas pakai.

Sayangnya, plastik dari sikat gigi membutuhkan waktu yang sangat lama untuk terurai, antara 200 hingga 700 tahun. Selama periode tersebut, plastik akan mengeluarkan gas rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan. Di laut, plastik dapat menyebabkan kematian bagi berbagai organisme laut, termasuk zooplankton yang memiliki peran penting dalam penyerapan karbon.

Meskipun ada upaya untuk menggunakan plastik yang lebih ramah lingkungan, seperti plastik biodegradable, namun hal ini tidak selalu menjadi solusi yang lebih baik. Plastik biodegradable juga memiliki dampak yang serupa terhadap lingkungan.

Dengan demikian, penting bagi kita untuk mulai mempertimbangkan dampak lingkungan dari kebiasaan sehari-hari kita, termasuk penggunaan sikat gigi. Mungkin hal yang sederhana seperti mengganti sikat gigi plastik dengan alternatif yang ramah lingkungan dapat menjadi langkah kecil namun berarti dalam melindungi planet kita.

 

Greta Thunberg, seorang gadis berusia 15 tahun, membuat langkah berani dengan mogok sekolah untuk iklim di depan gedung parlemen Swedia pada 15 Agustus 2018. Tindakannya itu menjadi awal dari gerakan besar untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan yang semakin meningkat. Sejak saat itu, Greta telah menjadi simbol perjuangan melawan perubahan iklim di seluruh dunia, menginspirasi jutaan orang untuk turut serta dalam aksi untuk masa depan bumi yang lebih baik.

Menggunakan produk yang ramah lingkungan adalah salah satu cara di mana kita bisa berkontribusi dalam upaya menyelamatkan lingkungan. Saat ini, banyak alternatif produk ramah lingkungan yang tersedia, mulai dari kemasan makanan hingga pakaian. Misalnya, sikat gigi Natural Bamboo yang terbuat dari 100 persen bambu, mudah terurai dalam tanah, dan menggunakan kemasan kertas daur ulang, sehingga membantu mengurangi jejak lingkungan.

Selain itu, beralih ke transportasi publik merupakan langkah lain yang dapat kita ambil untuk mengurangi polusi udara. Transportasi publik bukan hanya lebih ramah lingkungan, tetapi juga lebih ekonomis dan dapat menghindarkan kita dari kemacetan lalu lintas.

Selanjutnya, kita dapat menghemat penggunaan listrik dengan menggunakan sumber energi yang ramah lingkungan, seperti energi surya atau tenaga angin. Hal ini dapat membantu mengurangi ketergantungan kita pada bahan bakar fosil, yang merupakan sumber utama polusi dan mengancam keberlanjutan lingkungan.

Kita juga bisa berperan dalam mengurangi penggunaan plastik dengan menolak penggunaan kemasan plastik sekali pakai. Menggantinya dengan berbagai kemasan yang dapat digunakan berulang kali, seperti tas belanja berbahan kain, kotak makan, dan botol minuman, adalah langkah positif dalam mengurangi limbah plastik.

Terakhir, memilah dan mendaur ulang sampah adalah cara efektif untuk mengurangi dampak lingkungan. Dengan memilah sampah menjadi organik dan anorganik, lalu mendaur ulangnya, kita dapat memberikan nilai ekonomis pada sampah dan membantu mengurangi jumlah sampah yang mencemari lingkungan.

Dengan mengambil langkah-langkah sederhana ini, kita semua dapat berkontribusi dalam upaya untuk menyelamatkan lingkungan dan menciptakan masa depan bumi yang lebih baik bagi generasi mendatang.


Sumber :

https://www.cnbcindonesia.com/news/20240505184306-4-535874/tanda-kiamat-ada-di-mana-mana-mulai-terlihat-dari-dalam-kamar-mandi

https://biz.kompas.com/read/2020/03/24/120116028/belajar-dari-greta-ini-perubahan-yang-bisa-dilakukan-untuk-senyumkanbumi

Transformasi Transportasi: Kendaraan Listrik sebagai Solusi terhadap Krisis Iklim

BYD Memperluas Jejaknya di Pasar Mobil Listrik Indonesia.

Pasar mobil listrik semakin meriah di Indonesia dengan kedatangan produsen mobil asal China, BYD (atau Build Your Dreams). BYD baru-baru ini memperkenalkan tiga produk terbarunya secara bersamaan yaitu BYD SEAL, BYD Atto 3, dan BYD Dolphin.

Kehadiran ketiga model mobil listrik ini akan membuka pintu bagi BYD untuk berkontribusi dalam industri kendaraan elektrifikasi di Indonesia, sekaligus sebagai jawaban akan tantangan Pemanasan Global yang terjadi.

BYD Group berhasil menjual total 1,8 juta unit mobil listrik sepanjang tahun 2022. Mayoritas dari penjualan ini adalah mobil penumpang, mencapai angka 1,79 juta unit, yang termasuk di dalamnya adalah kendaraan sport dan kendaraan serbaguna. Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan sebesar 151,83% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.

Meskipun demikian, penjualan mobil listrik BYD jenis kendaraan komersial mengalami penurunan sebesar 26% secara tahunan, dengan total 5,83 ribu unit terjual pada tahun 2022. Namun, jika dilihat dari trennya, penjualan mobil listrik BYD jenis mobil penumpang cenderung meningkat selama empat tahun terakhir, mencapai puncak tertinggi pada tahun 2022.

Sementara itu, penjualan mobil listrik BYD jenis kendaraan komersial cenderung menurun dalam periode yang sama. Meskipun mencatatkan penjualan tertinggi pada tahun 2021, angka penjualan jenis ini menurun pada tahun 2022.

Dengan tren yang menjanjikan dan kehadiran baru BYD di Indonesia, pasar mobil listrik di tanah air dapat mengalami perkembangan yang signifikan dalam waktu yang akan datang. Hal ini juga dapat menjadi dorongan positif bagi penetrasi mobil listrik di Indonesia, sejalan dengan upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan meningkatkan keberlanjutan lingkungan.


BYD Menguat sebagai Pemain Utama di Pasar Mobil Listrik Global.

Bagaimana di tahun 2023?.

BYD, menorehkan prestasi gemilang dengan berhasil menjual sebanyak 3,02 juta unit mobil listrik sepanjang tahun 2023. Jumlah ini menandai peningkatan mencolok sebesar 61,9 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Dari total penjualan tersebut, sekitar 1,4 juta unit merupakan mobil listrik jenis plug-in hybrid (PHEV), sementara sisanya adalah battery electric vehicle (BEV) alias mobil listrik murni.

Keberhasilan ini menempatkan BYD di jalur untuk melampaui Tesla sebagai pemimpin pasar kendaraan listrik global. Hal ini juga memperkuat dominasi China dalam industri otomotif global, menghadapi pesaing tradisional seperti Toyota asal Jepang, Volkswagen asal Jerman, dan General Motors asal Amerika Serikat.

Lanskap kompetitif industri otomotif telah berubah. Ini bukan lagi soal ukuran dan warisan perusahaan otomotif, tetapi tentang kecepatan mereka dalam berinovasi dan melakukan iterasi. BYD telah melakukan persiapan sejak lama agar dapat melakukan hal ini lebih cepat dari perkiraan siapa pun.

Perusahaan mobil China, termasuk BYD dan SAIC Motor Corp, telah membuat terobosan signifikan dalam beberapa tahun terakhir. China berhasil melampaui AS, Korea Selatan, dan Jerman dalam ekspor mobil, bahkan menyaingi Jepang dalam memimpin ekspor mobil penumpang secara global. Sekitar 1,3 juta dari 3,6 juta kendaraan yang dikirim dari China daratan pada Oktober 2023 adalah mobil listrik.

Dinamika persaingan antara Tesla dan BYD pun mulai bergeser. Elon Musk, CEO Tesla, sebelumnya menyatakan bahwa sedikit konsumen yang mampu membeli mobil listrik karena suku bunga yang tinggi. Namun, BYD menawarkan banyak model dengan volume yang lebih tinggi dan harga yang jauh lebih terjangkau dibandingkan Tesla Model 3 di China.

Para analis memperkirakan bahwa Tesla akan mengakhiri tahun 2023 dengan mengirimkan sekitar 1,82 juta unit mobil, jumlah yang lebih rendah dari target perusahaan sebesar dua juta unit. Hal ini menandakan bahwa keberhasilan BYD dalam mengukuhkan posisinya di pasar mobil listrik global semakin terlihat jelas.



Kendaraan Listrik dan Perlawanan Melawan Pemanasan Global: Persyaratan dan Tantangan.

Penggunaan kendaraan listrik (electric vehicle atau EV) telah menjadi sorotan dalam upaya mengurangi dampak pemanasan global. Studi tersebut menyebutkan bahwa target Intergovernmental Panel on Climate Change (atau IPCC) untuk membatasi peningkatan suhu global hingga 1,5°C dari masa pra-industri akan terlampaui setidaknya 75 persen pada 2050.

Studi ini menyimpulkan bahwa selain mengubah kendaraan bermesin bakar menjadi listrik, masih diperlukan upaya tambahan. Data open-source digunakan untuk memodelkan emisi dari industri mobil saat ini. Kesimpulannya adalah bahwa perubahan ini harus didukung oleh peningkatan energi terbarukan di jaringan listrik dan upaya pengurangan emisi gas rumah kaca dalam rantai pasokan manufaktur.

Menariknya, studi tersebut juga menyoroti pentingnya mempertimbangkan kebersihan jaringan listrik dalam upaya elektrifikasi transportasi. Sebagai contoh, China telah menetapkan target untuk memiliki 20 persen kendaraan listrik pada tahun 2025, namun masih sangat bergantung pada batu bara dalam jaringan listriknya.

Transformasi transportasi yang agresif dapat mengurangi emisi gas rumah kaca global dari sektor transportasi sekitar 80 hingga 90 persen pada tahun 2050. Namun, tantangan yang lebih besar adalah mengubah kendaraan berbahan bakar fosil besar seperti truk, kapal, dan pesawat menjadi berbahan bakar listrik.

Saat ini, bioenergi dan bahan bakar sintetis menjadi fokus penelitian sebagai pengganti bahan bakar fosil untuk kendaraan besar ini. Namun, masih diperlukan kemajuan substansial dalam teknologi untuk memastikan ketersediaan bahan bakar karbon rendah atau nol yang ekonomis.

Selain solusi teknologi, perubahan perilaku dan sistemik juga diperlukan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca secara signifikan. Meskipun telah ada kemajuan dalam hal ini, tetapi tantangan yang ada menunjukkan bahwa kita masih memiliki perjalanan panjang dalam melawan pemanasan global.


Sumber :

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/01/20/resmi-mengaspal-di-ri-bagaimana-tren-penjualan-mobil-listrik-byd-secara-global

https://www.gaikindo.or.id/byd-menjual-mobil-listrik-global-302-juta-unit-2023-lampaui-tesla/

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20230608194311-199-959528/studi-ungkap-syarat-mobil-listrik-bisa-hambat-laju-pemanasan-global.

https://otomotif.kompas.com/read/2023/12/10/120100715/byd-ungkap-misinya-di-tatanan-otomotif-global

Saturday, May 4, 2024

Ancaman Tersembunyi dalam Perubahan Iklim Global



Mengungkap Keterkaitan Gas Rumah Kaca dengan Pemanasan Global.

Pemanasan global adalah fenomena yang semakin mendapat perhatian di seluruh dunia karena dampaknya yang merusak lingkungan dan kehidupan manusia. Salah satu faktor utama yang berkontribusi pada pemanasan global adalah peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer. Artikel ini akan menjelaskan hubungan yang kompleks antara gas rumah kaca dan pemanasan global serta implikasinya bagi planet kita.

Apa Itu Gas Rumah Kaca?.

Gas rumah kaca adalah komponen atmosfer yang memungkinkan cahaya matahari masuk ke dalam atmosfer Bumi tetapi menahan sebagian panas yang dipancarkan kembali oleh permukaan Bumi. Ini menciptakan efek seperti kaca, yang mempertahankan suhu planet kita dalam kisaran yang mendukung kehidupan.

Jenis Gas Rumah Kaca Utama.

Ada beberapa jenis gas rumah kaca, tetapi yang paling penting adalah karbon dioksida (CO2), metana (CH4), dan nitrous oksida (N2O). CO2 merupakan gas rumah kaca yang paling banyak dihasilkan oleh aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil. Metana, meskipun jumlahnya lebih sedikit, memiliki potensi pemanasan global yang lebih besar daripada CO2. Sementara itu, nitrous oksida, meskipun jumlahnya kecil, memiliki potensi pemanasan global yang lebih tinggi daripada kedua gas tersebut.

Kontribusi Terhadap Pemanasan Global.

Peningkatan konsentrasi gas rumah kaca dalam atmosfer secara signifikan memperkuat efek rumah kaca alami, menyebabkan peningkatan suhu rata-rata global. Efek ini menyebabkan perubahan iklim yang meluas, termasuk peningkatan suhu laut, pencairan es di Kutub, dan perubahan pola cuaca yang ekstrem.

Implikasi dan Tindakan.

Pemanasan global memiliki konsekuensi serius bagi kehidupan di Bumi, termasuk ancaman terhadap keanekaragaman hayati, ketersediaan air, pertanian, dan kesehatan manusia. Untuk mengatasi masalah ini, tindakan global diperlukan, termasuk pengurangan emisi gas rumah kaca, investasi dalam energi terbarukan, dan upaya adaptasi untuk mengurangi dampak negatif perubahan iklim.

Kesimpulan.

Keterkaitan antara gas rumah kaca dan pemanasan global adalah sebuah tantangan global yang membutuhkan tindakan segera dan terkoordinasi dari seluruh komunitas global. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan ini, kita dapat bergerak maju untuk menjaga planet kita dan mencegah dampak yang lebih parah dari perubahan iklim.


Mengungkap Ancaman Tersembunyi dari Nitrous Oksida terhadap Perubahan Iklim.

Perubahan iklim menjadi perhatian global yang semakin mendesak, dan sementara kita sering mendengar tentang gas rumah kaca seperti karbon dioksida (CO2) dan metana (CH4), ada satu gas yang sering terlupakan tetapi berpotensi sangat merusak: nitrous oksida (N2O). Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi dampak dan implikasi dari peningkatan emisi nitrous oksida terhadap perubahan iklim, terutama dalam konteks pertanian dan peternakan.

Mengapa Nitrous Oksida Penting?.

Nitrous oksida, meskipun dalam konsentrasi yang lebih kecil daripada CO2 atau CH4, memiliki dampak pemanasan global yang lebih besar per unit volume. Ini disebabkan oleh kemampuannya untuk menangkap radiasi panas di atmosfer lebih efektif daripada CO2, sehingga memberikan kontribusi yang signifikan terhadap efek rumah kaca.

Peran Pertanian dan Peternakan.

Sektor pertanian dan peternakan adalah sumber utama emisi nitrous oksida. Proses penggunaan pupuk nitrogen dalam pertanian, yang diperlukan untuk meningkatkan produktivitas tanaman, seringkali menghasilkan nitrous oksida sebagai produk sampingan. Selain itu, aktivitas peternakan, terutama manajemen limbah hewan, juga menyumbang secara signifikan terhadap emisi nitrous oksida.

Dampak Lingkungan dan Kesehatan.

Peningkatan emisi nitrous oksida memiliki dampak yang luas. Selain kontribusi terhadap pemanasan global, nitrous oksida juga berkontribusi terhadap degradasi ozon di lapisan stratosfer, yang dapat menyebabkan peningkatan paparan radiasi ultraviolet berbahaya di permukaan Bumi. Ini memiliki implikasi serius untuk kesehatan manusia, termasuk peningkatan risiko kanker kulit dan masalah kesehatan lainnya.

Tindakan untuk Mengatasi Masalah.

Untuk mengurangi emisi nitrous oksida, tindakan terkoordinasi dari berbagai pihak diperlukan. Ini termasuk praktik pertanian yang lebih berkelanjutan, seperti penggunaan pupuk yang lebih efisien, manajemen limbah hewan yang lebih baik, dan penerapan teknologi hijau di sektor pertanian dan peternakan.

Kesimpulan.

Nitrous oksida mungkin sering terlupakan dalam pembicaraan tentang perubahan iklim, tetapi dampaknya yang signifikan membutuhkan perhatian yang lebih besar. Dengan kesadaran yang lebih besar tentang peran gas ini dalam pemanasan global, serta tindakan nyata untuk mengurangi emisinya, kita dapat membantu melindungi lingkungan dan masyarakat dari dampak yang merugikan dari perubahan iklim.

Friday, May 3, 2024

Dampak Perubahan Iklim: Apa yang Dikhawatirkan Bill Gates tentang Indonesia?


Ungkap Soal "Kiamat Bumi", Bill Gates Bawa-bawa Nama Indonesia.

Pendiri Microsoft, Bill Gates, baru-baru ini menyinggung Indonesia terkait perubahan iklim yang disebabkan oleh gas rumah kaca, khususnya terkait penggunaan minyak sawit. Melalui blog pribadinya, Gates menyampaikan kekhawatirannya tentang dampak besar yang ditimbulkan oleh industri minyak sawit terhadap lingkungan dan perubahan iklim global.

Menurut Gates, setiap tahunnya, aktivitas di Bumi menghasilkan 51 miliar ton gas rumah kaca, di mana 7 persennya berasal dari produksi lemak dan minyak dari tumbuhan serta hewan. Untuk mengatasi perubahan iklim, Gates menegaskan pentingnya mengubah angka tersebut menjadi nol.

Dalam tulisannya, Gates menyoroti peran minyak sawit sebagai salah satu penyumbang besar gas rumah kaca. Minyak sawit, yang menjadi lemak nabati paling banyak dikonsumsi di seluruh dunia, digunakan dalam berbagai produk mulai dari makanan hingga bahan bakar. Proses produksi minyak sawit seringkali menyebabkan penggundulan hutan di daerah-daerah tropis, terutama di wilayah khatulistiwa, yang berdampak buruk pada keragaman alam dan mempercepat pemanasan global.

Indonesia, sebagai salah satu produsen utama minyak sawit di dunia, tidak bisa mengabaikan dampak yang ditimbulkannya. Mayoritas jenis sawit tumbuh di daerah-daerah yang dilewati garis khatulistiwa, sehingga proses konversi hutan menjadi lahan sawit berpotensi merusak lingkungan dan menyebabkan peningkatan suhu global.

Pada tahun 2018, kebakaran hutan dan deforestasi yang terjadi di Malaysia dan Indonesia telah menyumbang sekitar 1,4 persen emisi global, sebuah angka yang sangat besar dan mengkhawatirkan. Sayangnya, meskipun menyadari dampaknya, menggantikan minyak sawit menjadi tugas yang sulit mengingat minyak sawit memiliki kualitas yang murah, tidak berbau, dan serbaguna.

Namun demikian, Gates menyebutkan bahwa sudah ada upaya untuk mencari alternatif bagi minyak sawit, seperti yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan seperti C16 Biosciences. C16 mengembangkan produk dari mikroba ragi liar menggunakan proses fermentasi yang ramah lingkungan, tanpa menghasilkan emisi. Meskipun memiliki perbedaan kimiawi, minyak yang dihasilkan oleh C16 memiliki sifat yang mirip dengan minyak sawit dan dapat digunakan sebagai pengganti dengan dampak lingkungan yang lebih rendah.

Selain itu, Gates juga menyebutkan startup bernama 'Savor' yang menciptakan lemak dari proses yang melibatkan karbondioksida dari udara dan hidrogen dari air, tanpa melibatkan hewan dalam proses produksinya.

Melalui tulisannya, Gates tidak hanya menyampaikan kekhawatirannya tentang dampak perubahan iklim yang disebabkan oleh industri minyak sawit, tetapi juga mengajak untuk mencari solusi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan dalam penggunaan sumber daya alam. Dalam konteks Indonesia, hal ini mengingatkan kita akan pentingnya mengelola industri minyak sawit dengan bijaksana agar dapat meminimalkan dampak negatifnya terhadap lingkungan dan perubahan iklim global.


Publik Makin Merasakan Dampak Perubahan Iklim Tingginya.

Perubahan iklim bukan lagi sekadar isu lingkungan, tetapi telah menjadi kenyataan yang nyata dan terasa bagi banyak orang. Dampak dari perubahan iklim yang semakin terasa tingginya telah menjadi sorotan utama di berbagai belahan dunia, termasuk di Indonesia. Frekuensi bencana di Indonesia membuat seluruh wilayah di negeri ini tidak luput dari risiko bencana alam.

Indonesia, dengan keanekaragaman geografisnya, terkenal sebagai salah satu negara yang rentan terhadap bencana alam. Dari gempa bumi hingga banjir bandang, setiap tahunnya, negara ini menghadapi berbagai bencana yang mengancam kehidupan dan sumber daya alamnya. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, frekuensi dan intensitas bencana alam di Indonesia meningkat secara signifikan, yang sebagian besar dikaitkan dengan perubahan iklim global.

Salah satu dampak langsung dari perubahan iklim yang semakin terasa adalah meningkatnya frekuensi kejadian cuaca ekstrem, seperti banjir, tanah longsor, kekeringan, dan angin topan. Musim hujan yang lebih panjang dan intens, disertai dengan curah hujan yang tinggi, sering kali menyebabkan banjir dan tanah longsor di berbagai wilayah. Di sisi lain, musim kemarau yang lebih panjang dan ekstrem juga meningkatkan risiko kebakaran hutan dan kekeringan yang mengancam sektor pertanian dan sumber daya air.

Dampak perubahan iklim juga terasa dalam bidang kesehatan, ekonomi, dan sosial masyarakat. Penyebaran penyakit menular, kekurangan pangan, konflik sumber daya alam, serta kerugian ekonomi akibat bencana alam semakin membebani masyarakat Indonesia.

Untuk menghadapi tantangan ini, langkah-langkah mitigasi dan adaptasi perlu diambil secara serius oleh pemerintah, masyarakat, dan sektor swasta. Ini termasuk penguatan infrastruktur tangguh bencana, pengembangan sistem peringatan dini yang efektif, pengelolaan sumber daya alam yang berkelanjutan, dan peningkatan kapasitas masyarakat dalam menghadapi bencana.

Selain itu, peran aktif dalam upaya mitigasi perubahan iklim global juga menjadi kunci untuk mengurangi risiko bencana di masa mendatang. Indonesia, bersama dengan negara-negara lain di dunia, perlu berkomitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan beradaptasi dengan perubahan iklim yang sudah terjadi.

Dengan kesadaran yang meningkat tentang dampak perubahan iklim yang semakin terasa, diharapkan bahwa tindakan konkret dan kolaboratif akan diambil untuk melindungi masyarakat dan lingkungan hidup Indonesia dari ancaman bencana alam yang semakin serius.


Suhu Panas Membara, RI Dalam Bahaya.

Cuaca panas ekstrem tengah melanda wilayah Asia Selatan dan Asia Tenggara. Peringatan muncul dari PBB untuk Asia, di mana Indonesia juga tengah digambarkan dalam bahaya. Sederet negara seperti Filipina saat ini tengah dilanda panas mendidih capai 47 derajat Celcius. Thailand Bangkok mencapai 40,1 derajat Celcius. Serta Vietnam hingga Malaysia juga merasakan hal yang sama.

Kondisi cuaca yang sangat panas ini bukanlah hal yang biasa. Sejumlah negara di Asia mengalami suhu yang jauh di atas rata-rata dan kondisi ini tidak hanya memberikan ketidaknyamanan tetapi juga membawa dampak serius terhadap kesehatan dan kehidupan sehari-hari masyarakat.

Suhu yang terlalu panas dapat menyebabkan dehidrasi, kelelahan, dan bahkan heatstroke yang mengancam nyawa. Ini merupakan ancaman yang sangat serius terutama bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan kondisi kesehatan yang sudah lemah.

Indonesia, sebagai bagian dari wilayah Asia Tenggara yang terkena dampak langsung, tidak bisa mengabaikan ancaman ini. Meskipun saat ini belum terjadi suhu ekstrem seperti di beberapa negara tetangga, perubahan iklim yang terjadi secara global meningkatkan risiko cuaca ekstrem di masa mendatang.

Menghadapi situasi ini, langkah-langkah mitigasi dan adaptasi perlu segera diambil. Pemerintah, bersama dengan masyarakat, perlu meningkatkan kesadaran akan bahaya cuaca panas ekstrem dan mengambil tindakan preventif yang diperlukan. Ini termasuk penyediaan fasilitas pendinginan publik, peningkatan akses terhadap air bersih, edukasi tentang cara menjaga diri dari panas berlebihan, dan pembangunan infrastruktur yang tangguh terhadap perubahan iklim.

Selain itu, upaya untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan berpartisipasi dalam upaya global untuk memerangi perubahan iklim juga merupakan langkah penting yang harus diambil oleh Indonesia. Hanya dengan tindakan kolektif dan komitmen bersama, kita dapat melindungi diri kita sendiri dan generasi mendatang dari dampak yang semakin parah dari perubahan iklim global.

Dengan kesadaran dan tindakan yang tepat, kita dapat menghadapi tantangan cuaca ekstrem ini dan membangun masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan bagi Indonesia.


Sumber :

https://www.kompas.id/baca/riset/2024/01/10/publik-makin-merasakan-dampak-perubahan-iklim

https://youtu.be/6ZCGxIQOZkk?si=qYXsb3lz9qTsNzvw

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20240406094112-37-528957/ungkap-soal-kiamat-bumi-bill-gates-bawa-bawa-nama-indonesia

Thursday, May 2, 2024

Berbahayakah Jika Kita Tidak Sengaja Menelan Nanoplastik?


Air Mineral dalam Kemasan Terpapar Nanoplastik: Apa Bahayanya?.

Baru-baru ini, sebuah penelitian mengejutkan telah mengungkap bahwa air mineral dalam kemasan juga terpapar oleh nanoplastik. Temuan ini menimbulkan kekhawatiran akan dampaknya terhadap kesehatan manusia dan menyoroti masalah polusi plastik yang semakin meresahkan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar merek air mineral dalam kemasan mengandung nanoplastik. Nanoplastik adalah fragmen plastik yang sangat kecil, dengan ukuran kurang dari 100 nanometer, yang dapat dengan mudah terlarut dalam air dan masuk ke dalam tubuh manusia melalui konsumsi air.

Kehadiran nanoplastik dalam air mineral dapat menjadi masalah serius karena potensi dampaknya terhadap kesehatan manusia. Meskipun dampaknya masih belum sepenuhnya dipahami, beberapa penelitian menunjukkan bahwa nanoplastik dapat merusak organ dalam, menyebabkan gangguan hormonal, dan bahkan berkontribusi pada perkembangan penyakit seperti kanker.

Selain itu, kehadiran nanoplastik dalam air mineral juga menggarisbawahi masalah yang lebih besar tentang polusi plastik di lingkungan kita. Sampah plastik yang terbuang sembarangan sering kali memasuki lingkungan air, baik melalui sungai maupun laut, dan akhirnya terurai menjadi nanoplastik yang tersebar luas.

Langkah-langkah pencegahan dan mitigasi diperlukan untuk mengatasi masalah ini. Pemerintah dan produsen air mineral perlu meningkatkan pengawasan dan pengendalian mutu produk mereka untuk memastikan air mineral yang aman dan bebas dari kontaminasi nanoplastik. Selain itu, kesadaran masyarakat tentang bahaya polusi plastik dan pentingnya penggunaan yang bertanggung jawab perlu ditingkatkan.

Di samping itu, inovasi dalam pengemasan yang ramah lingkungan dan pengembangan teknologi filtrasi yang lebih efektif juga dapat membantu mengurangi risiko terpaparnya air mineral oleh nanoplastik. Upaya kolaboratif dari semua pihak, termasuk pemerintah, industri, dan masyarakat, diperlukan untuk mengatasi masalah serius ini dan melindungi kesehatan manusia serta lingkungan hidup dari dampak negatif polusi plastik.


Berapa Banyak Plastik yang Kita Telan Saat Minum Air Kemasan?.

Air kemasan adalah pilihan minuman yang populer di tengah masyarakat modern saat ini. Namun, tahukah Anda bahwa dalam setiap tegukan air kemasan yang kita minum, kita mungkin juga menelan sejumlah kecil partikel plastik?.

Penelitian baru-baru ini telah mengungkap bahwa air kemasan juga mengandung sejumlah kecil partikel plastik yang mungkin terlarut dalam air. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Newcastle, Inggris, ditemukan bahwa rata-rata orang dapat mengonsumsi sekitar 2.000 serat plastik setiap minggunya hanya dari air minum kemasan.

Penelitian ini menyatakan bahwa mikroplastik, termasuk serat plastik, telah menjadi masalah global yang signifikan. Mereka dapat ditemukan di berbagai lingkungan, termasuk air minum, makanan laut, dan udara. Ketika dikonsumsi oleh manusia, mikroplastik ini dapat berpotensi menyebabkan masalah kesehatan, meskipun dampaknya pada tubuh manusia masih belum sepenuhnya dipahami.

Pentingnya kesadaran akan masalah ini adalah agar masyarakat dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk melindungi kesehatan mereka. Beberapa langkah yang dapat diambil termasuk:

1. Memilih Alternatif Minuman.

Selain air kemasan, memilih minuman lain yang lebih aman dari kontaminasi plastik, seperti air dari sumber yang teruji dan terpercaya, dapat membantu mengurangi paparan mikroplastik.

2. Menggunakan Filter Air.

Menggunakan filter air yang efektif dapat membantu menghilangkan sebagian besar mikroplastik dari air minum. Pastikan untuk memilih filter yang sesuai dengan kebutuhan dan berkualitas baik.

3. Mengurangi Penggunaan Plastik.

Mengurangi penggunaan plastik sekali pakai, seperti botol air plastik, dapat membantu mengurangi pencemaran plastik secara keseluruhan. Beralih ke botol air yang dapat diisi ulang atau menggunakan gelas dan termos dapat menjadi pilihan yang lebih ramah lingkungan.

Meskipun keberadaan mikroplastik dalam air minum adalah masalah yang serius, langkah-langkah ini dapat membantu mengurangi risiko paparan mikroplastik dan melindungi kesehatan kita. Namun, upaya lebih lanjut untuk mengatasi masalah polusi plastik secara keseluruhan tetap diperlukan untuk melindungi lingkungan dan kesehatan manusia secara keseluruhan.


Begini Cara Aman Minum Air Putih tanpa Cemaran Partikel Nanoplastik.

Air putih adalah sumber hidrasi yang penting bagi tubuh manusia. Namun, baru-baru ini, kekhawatiran muncul terkait kemungkinan cemaran partikel nanoplastik dalam air minum. Bagaimana caranya agar kita dapat minum air putih dengan aman tanpa khawatir akan cemaran tersebut?

Ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk memastikan bahwa air minum yang kita konsumsi tidak terkontaminasi oleh partikel nanoplastik:


1. Pilih Sumber Air yang Aman.

Lebih baik memilih air minum yang berasal dari sumber yang terjamin kebersihannya. Air dari sumur yang telah diuji kualitasnya secara berkala atau air minum kemasan yang telah teruji dan terbukti aman adalah pilihan yang lebih baik.

2. Gunakan Filter Air.

Menggunakan alat penyaring air dapat membantu menghilangkan partikel nanoplastik yang mungkin terkandung dalam air minum. Pastikan untuk memilih filter air yang efektif dalam menyaring partikel-partikel kecil seperti nanoplastik.

3. Hindari Botol Plastik Sekali Pakai.

Menghindari penggunaan botol plastik sekali pakai adalah langkah yang baik untuk mengurangi risiko terpapar nanoplastik. Botol plastik sekali pakai rentan terhadap degradasi dan pelepasan partikel-partikel plastik ke dalam air minum.

4. Pilih Botol Minum yang Aman.

Jika menggunakan botol minum pribadi, pastikan untuk memilih yang terbuat dari bahan yang aman, seperti stainless steel atau kaca. Hindari botol plastik yang dapat mengandung bahan kimia berbahaya.

5. Konsumsi Air dengan Porsi yang Tepat.

Meminum air dengan porsi yang tepat dapat membantu memastikan bahwa tubuh mendapatkan hidrasi yang cukup tanpa terlalu banyak terpapar potensi cemaran nanoplastik.

Meskipun risiko terpapar nanoplastik dalam air minum mungkin masih menjadi perhatian, langkah-langkah ini dapat membantu mengurangi risiko terhadap kesehatan kita. Penting untuk tetap mengikuti perkembangan penelitian dan rekomendasi dari otoritas kesehatan terkait masalah ini, sambil menjaga kebiasaan hidrasi yang sehat.


Sumber :

https://food.detik.com/info-kuliner/d-7289752/air-mineral-dalam-kemasan-terpapar-nanoplastik-apa-bahayanya

https://food.detik.com/info-sehat/d-7226657/begini-cara-aman-minum-air-putih-tanpa-cemaran-partikel-nanoplastik

https://lestari.kompas.com/read/2024/01/11/070000086/berapa-banyak-plastik-yang-kita-telan-saat-minum-air-kemasan-?page=all

Tuesday, April 30, 2024

Penyebab Cuaca Panas Banget Beberapa Hari Ini



BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas Banget Beberapa Hari Ini.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan penjelasan terkait cuaca panas yang terjadi belakangan ini di beberapa wilayah di Indonesia. Dengan penjelasan yang disampaikan, diharapkan masyarakat dapat memahami penyebab di balik suhu udara yang tinggi ini.

BMKG menyebutkan bahwa salah satu penyebab cuaca panas yang terjadi adalah karena adanya aliran angin dari Australia ke wilayah Indonesia. Aliran angin ini membawa udara kering dan panas dari wilayah utara Australia ke arah selatan Indonesia.

Selain itu, BMKG juga menyebutkan adanya pola sirkulasi udara di wilayah Indonesia yang cenderung menurunkan curah hujan. Hal ini menyebabkan terjadinya kondisi cuaca panas dan minim hujan, yang menjadi penyebab utama dari suhu udara yang tinggi belakangan ini.

Menurut BMKG, kondisi cuaca panas ini merupakan fenomena alam yang normal terjadi pada musim pancaroba. Musim pancaroba merupakan masa peralihan antara musim hujan dan musim kemarau, yang ditandai dengan perubahan pola cuaca dan peningkatan suhu udara.

Meskipun demikian, BMKG mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap dampak kesehatan yang mungkin timbul akibat suhu udara yang tinggi. Beberapa dampak yang dapat terjadi adalah dehidrasi, kelelahan, dan gangguan kesehatan lainnya.

BMKG juga memberikan saran kepada masyarakat untuk mengambil langkah-langkah pencegahan, seperti meminum air yang cukup, menghindari beraktivitas di bawah terik matahari pada jam-jam tertentu, dan menggunakan perlindungan dari sinar matahari seperti topi dan tabir surya.

Dengan penjelasan yang disampaikan oleh BMKG, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami penyebab di balik cuaca panas yang terjadi belakangan ini dan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menjaga kesehatan mereka.


Thailand dan India Dilanda Cuaca Panas Ekstrem, RI Gimana?.

Beberapa negara di Asia, termasuk Thailand dan India, menghadapi tantangan cuaca panas ekstrem yang mengganggu kehidupan sehari-hari penduduk mereka. Sementara itu, di Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan gambaran tentang kondisi cuaca dan bagaimana Indonesia menghadapinya.

Thailand dan India telah mengalami suhu udara yang sangat tinggi dalam beberapa hari terakhir, dengan suhu mencapai level yang tidak biasa. Warga di kedua negara tersebut dilaporkan merasakan dampak negatif dari cuaca panas ekstrem ini, termasuk dehidrasi, kelelahan, dan gangguan kesehatan lainnya.

Di India, kota-kota seperti Delhi, Mumbai, dan Chennai telah mengalami suhu udara yang melampaui 40 derajat Celsius, menciptakan kondisi yang tidak nyaman bagi penduduk setempat. Sementara itu, Thailand juga melaporkan suhu yang sangat tinggi, dengan Bangkok dan daerah-daerah lainnya mencatat suhu di atas 40 derajat Celsius.

Di tengah situasi ini, BMKG memberikan pemahaman tentang kondisi cuaca di Indonesia dan bagaimana negara ini menghadapi tantangan cuaca ekstrem. Menurut BMKG, Indonesia juga mengalami cuaca panas yang tidak biasa, terutama di beberapa wilayah seperti Jawa Tengah, Jawa Timur, dan sebagian Sumatera.

Namun, BMKG menekankan bahwa kondisi cuaca panas ini merupakan fenomena alam yang normal terjadi di musim pancaroba. Meskipun demikian, BMKG mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap dampak kesehatan yang mungkin timbul akibat suhu udara yang tinggi, seperti dehidrasi, panas dalam, dan gangguan kesehatan lainnya.

BMKG juga memberikan saran kepada masyarakat untuk mengambil langkah-langkah pencegahan, seperti meminum cukup air, menghindari beraktivitas di bawah terik matahari pada jam-jam tertentu, dan menggunakan perlindungan dari sinar matahari seperti topi dan tabir surya.

Dengan demikian, meskipun Indonesia juga mengalami cuaca panas ekstrem dalam beberapa waktu terakhir, BMKG memberikan pemahaman bahwa hal ini merupakan bagian dari pola cuaca alami dan memberikan saran kepada masyarakat untuk tetap waspada dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan untuk menjaga kesehatan mereka.


BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia pada April 2024.

Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) telah memberikan penjelasan terkait fenomena cuaca panas yang melanda sebagian wilayah Indonesia pada bulan April 2024. Penjelasan ini membantu masyarakat memahami faktor-faktor di balik suhu udara yang tinggi selama periode ini.

BMKG menyatakan bahwa salah satu penyebab utama cuaca panas tersebut adalah adanya pola sirkulasi angin yang tidak biasa. Angin dari wilayah Australia membawa udara kering dan panas ke wilayah Indonesia, meningkatkan suhu udara secara signifikan.

Selain itu, BMKG juga menyoroti pengaruh siklus alam La Niña yang terjadi pada periode itu. La Niña, yang merupakan fase dingin dari siklus El Niño-Southern Oscillation (ENSO), cenderung menyebabkan suhu laut di Samudra Pasifik bagian timur meningkat. Hal ini mempengaruhi pola cuaca di wilayah Asia Tenggara, termasuk Indonesia, dan dapat menyebabkan cuaca yang lebih panas dan kering.

Fenomena ini menjadi perhatian serius bagi BMKG karena dampaknya yang dapat dirasakan oleh masyarakat, seperti peningkatan risiko kebakaran hutan, potensi kekeringan, dan dampak negatif pada sektor pertanian. Oleh karena itu, BMKG terus memantau perubahan cuaca dan memberikan peringatan dini kepada masyarakat agar dapat mengambil langkah-langkah pencegahan yang tepat.

Meskipun cuaca panas merupakan fenomena alam yang terjadi secara periodik, BMKG mengingatkan pentingnya kewaspadaan dan penanganan yang tepat dalam menghadapi dampaknya. Masyarakat diimbau untuk tetap mengikuti perkembangan informasi cuaca dari BMKG dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan, seperti meminum air yang cukup, menghindari beraktivitas di bawah terik matahari, dan menjaga kebersihan lingkungan.

Dengan penjelasan dari BMKG ini, diharapkan masyarakat dapat lebih memahami penyebab di balik cuaca panas yang terjadi pada April 2024 dan mengambil tindakan yang tepat untuk menjaga kesehatan dan keselamatan mereka.


Sumber :

https://inet.detik.com/science/d-7317909/bmkg-ungkap-penyebab-cuaca-panas-banget-beberapa-hari-ini

https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-7318622/thailand-india-dilanda-cuaca-panas-ekstrem-ri-gimana-bmkg-bilang-gini

https://www.kompas.com/tren/read/2024/04/27/140000865/bmkg-ungkap-penyebab-cuaca-panas-di-indonesia-pada-april-2024?page=all#google_vignette