Pages

Monday, December 27, 2021

Kebijakan Lingkungan Hidup Joko Widodo Tahun 2021: Politis atau Ilmiah?

Oleh : Alexander Aur, Dosen Filsafat, Universitas Pelita Harapan, Karawaci, Banten. 

Editor Sandro Gatra

Kompas.com - 28/12/2021, 05:45 WIB 


SALAH satu masalah yang dibahas dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20) yang berlangsung di Roma 30-31 Oktober lalu, adalah perubahan iklim. Masalah itu disikapi Presiden Joko Widodo dengan hadir dalam KTT Perubahan Iklim ke-26 di Glasgow, Skotlandia. 

Dalam kapasitasnya sebagai Presiden Indonesia dan sebagai Ketua KTT G20 yang baru, Joko Widodo menunjukkan komitmennya terhadap masalah perubahan iklim. Komitmen tersebut merupakan bentuk konkret dari politik lingkungan Presiden. 

Di Glasgow, Joko Widodo menyatakan bahwa Indonesia tidak sekadar beretorika terkait masalah perubahan iklim. Indonesia sudah menyusun langkah konkret mengatasi perubahan iklim. Melalui Direktorat Adaptasi Perubahan Iklim Direktorat Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan meluncurkan Program Kampung Iklim. 

Program ini disampaikan oleh Presiden Joko Widodo pada pembukaan Climate Adaptation Summit 2021 tanggal 8-9 Februari 2021. Program tersebut menargetkan 20.000 kampung iklim pada tahun 2024. 

Untuk mendukung pencapaian target tersebut, ada 8 langkah strategis yang perlu ditempuh, yaitu: penguatan kapasitas pemerintah daerah, penguatan kapasitas masyarakat, menjalin kemitraan multi pihak, mendorong kepemimpinan di tingkat lokal, mendorong komitmen para pihak, penyebarluasan keberhasilan, meningkatkan pengembangan dan penerapan teknologi tepat guna, serta mendorong optimalisasi potensi sumber pendanaan. 


Politis atau ilmiah? 

Apakah Program Kampung Iklim berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ilmiah yang cukup? Atau semata-mata berdasarkan pertimbangan-pertimbangan politik? 

Kedua, bagaimana sebaiknya pertimbangan ilmiah dan pertimbangan politik digunakan dalam perancangan dan pengembangan berbagai kebijakan menyangkut permasalahan lingkungan? Latar belakang Program Kampung Iklim adalah perubahan iklim yang terjadi. 

Dalam konteks Indonesia, data yang disampaikan oleh “Data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa suhu rata-rata Indonesia pada tahun 2016 lebih tinggi 1,2 derajat celcius dibandingkan normalnya, yaitu berdasarkan suhu rata-rata tahun 1981-2000. 

Hal ini melampaui rata-rata anomali suhu tahun 2015, yaitu sebesar 1 derajat celcius dibandingkan normalnya. Sejalan dengan hal tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah melaporkan bahwa terjadi kecenderungan kenaikan kejadian bencana hidrometeorologi seperti banjir, longsor, kekeringan, kebakaran hutan dan puting beliung. 

Kejadian bencana hidrometeorologi yang diperparah dengan faktor antropogenik terus meningkat dari tahun ke tahun, di mana saat ini tercatat mencapai 98 persen dari seluruh kejadian bencana di Indonesia. Perubahan iklim merupakan persoalan dunia. Semua negara menghadapi masalah yang sama. 

Bersama dengan beberapa negara lain, Indonesia sudah berkomitmen menahan laju kenaikan suhu rata-rata global tidak lebih dari 2 derajat Celcius, di atas tingkat pada masa pra industrialisasi, dengan ambisi lebih lanjut untuk menekan kenaikan suhu sebesar 1,5 derajat Celcius. 

Komitmen Indonesia dan beberapa negara lain itu tertuang dalam Kesepakatan Paris (Paris Agreement) yang ditetapkan di Paris pada tahun 2015. Konsekuensi logis dari fakta perubahan iklim dan komitmen dalam Paris Agreement adalah Indonesia harus menangani perubahan iklim melalui program-program yang dapat dilakukan. 

Program Kampung Iklim adalah salah satu dari kegiatan pengendalian perubahan iklim. Untuk itu, keterlibatan semua pihak di negara ini dalam pengendalian perubahan iklim adalah wujud konkret dari tanggungjawab ilmiah sekaligus tanggung jawab etis terhadap keberlanjutan lingkungan hidup (environment sustainability). 

Jadi, kesimpulan yang dapat diambil adalah Program Kampung Iklim merupakan sebuah program berbasis metodologi ilmiah. Riset-riset ilmiah atas perubahan iklim menjadi dasar ilmiah untuk memberikan legitimasi ilmiah pada program tersebut. Program Kampung Iklim dengan target 20.000 kampung iklim pada 2024 sangat ambisius. 

Ada nuansa politis. Ini sesuatu yang wajar. Kewajarannya berdasarkan pertimbangan-pertimbangan ilmiah mengenai daya dukung komunitas-komunitas budaya dan desa-desa di Indonesia. Selain itu, pemerintah memang perlu memastikan kehendak politik (good will) yang kuat untuk mengatasi perubahan iklim. 

Setiap kebijakan publik yang ditetapkan oleh pemerintah harus bertumpu pada riset-riset ilmiah. Dalam contoh kasus Program Kampung Iklim tersebut, riset ilmiah melandasai kebijakan tersebut. Riset ilmiah tampak dalam data ilmiah yang diberikan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengenai kenaikan suhu bumi dan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengenai berbagai bencana akibat perubahan iklim. 

Kebijakan publik bidang lingkungan, khususnya perubahan iklim, mesti berdasarkan riset ilmiah. Dengan riset, persoalan lingkungan dapat diukur dan penanganannya pun secara terukur pula. Dengan demikian, kebijakan publik merupakan upaya menjawab dan menyelesaikan persoalan lingkungan yang dihadapi dan dialami oleh warga negara-bangsa Indonesia. 

Pertimbangan-pertimbangan ilmiah dan pertimbangan politis dalam kebijakan publik, merupakan dua hal yang saling bersinergi. Sinergi kedua hal tersebut membantu penyelesaian berbagai persoalan dalam bidang lingkungan hidup di Indonesia. 

Ini adalah tanggungjawab semua pihak dari negara-bangsa ini. 


Demokrasi lingkungan 

Masalah lingkungan adalah masalah bersama. Bukan saja pemerintah yang menghadapinya. Warga negara pun menghadapinya. Itu berarti demokrasi lingkungan merupakan keniscayaan. 

Dengan demikian, masalah lingkungan menjadi masalah bersama. Juga menuntut tanggungjawab bersama untuk mengatasinya. Perihal pelibatan warga negara dalam menangani masalah-masalah lingkungan sebagai perwujudan demokrasi lingkungan, beberapa elemen perlu diperhatikan (Sapto Hermawan, 2021). 

Pertama, akses atas informasi lingkungan hidup. Warga negara berhak atas akses informasi mengenai lingkungan hidup. Informasi mengenai hal itu dapat diperoleh warga secara tertulis, visual, elektronik dan digital. Dalam konteks masalah perubahan iklim, warga negara berhak memperoleh riset-riset ilmiah mengenai masalah itu dan cara penanganannya. 

Kedua, pelibatan dan partisipasi warga negara dalam menangani masalah-masalah lingkungan hidup. Warga negara terlibat dan berpartisipasi mulai dari tahap identifikasi masalah, perumusan masalah, perencanaan dan proses penanganan masalah, sampai evaluasi dan penanganan lebih lanjut. Program Kampung Iklim merupakan salah satu contoh untuk menunjukkan pelibatan dan partisipasi warga negara dalam masalah lingkungan hidup. 

Ketiga, akses atas keadilan lingkungan. Hak atas informasi lingkungan hidup merupakan salah satu ungkapan konkret keadilan lingkungan. Demikian pula partisipasi warga negara dalam penanganan masalah-masalah lingkungan. Warga negara juga berhak dalam mengawal proses peradilan terhadap para pelanggar aturan hukum lingkungan. Pengawalan ini penting agar keadilan lingkungan tidak dicederai oleh kepentingan-kepentingan lain yang bertentangan dengannya. 

Tahun 2022 sudah di depan mata. Kemana arah kebijakan lingkungan hidup Presiden Joko Widodo? Pertanyaan ini dapat terjawab bila setiap warga negara, baik secara politis maupun ilmiah terlibat secara aktif memastikan demokrasi lingkungan terus berlangsung. Dengan demikian, kebijakan lingkungan hidup di Indonesia menjadi tanggungjawab bersama.


Sumber :

https://nasional.kompas.com/read/2021/12/28/05450021/kebijakan-lingkungan-hidup-joko-widodo-tahun-2021--politis-atau-ilmiah-?page=all#page2

Wednesday, December 22, 2021

Tiket Kereta Bisa Dimakan

Tiket Kereta Ini Bisa Dimakan, Mengandung Ganja Lagi

Tak ada yang istimewa dari tiket kereta api umum. Namun, beda cerita dengan yang ini karena bisa dimakan. Dilansir detikTravel dari AFP, Kamis (16/12/2021), jaringan transportasi umum di Berlin membuat tiket Metro atau kereta api yang bisa di makan. Ini merupakan inovasi terbaru edisi natal.

Alasannya karena perjalanan dapat menyebabkan stress, apalagi di tengah pandemi. Tiket ini diharapkan agar bisa mengurangi stress saat perjalanan di waktu Natal.

"Dengan cara ini Anda dapat melakukan perjalanan tanpa repot keliling Berlin sepanjang hari dan kemudian hanya menelan stres Natal Anda bersama dengan tiket Anda," kata operator transportasi umum BVG, yang dikenal dengan aksi pemasarannya yang unik dikutip dari AFP.

Tiket yang masing-masing berharga 8,80 euro (Rp 142 ribu) itu dijual hingga Jumat pekan ini. Bahannya terbuat dari kertas yang dapat dimakan dan ditaburi tak lebih dari tiga tetes minyak rami yang dipercaya dapat memiliki efek menenangkan menurut BVG.

https://travel.detik.com/travel-news/d-5856925/tiket-kereta-ini-bisa-dimakan-mengandung-ganja-lagi


Uniknya Tiket Kereta Bisa Dimakan Agar Penumpang Tak Stres, Mau Coba? 

Jaringan transportasi umum di Berlin, Jerman membuat tiket kereta api Metro yang bisa dimakan. Melansir New York Post, tiket kereta api yang bisa dimakan ini bertujuan untuk mengurang stress saat perjalanan di waktu Natal saat pandemi Covid-19 juga belum menentu. 

Perusahaan transportasi BVG membuat tiket kereta yang bisa dimakan itu dengan menggunakan minyak hemp. Tiket yang dijual seharga €8,80 atau setara Rp142.375 ini terbuat dari kertas yang dapat dimakan dan ditaburi tidak lebih dari tiga tetes minyak hemp. 

Minyak hemp disebut 100 persen vegetarian dan jadi saus salad yang sangat baik. Minyak hemp sendiri atau dikenal hempseed oil terbuat dari ekstrak biji ganja. Jerman bisa menjadi negara Eropa pertama yang melegalkan ganja dan mengizinkan penjualannya untuk tujuan rekreasi. 

"Tentu saja, ini semua harus diambil dengan sekejap mata Anda," kata juru bicara BVG, Jannes Schwentu. Tiket yang bisa menimbulkan efek menenangkan itu dijual selama periode Natal 24 jam dan sepenuhnya legal.

Dia juga menunjukkan bahwa pelanggan juga bisa mengoleskan tiket itu ke doner kebab Berlin yang terkenal atau makan favorit lainnya. Schwentu memperingatkan untuk tidak memakan semuanya sebelum masuk dan menyelesaikan perjalanan seseorang karena terlalu banyak memakannya dapat membatalkan tiket. 

"Harap menggigitnya saja," papar Schwentu. Sebelumnya, BVG meluncurkan inovasi pada 2018 ketika ratusan orang rela antre panjang di pagi hari ketika BVG meluncurkan sepasang sepatu Adidas edisi terbatas yang juga berfungsi sebagai tiket metro tahunan. Dijual seharga 180 euro, sepatu dengan desain penutup kursi di kereta U-Bahn Berlin dilengkapi dengan tiket tahunan yang biasanya bernilai 761 euro.

https://travel.okezone.com/read/2021/12/22/406/2520719/uniknya-tiket-kereta-bisa-dimakan-agar-penumpang-tak-stres-mau-coba.

Sunday, November 21, 2021

Sejarah World Tree Day

Selamat Hari Pohon Sedunia, Inilah Sejarah World Tree Day dan 10 Manfaat Pohon bagi Kehidupan

Minggu, 21 November 2021 09:18 WIB

World Tree Day atau Hari Pohon Sedunia diperingati setiap 21 November. Peringatan tersebut jatuh pada Minggu (21/11/2021) ini. Hari Pohon Sedunia bertujuan untuk mengingatkan kepada masyarakat dunia tentang pentingnya eksistensi pohon dan berbagai manfaat kehidupan yang diperoleh.

Melansir sulawesi.gakkum.menlhk.go.id, latar belakang lahirnya Hari Pohon Sedunia berasal dari gagasan seorang aktivis pecinta alam dari Amerika Serikat, Julius Sterling Morton, yang mengampanyekan gerakan menanam pohon.

Suatu hari pada 1854, ia dan istrinya, Caroline Joy French, pindah dari Michigan ke Nebraska. Nebraska adalah daerah yang baru dihuni dan tidak terdapat pepohonan di sana. Morton mengajak warga untuk menanam pohon di Nebraska agar lingkungan menjadi indah dan kelestarian pohon tetap terjaga di daerah tempat tinggalnya.

Pada 10 April 1872, Morton kemudian mengusulkan satu hari yang akan digunakan untuk menanam pohon. Usulan tersebut disepakati pemerintah setempat dan Hari Pohon Sedunia diperingati setiap 21 November.

Peringatan Hari Pohon Sedunia pertama diselenggarakan di Spanyol. Dalam peringatan tersebut, ada banyak orang yang melakukan penanaman pohon. Istilah lain yang digunakan untuk menyebut World Tree Day adalah Arbor Day.

Arbor adalah kata dari bahasa latin yang berarti pohon. Gerakan penanaman pohon yang dipelopori oleh Morton sekaligus menjadi pengingat bagi manusia untuk menjaga kelangsungan makluk hidup lainnya agar ekosistem tetap seimbang.

Selain itu, menanam pohon juga dapat mengurangi risiko pemanasan global, mencegah banjir, tanah longsor, tempat hidup fauna (burung), dan membuat iklim mikro yang baik.


Manfaat Pohon

Dilansir Gramedia, berikut ini 10 manfaat pohon untuk kehidupan:


1. Penghasil Oksigen

Pohon termasuk tumbuhan hijau yang dapat menghasilkan oksigen. Oksigen adalah gas yang dibutuhkan makhluk hidup seperti manusia dan hewan untuk bernapas. Proses fotosintesis pada tumbuhan terjadi di daun.

Hasil dari proses ini yaitu oksigen dan gula yang menjadi cadangan makanan tumbuhan itu sendiri. Selain menghasilkan oksigen, tumbuhan juga dapat menyerap karbon dioksida, yaitu kandungan gas yang beracun.

Adanya pohon yang cukup banyak dapat mengurangi karbondioksida dan menghasilkan lebih banyak oksigen.


2. Sumber Makanan

Pohon yang sehat akan menghasilkan daun yang lebat. Daun ini nantinya bermanfaat sebagai bahan makanaan bagi sebagian hewan herbivora dan juga sumber makanan bagi manusia. Bagian pohon tertentu dapat diolah menjadi berbagai macam makanan.

Jenis pohon yang dapat diolah menjadi bahan makanan adalah pohon sagu. Selain pohon, tumbuhan lain yang berdaun hijau juga bermanfaat untuk kelangsungan hidup manusia dan hewan, misalnya singkong, ubi jalar, pohon pepaya, pohon pisang, dan lain-lain.


3. Mengendalikan Suhu

Adanya pohon yang banyak dan lebat di suatu wilayah dapat menurunkan suhu wilayah. Hal ini terjadi karena semakin banyak pohon maka semakin banyak oksigen yang dihasilkan. Dengan menanam pohon di daerah gersang dapat mengurangi pemanasan global dan menurunkan suhu wilayah yang panas.

Selain itu, keberadaan pohon juga diperlukan di pinggir jalan raya yang ramai, agar dapat menyerap karbon dioksida dan menurunkan suhu aspal yang memanas. Jalan menjadi lebih rindang serta aman dan nyaman untuk pejalan kaki.


4. Mengurangi Polusi Udara

Polusi udara di Bumi terus meningkat dan tidak diimbangi dengan adanya pohon-pohon yang dapat mengurangi risiko pencemaran udara. Zat-zat yang terkandung dalam polusi udara berpotensi menyebabkan gangguna pernapasan pada manusia.

Pohon-pohon yang banyak dan rindang sangat dibutuhkan di area publik terutama di pinggir jalan dan tempat yang menghasilkan polusi udara. Zat berbahaya akan diserap oleh daun-daun di pohon, sehingga dapat membersihkan udara dan membuat lingkungan menjadi lebih sejuk.


5. Mencegah Perubahan Iklim

Perubahan iklim dapat terjadi karena suhu di Bumi terus meningkat. Hal ini dapat ditangani dengan menanam pohon lebih banyak, terutama pada area-area gersang, jalan, industri, dan yang berpotensi meningkatkan suhu Bumi.

Pohon-pohon akan menghasilkan oksigen lebih banyak dan menurunkan suhu Bumi yang panas. Selain itu, pohon-pohon berkontribusi dalam mencegahan efek rumah kaca yang dapat merusak lapisan ozon.


6. Menjaga Kesehatan Mental

Lingkungan tempat tinggal manusia dapat mempengaruhi kondisi kejiwaan seseorang. Manfaat adanya tumbuhan dan pohon-pohon rindang adalah memberikan lingkungan yang asri dan sejuk. Kondisi ini dapat menjaga kesehatan mental dan fisik manusia.

Rasa sejuk dan segar yang alami akan berdampak positif pada pola pikir manusia, sehingga dapat mengurangi stress dan kecemasan.


7. Meningkatkan Mood dan Konsentrasi

Manfaat lain yang diperoleh dari adanya pohon dan tumbuhan di Bumi adalah meningkatkan suasana hati yang baik. Berbagai jenis pohon yang memiliki keindahan warna-warni seperti pohon sakura dapat menciptakan suasana yang nyaman dan tenang.

Selain itu, melihat tanaman yang indah dapat meningkatkan konsentrasi dan lebih rileks dalam berpikir.


8. Sumber Obat-obatan Herbal

Sebagian pohon dan tumbuhan memiliki manfaat untuk kesehatan, misalnya daun-daun pohon tertentu yang dapat dijadikan obat gatal. Bagian pohon yang lain juga dapat dijadikan bahan obat misalnya getah pohon dan bunganya.

Selain menjadi penyejuk lingkungan, pohon-pohon tertentu memberikan manfaat sebagai bahan obat herbal.


9. Menjaga Kualitas Tanah

Kualitas tanah di suatu daerah dapat dipengaruhi oleh makhluk hidup yang ada di dalamnya. Akar dan mikroorganisme yang hidup di tanah dapat mengurangi risiko erosi pada tanah karena dapat membuat tanah lebih padat. 

Manfaat lainnya yaitu pembusukan yang berlangsung di atas tanah, terutama di dekat pohon dan tanaman. Daun maupun bagian tumbuhan yang membusuk dapat menyuburkan tanah dan meningkatkan kualitas tanah.


10. Mengatur Siklus Air

Keberadaan pohon dan tanaman dapat mengatur siklus air dengan menjaga kelembaban di dalam tanah. Tumbuhan menghasilkan 10% kelembaban ke atmosfer setelah mengalami proses transpirasi. Akar tumbuhan berfungsi menyerap air tanah dan melepaskannya melalui pori-pori daun.

Siklus air yang dimulai dari air tanah akan kembali dilepaskan ke atmosfer dalam bentuk zat yang bersih.


Sumber :

https://m.tribunnews.com/amp/internasional/2021/11/21/selamat-hari-pohon-sedunia-inilah-sejarah-world-tree-day-dan-10-manfaat-pohon-bagi-kehidupan?page=all

Sunday, November 14, 2021

Perubahan Iklim Global

Ancaman Selain Covid Kian Nyata, Warga RI Bisa Berumur Pendek

NEWS Sabtu, 02/10/2021 13:30 WIB   

Indonesia menghadapi ancaman perubahan iklim akibat polusi udara dan deforestasi. Para ilmuwan dari University of Chicago University of Chicago. Hal itu tertulis dalam laporan berjudul "Air Quality Life Index 2021". Mereka menyebut hal ini dikarenakan polusi udara yang ditimbulkan.

Bahkan, polusi akibat pembangkit listrik batubara (PLTU) di yang diizinkan di Indonesia lebih tinggi dari China dan India.

"Pembangkit listrik tenaga batu bara Indonesia saat ini diizinkan untuk memancarkan 3 hingga 7,5 kali lebih banyak partikel, NOx dan SO2 daripada pembangkit listrik tenaga batu bara China," ujar laporan itu dikutip CNBC Indonesia Sabtu (2/10/2021).

Selain polusi udara kebakaran hutan dan deforestasi menjadi sesuatu yang digarisbawahi oleh para peneliti. Mereka mengkhususkan pada beberapa wilayah seperti Palangkaraya dan Palembang yang mengalami kabut asap pasca kebakaran hutan dalam beberapa tahun terakhir.

Ini mengancam harapan hidup di kedua wilayah itu. "Bagi penduduk kota-kota ini, harapan hidup bisa 2 tahun lebih rendah jika mereka tidak memenuhi standar WHO," tulis penelitian itu.

Peneliti pun juga mengatakan beberapa benefit yang akan didapatkan Indonesia bila fokus dalam mengelola emosinya. Mereka mengklaim bahwa angka harapan hidup di Jakarta dan beberapa kota lain di Pulau Jawa bisa naik hingga di atas 5 tahun juga kualitas udara Indonesia menyamai standar WHO.

"Di pulau Jawa, pusat penduduk dan industri Indonesia, 11 juta penduduk Jakarta bisa mendapatkan rata-rata 5,5 tahun kenaikan dalam harapan hidup jika polusi partikulat memenuhi pedoman WHO," tambah laporan itu.

Sebelumnya alarm perubahan iklim global juga sudah dialamatkan kepada Indonesia. Sebuah laporan dari Panel Antarpemerintah tentang Perubahan Iklim(IPCC) menemukan bahwa dunia mungkin memanas hingga 1,5°C pada awal 2030-an. Ini mengancam kota-kota seperti Jakarta.


Sumber :

https://www.cnbcindonesia.com/news/20211002115854-4-280885/ancaman-selain-covid-kian-nyata-warga-ri-bisa-berumur-pendek/amp

Thursday, November 4, 2021

Green Economy

A green economy is defined as low carbon, resource efficient and socially inclusive. In a green economy, growth in employment and income are driven by public and private investment into such economic activities, infrastructure and assets that allow reduced carbon emissions and pollution, enhanced energy and resource efficiency, and prevention of the loss of biodiversity and ecosystem services.

These green investments need to be enabled and supported through targeted public expenditure, policy reforms and changes in taxation and regulation. UN Environment promotes a development path that understands natural capital as a critical economic asset and a source of public benefits, especially for poor people whose livelihoods depend on natural resources. The notion of green economy does not replace sustainable development, but creates a new focus on the economy, investment, capital and infrastructure, employment and skills and positive social and environmental outcomes across Asia and the Pacific.

Green Economy

The role of Green Economy, Sustainable Consumption and Production and Resource Efficiency for Sustainable Development: Sustainable Consumption and Production aims to improve production processes and consumption practices to reduce resource consumption, waste generation and emissions across the full life cycle of processes and products – while Resource Efficiency refers to the ways in which resources are used to deliver value to society and aims to reduce the amount of resources needed, and emissions and waste generated, per unit of product or service. The Green Economy provides a macro-economic approach to sustainable economic growth with a central focus on investments, employment and skills.


The three main areas for the current work on Green Economy are:

1) Advocacy of macro-economic approach to sustainable economic growth through regional, sub-regional and national fora

2) Demonstration of Green Economy approaches with a central focus on access to green finance, technology and investments

3) Support to countries in terms of development and mainstreaming of macro-economic policies to support the transition to a Green Economy


The UN Environment is supporting Mongolia in the implementation of the National Green Development Policy, integration of green economy into local level development plans, Sustainable Development Goals indicators and greening of key sectors


Partnerships

Multi-stakeholder partnerships for the promotion of a Green Economy are supported to accelerate and consolidate sustainable changes in both consumption and production patterns. In addition to Governments and not-for-profit organizations, UN Environment has increased its engagement with the private sector – which is a very important actor in promoting resource efficiency and green economy.


Sumber :

https://www.unep.org/regions/asia-and-pacific/regional-initiatives/supporting-resource-efficiency/green-economy

Wednesday, November 3, 2021

Ekonomi Hijau

Ekonomi Hijau adalah sebuah rezim ekonomi yang meningkatkan kesejahteraan manusia dan kesetaraan sosial, sekaligus mengurangi risiko lingkungan secara signifikan. Ekonomi Hijau juga berarti perekonomian yang rendah atau tidak menghasilkan emisi karbon dioksida dan polusi lingkungan, hemat sumber daya alam dan berkeadilan sosial. 

Sedangkan ekonomi hijau ekologis merupakan sebuah model pembangunan ekonomi yang berlandaskan pembangunan berkelanjutan dan pengetahuan ekonomi ekologis.

Ciri ekonomi hijau yang paling membedakan dari rezim ekonomi lainnya adalah penilaian langsung kepada modal alami dan jasa ekologis sebagai nilai ekonomi dan akuntansi biaya di mana biaya yang diwujudkan ke masyarakat dapat ditelusuri kembali dan dihitung sebagai kewajiban, kesatuan yang tidak membahayakan atau mengabaikan aset. 

Untuk tinjauan umum tentang kebijakan pembangunan lingkungan internasional yang menuju ke laporan Ekonomi Hijau Program Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNEP), lihat Runnals (2011).


Sumber :

https://id.wikipedia.org/wiki/Ekonomi_Hijau

Museum Sampah Plastik di Gresik

Museum dari Sampah Plastik Berdiri di Gresik, Pengunjung Bakal Tergelitik

06 Okt 2021, 07:32 WIB

Permasalahan sampah plastik sudah menahun hingga penyelesaiannya membutuhkan proses panjang dan keterlibatannya semua manusia. Banyak gerakan dari para aktivis lingkungan untuk mengurangi sampah yang sulit didaur ulang ini.

Dilansir dari Asia One, Selasa, 5 Oktober 2021, sejumlah aktivis lingkungan di Indonesia membuat museum yang keseluruhannya terbuat dari plastik. Pameran tersebut berlangsung di ruang terbuka di daerah Gresik, Jawa Timur. 

Butuh tiga bulan lamanya untuk mengumpulkan dan membangun instalasi yang menggunakan lebih dari 10.000 sampah plastik, mulai dari botol, tas, sachet, dan sedotan plastik yang dikumpulkan dari sungai dan pantai yang tercemar. Instalasi dimulai dari terowongan 4444 sepanjang 10 meter.

Terowongan itu dibangun dari sampah plastik yang dikumpulkan dari beberapa sungai sekitar Gresik selama tiga tahun. Pada bagian tengah pameran berdiri patung Dewi Sri, dewi kemakmuran yang diyakini oleh masyarakat Jawa. Rok panjang Dewi Sri terbuat dari sachet barang-barang rumah tangga sekali pakai.

"Kami ingin menyampaikan kepada masyarakat untuk menghentikan penggunaan plastik sekali pakai," ujar Prigi Arisandi, pendiri museum. "Plastik sangat sulit didaur ulang. Mulai hari ini, kita harus berhenti menggunakan plastik sekali pakai karena akan mencemari laut, yang juga merupakan sumber makanan kita," tambahnya.

Permasalahan plastik sangat mendesak di Indonesia, negara kepulauan yang menempati urutan kedua setelah Tiongkok dalam hal banyaknya volume plastik yang berakhir di lautan. Data tersebut berdasarkan artikel yang berjudul ‘Plastic Waste Inputs From Land Into The Ocean’ yang ditulis oleh Jenna R. Jambeck pada 2015. Disebutkan bahwa jumlah sampah plastik laut Indonesia mencapai 0.48–1.29 juta metrik ton per tahun.

Bersama dengan Filipina dan Vietnam, keempat negara tersebut bertanggung jawab atas lebih dari separuh sampah plastik di lautan. Indonesia telah berupaya untuk mengatur regulasi penggunaan kemasan plastik dan telah membuahkan hasil.

 

Pengunjung Pameran

Museum dari Sampah Plastik Ingatkan Besarnya Masalah Lingkungan di Indonesia

Pameran ini telah menerima 400 pengunjung sejak dibuka pada awal bulan lalu. Ahmad Zainuri, seorang mahasiswa, mengaku tersadarkan mengenai besarnya masalah lingkungan ini.

"Saya akan beralih menggunakan tas jinjing dan ketika membeli minuman, saya akan menggunakan tumbler," ujar Ahmad. Pendapat senada juga dikatakan pengunjung lainnya.

"Saya harus membeli barang-barang yang dapat digunakan kembali seperti botol minum, daripada membeli botol plastik," ujar seorang mahasiswa, Ayu Chandra Wulan. "Ketika melihat banyaknya sampah yang ada di sini, saya merasa sedih," lanjutnya.


Gerakan 3R

Pengelolaan Sampah dengan 3R

Untuk membantu mengurangi sampah plastik, Anda dapat menerapkan gerakan 3R, reduce, reuse, dan recycle. Melansir Center For Ecotechnology, Selasa, 5 Oktober 2021, langkah pertama untuk mengurangi plastik secara sederhana yaitu dengan tidak menggunakan plastik.

Anda dapat menggunakan tas kain atau tas yang tidak sekali pakai untuk bepergian dan berbelanja. Hindari pula untuk menggunakan bahan pembersih yang mengandung microbeads.

Kedua, menggunakan kembali kantong atau peralatan makan yang Anda gunakan. Anda juga dapat berkreasi dengan botol plastik bekas dan menjadikannya tempat alat tulis.

Terakhir, daur ulang yaitu mengumpulkan benda-benda plastik yang dapat disalurkan ke tempat daur ulang. Walaupun cukup merepotkan, tetapi tindakan Anda sangat berarti bagi lingkungan dan kelangsungan bumi.  (Gabriella Ajeng Larasati)


Sumber :

https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4676642/museum-dari-sampah-plastik-berdiri-di-gresik-pengunjung-bakal-tergelitik

Sunday, October 31, 2021

Bioekonomi Perikanan

Sabtu, 17 Mei 2008

Perkembangan keilmuan bioekonomi pada saat ini semakin pesat. Bioekonomi diterapkan dalam kajian pengelolaan sumberdaya hayati dengan memasukkan filosofi dan konsep ekonomi untuk optimalisasi benefit. Bidang perikanan termasuk bidang yang paling banyak menggunakan ilmu bioekonomi. Kompleksitas sumberdaya perikanan menyebabkan perlunya pengembangan model yang diperlukan sebagai pendekatan dalam pembuatan kebijakan, termasuk dengan menggunakan pendekatan bioekonomi.

Bioekonomi perikanan berasal dari tiga kata, yaitu biologi, ekonomi dan perikanan. Biologi atau biology berasal dari kata “bio” yang berarti kehidupan, dan kata “logos” yang dapat diartikan sebagai ilmu. Oleh karena itu, biologi secara sederhana dapat diartikan sebagai ilmu mengenai kehidupan mahkluk hayati, termasuk sumberdaya ikan. Sedangkan ekonomi merupakan ilmu yang mempelajari perilaku individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan untuk menggunakan sumberdaya-sumberdaya yang langka dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya.

Istilah bioekonomi pada awalnya diperkenalkan oleh TI Baranoff, seorang teoretikus biologi laut asal Rusia, yang menamakan karya ilmiahnya dengan istilah bionomics atau bioeconomics meskipun dalam karya tersebut tidak banyak disinggung tentang faktor-faktor ekonomi. Selanjutnya Scott Gordon merupakan pionir dalam pengembangan bioekonomi. Scott Gordon adalah seorang ahli ekonomi dari Kanada. Gordon yang pertama kali menggunakan pendekatan ekonomi untuk menganalisis pengelolaan sumberdaya ikan yang optimal. Gordon menggunakan basis biologi yang diperkenalkan oleh Schaefer, yaitu konsep maximum sustainable yield atau MSY. Selanjutnya, istilah bioekonomi secara intensif dipergunakan oleh Collin Clark dan Gordon Munro.

Bioekonomi perikanan merupakan ilmu yang bersifat multi disiplin ilmu. Dalam bioekonomi, model dasarnya menggunakan teori dan konsep biologi yang selanjutnya dipadukan dengan konsep ekonomi. Pemakaian konsep ekonomi dimaksudkan untuk optimalisasi pemanfaatan sumberdaya hayati berdasarkan tinjauan ekonomi. Sedangkan bioekonomi perikanan merupakan aplikasi konsep bioekonomi pada bidang perikanan.

Konsep bioekonomi perikanan dikembangkan karena adanya kekhawatiran terjadinya the tragedy of the common atau tragedi kebersamaan pada sumberdaya perikanan. Apabila suatu sumberdaya menjadi ”milik bersama” atau tidak jelas kepemilikannya, dimana setiap pihak secara bebas dapat mengaksesnya, maka eksploitasi terhadap sumberdaya tersebut dikhawatirkan akan terlalu berlebihan.

Sumberdaya perikanan memang dikenal sebagai sumberdaya yang dapat dipulihkan (renewable resources). Namun, harus diingat bahwa daya pemulihan sumberdaya perikanan memiliki keterbatasan. Apabila pemanfaatan sumberdaya perikanan melebihi kemampuan daya pulih sumberdaya (regenerasi stok), maka stok sumberdaya ikan akan mengalami penurunan menuju kepunahan sumberdaya. Oleh karena itu, dikembangkan pendekatan maximum sustainable yield (MSY) atau tingkat tangkapan yang lestari. Pada level MSY, maka pemanfaatan sumberdaya perikanan tidak mengganggu kelestarian sumberdaya, dimana jumlah ikan yang dipanen atau ditangkap pada batasan surplus produksi.

Kritik terhadap pendekatan MSY diantaranya karena belum memperhitungkan nilai ekonomi. Meskipun pendekatan MSY menghasilkan hasil tangkapan yang optimal dan lestari, namun oleh para ekonom dinilai masih belum optimal secara ekonomi. Oleh karena itu, pada perkembangannya ilmuwan dari biologi dan ekonomi banyak mengembangkan konsep bioekonomi dengan tujuan untuk mengupayakan tingkat pemanfaatan sumberdaya perikanan yang optimal secara ekonomi dengan tetap memperhitungkan faktor kelestarian sumberdaya perikanan.


Sumber :

http://bioeconomic.blogspot.com/2008/05/bioekonomi-perikanan.html

Bioekonomi

August 29, 2015

Di tengah rupiah yang kian tak berdaya dibantai Yuan dan Dolar saat ini, kesalahan semua ditumpukan pada impor kita. Semua-semua diimpor. iPhone terbaru diimpor. Mesin-mesin untuk PLTU Batang yang baru diresmikan diimpor. Bahan baku untuk pabrik obat diimpor. Itu barangkali masih dimaklumi. Namun rupanya daging sapi, beras, cabe, susu, kedelai, terasi, hingga garam pun ikutan diimpor. Tak masuk akal memang, negara dengan laut begitu luas dan memiliki garis pantai salah satu yang terpanjang di dunia kok bisa-bisanya garamnya impor.


Tak Berdaulat

Terus terang, gara-gara sedang mengerjakan riset dan menulis buku mengenai life science dan kekayaan keanekaragaman hayati Indonesia, saya menjadi sensitif dengan persoalan ini. Bukunya berjudul “Life Science for Life” yang rencananya diluncurkan minggu depan di Bandung bersamaan dengan peringatan ulang tahun Bio Farma ke 125 tahun. Gara-gara buku ini saya mendalami potensi keanekaragaman hayati dan kekayaan plasma nutfah Indonesia yang luar biasa. Potensi ini seharusnya menjadi hartu karun yang bakal mengantarkan bangsa ini menjadi negara besar nan mandiri.

Kalau kita konfiden, nggak usah noleh kemana-mana, fokus menekuni apa yang kita punya tersebut, maka seharusnya kita tak akan risau rupiah babak-belur dibantai dolar seperti sekarang. Sedih memang, di tengah melimpahnya sumber daya hayati kita justru abai. Kita mengesampingkannya dan cenderung menoleh ke Barat dengan mengembangkan industri otomotif, elektronik, kimia, pesawat terbang, bahkan teknologi nuklir. Sesungguhnya kita malu menjadi bangsa petani; kita malu menjadi bangsa nelayan; kita malu menjadi bangsa peternak. Dengan kekayaan keanekaragaman hayati yang melimpah-ruah, seharusnya industri yang kita kembangkan adalah industri yang berbasis hayati (bioindustry) seperti pertanian, perikanan, peternakan, pariwisata, pengobatan, atau energi terbarukan.

Sebagai negara yang telah terjajah begitu lama, kita silau dengan negara-negara Barat. Kita ikut-ikutan mengembangkan teknologi dan industri yang mereka kembangkan. Kita menjadi pengekor, karena kita berpikir dengan cara begitulah kita akan bisa menjadi semaju mereka. Apakah benar demikian? Menurut konsep keunggulan komparatif negara (comparative advantage of nation) setiap negara seharusnya mengambil bidang-bidang industri dan produk yang menjadi spesialisasinya. Dan melalui mekanisme perdagangan internasional (international trade) mempertukarkannya dengan negara lain.

Jadi, sebenarnya tidak masalah kita mengimpor mobil, mesin-mesin, gadget elektronik, atau pesawat terbang dari negara maju. Asalkan mereka juga mengimpor beras, daging sapi, ikan, cabe, atau susu dari kita. Sekarang yang terjadi mengenaskan, semua-semua kita impor. Kita menjadi negara yang tak mandiri, tak berdaulat. Rupiah tak berdaulat di negerinya sendiri karena kini di Mangga Dua pedagang elektronik lebih pede menggunakan dolar ketimbang rupiah yang terus terjun bebas.


Bioeconomy

Menangisi bangsanya yang kian tak berdaulat, nggak tahu kenapa akhirnya saya sampai kepada sebuah dokumen yang saya googling di internet. Dokumen itu bernama National Bioeconomy Blueprint yang dikeluarkan pemerintahan Obama pada tahun 2012. Dokumen tersebut tak lain berisi strategi Amerika Serikat untuk mengembangkan ekonomi yang berbasis pada life science dan bioteknologi. 

Dalam dokumen tersebut menjadi jelas bahwa masa depan ekonomi AS bukan ditopang oleh mesin, kimia, atau IT, tapi oleh life science dan bioteknologi. Mereka menyebutnya bioekonomi (bioeconomy), ekonomi yang pertumbuhannya didorong oleh pemanfaatan riset dan pengembangan life science dan bioteknologi.

Pemerintah Obama memilihnya karena dua alasan strategis. Pertama, industri dan produk hayati menjanjikan potensi luar biasa untuk mendukung pertumbuhan ekonomi karena industrinya sedang emerging. Dan kedua, relatif tidak merusak lingkungan sehingga menghasilkan pertumbuhan berkesinambungan (sustainable growth). Beberapa sektor unggulan dipilih sebagai spesialisasi seperti: kesehatan, pertanian/pangan, energi terbarukan, dan lingkungan.

Yang saya kaget, rupanya AS tak sendiri. Cina yang selama ini kita kenal sebagai “pabriknya dunia” dan paling boros mengonsumsi minyak dan batubara yang mencemari pun mulai gandrung dengan industri hayati. Hal ini dilakukan setelah sektor manufaktur mulai dirasakan menimbulkan dampak pencemaran lingkungan yang mengkhawatirkan. Kini Cina agresif mengembangkan bidang-bidang hayati seperti makanan dan pertanian, kesehatan dan kedokteran, dan energi terbarukan untuk menopang pertumbuhan ekonominya.


Adem Ayem

Yang saya sedih, kenapa yang kepikiran mengembangkan industri dan produk berbasis hayati kok justru mereka bukan kita. Kita yang begitu kaya sumber daya genetik (SDG), spesies dan plasma nutfah baik flora maupun fauna, dan beragam ekosistem justru adem-ayem. Kapal besar ekonomi Indonesia haruslah diputar haluannya untuk fokus memanfaatkan kekuatan kita, yaitu industri dan produk biologi/hayati. Sebagai bangsa besar kita harus bangga menjadi petani kopi. Kita harus konfiden menjadi peternak sapi. Kita harus pede menjadi penambak udang. Kalau kopi, daging sapi, atau udang kita memiliki kualitas kelas dunia so pasti produk tersebut tak kalah dari Android, iPhone, atau sedan Toyota. Starbuck jualan kopi tapi tak kalah keren dibanding Apple. Nilai tambah yang dihasilkan juga tak kalah tinggi dibanding Toyota atau Boeing.

Pemerintah melalui BAPPENAS bersama Kementrian Riset, Teknologi, Pendidikan Tinggi dan terkait seperti Kementerian Pertanian, Kemenko Maritim, Kementerian Pariwisata, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan sudah waktunya duduk bersama untuk merancang konsep pembangunan berbasis ilmu hayati, sejenis dengan National Bioeconomy Blueprint-nya Pemerintah Obama. Di dalam konsep tersebut kita harus menetapkan arah dan kebijakan pembangunan bioekonomi Indonesia.

Itu kalau kita tak mau rupiah terus terjun bebas hingga ke titik 30.000. Itu kalau kita tak mau rupiah tak berdaulat di negerinya sendiri karena kita terlalu bergantung pada impor. Ingat, kemandirian dan kedaulatan menjadi sesuatu yang kian mahal di negeri ini.


Sumber :

https://www.yuswohady.com/2015/08/29/bioekonomi/

Perubahan Model Ekonomi

Perubahan Model Ekonomi dalam Tiga Disrupsi Besar Dunia

25 Aug 2021 


Jakarta, Humas LIPI. Pada kuliah ilmiah yang berjudul ’Biodiversitas dan Inovasi Bioekonomi untuk Masa Depan Bangsa’, Rektor Institut Pertanian Bogor, Arif Satria menyampaikan tentang tiga disrupsi besar yang sedang dialami dunia, yaitu perubahan iklim, Revolusi industri 4.0, dan pandemi covid-19. Kuliah ilmiah tersebut disampaikan Arif pada Sarwono Memorial Lecture XXI yang diselenggarakan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), sebagai puncak peringatan Hari Ulang Tahun LIPI ke-54.

Dalam paparannya, Arif menyampaikan bahwa perubahan iklim memberikan dampak yang luar biasa pada lingkungan dan pertanian, seperti anomali curah hujan, meningkatnya bencana alam, hingga tingginya resiko gagal panen. “Hal ini tentu saja menimbulkan efek domino pada segi ekonomi, sosial, dan krisis energi. Pada bidang kesehatan pun, disrupsi perubahan iklim ini menyumbangkan penambahan angka malnutrisi, stunting, dan jumlah penyakit,” jelasnya. 

Disrupsi revolusi industri 4.0 diakselerasi dengan kecepatan teknologi kepintaran buatan, robotik, big data, hingga Internet of Things menurutnya, ternyata telah merombak tatanan kehidupan. Arif mengungkapkan bahwa revolusi biologi juga sedang dirasakan atas dampak dari disrupsi teknologi ini, di mana aspek biologi saat ini bersinergi dengan aspek teknologi komputer. "Dalam dunia bisnis, disrupsi ini menyebabkan munculnya pekerjaan baru, dan hilangnya sejumlah pekerjaan. Hari ini kita merasakan pentingnya kompetensi-kompetensi baru yang mengedepankan future skill (keahlian masa depan) yang didapat melalui reskilling, upskilling, dan new skilling," ujar Arif.

Tak ketinggalan, Arif menuturkan, disrupsi ketiga berupa pandemi covid-19 juga mengubah banyak pola di kehidupan sehari-hari. Beberapa yang paling dapat dirasakan saat ini menurutnya adalah perlambatan ekonomi, peningkatan angka kemiskinan, dan penurunan kesehatan. Namun di sisi lain juga meningkatkan fleksibilitas kegiatan bekerja dan belajar-mengajar.

Berdasarkan data yang dianalisisnya, ketiga disrupsi besar ternyata tidak memengaruhi pertumbuhan biodiversitas, yang menurut data Produk Domestik Bruto (PDB/Lapangan Kerja) 2020-2021, sektor yang berbasis pada biodiversitas tetap tumbuh positif. "Ini artinya, sektor biodiversitas adalah sektor yang tahan banting. Ini lah mengapa sektor ini harus terus dikembangkan dan mendapatkan prioritas dalam pembangunan nasional,"terang  Arif.

 

Tiga Disrupsi dan Perubahan Model Ekonomi

Arif menegaskan, ketiga disrupsi besar tersebut mengubah model ekonomi masa depan. Ia berpendapat, perubahan iklim memaksa terjadinya green and blue economy, revolusi industri 4.0 memaksa terjadinya sharing economy, dan pandemi Covid-19 memaksa terjadinya new normal bioeconomy. Perubahan tersebut harus dihadapi semua kalangan dan semua bidang.

Green Economy Initiative (GEI) mendeskripsikan green and blue economy sebagai ekonomi yang meningkatkakan kualitas kehidupan manusia dan ekuitas sosial, dengan secara signifikan mengurangi dampak lingkungan dan kelangkaan ekologi. "Green and Blue Economy merupakan jawaban atas perubahan iklim. Di mana di dalamnya mementingkan pertumbuhan karbon rendah, efisiensi sumber daya, dan melibatkan masyarakat," jelas Arif. ”Keberlanjutan saja tidak cukup. Langkah menjaga sumber daya alam tidak berhenti pada menjaga keberlanjutannya, namun juga regenerasi. Dalam istilah mudahnya, ada perbedaan antara membiarkan pohon tidak disentuh, dan menanam lebih banyak pohon,” tandasnya.

Lebih jauh ilmuwan berkacamata tersebut mengatakan, bentuk perubahan model ekonomi dari dampak revolusi industri 4.0 berupa sharing economy. Model ekonomi ini menurut Arif, memiliki ciri menciptakan nilai, dapat diakses online, berbasis komunitas, bisa dikonsumsi dan dimanfaatkan bersama, serta berbagi aset yang kurang termanfaatkan. ”Model ekonomi ini mengurangi kebutuhan kepemilikan, dan meningkatkan konsumsi kolaboratif,” ungkapnya yakin.

Ia menambahkan, ”… untuk perubahan model ekonomi New Normal Bioeconomy memiliki tiga ciri khas, yaitu sirkular, berbagi, dan regeneratif. Ciri regeneratif ini muncul dari masa new normal, yang memaksa upaya-upaya menumbuhkan keanekaragaman hayati, karena meningkatnya kepedulian masyarakat akan pentingnya mengonsumsi makanan-makanan sehat dan berbasis biodiversitas," rinci Arif.

Sebagai model bioekonomi baru, dirinya menguraikan, biodiversitas memiliki fungsi penyediaan, pengaturan, kebudayaan, dan pendukung. Ia menjelaskan juga bahwa biodiversitas menyediakan pangan, obat, dan biomaterial, serta fungsi mengatur iklim, penyakit, dan regulasi. Terlebih lagi, menurutnya, Indonesia merupakan negara mega biodiversitas, dengan sekitar 90% flora dunia dapat ditemui di Indonesia, dan 940 jenis berkhasiat sebagai obat. ”Nilai total keanekaragaman hayati di Indonesia mencapai lebih dari tiga ribu triliun rupiah. Oleh karena itu, model ekonomi new normal bioekonomi seharusnya menjadi hal yang sangat mungkin dan sangat menguntungkan di Indonesia, sehingga perlu untuk diprioritaskan,” imbuhnya. 

Arif pun yakin bahwa ekonomi berbasis biodiversitas ini dapat menjadi pondasi sumber ekonomi bangsa masa depan. "Dasar dari ekonomi masa depan ini tentang bagaimana kita mampu membangun ekosistem yang tangguh yang melibatkan modal SDM, modal produsen, dan SDA," ujar Arif. Bioekonomi juga memiliki banyak potensi inovasi.

Karakteristik inovasi bioekonomi ini berorientasi pada masa depan, memperkuat kedaulatan ekonomi, memberikan solusi, dan dapat dijangkau masyarakat kelas menengah ke bawah. Sektor dari inovasi ini pun beragam mulai dari pangan dan obat, biomaterial, hingga smart farming. Arif pun menekankan bahwa inovasi-inovasi dari model ekonomi new normal bioeconomy ini tak lepas dari pentingnya hilirisasi inovasi serta tata kelola yang benar.

 

Tentang Arif Satria

Arif Satria terpilih sebagai pemberi kuliah ilmiah LIPI Sarwono Memorial Lecture XXI karena dianggap secara terus-menerus dan disertai dedikasi yang tinggi melakukan kegiatan penelitian di bidangnya. Arif memulai karirnya sebagai sekretaris rektor IPB pada 1996 dan terus meningkatkan karirnya hingga posisi yang ia duduki sekarang sebagai rektor IPB.

Selama karirnya, ia berhasil mendapatkan beberapa penghargaan, di antaranya: Second Winner of Academic Leader Kementerian Riset, Teknologi, dan Perguruan Tinggi 2019, H-Index Tertinggi Kedua Bidang Sosial (DPIS IPB, 2019), Tribute to Innovators Rektor IPB 2015, Kagoshima University Ambassador 2011, Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa Menteri Pendidikan Nasional RI 2009, The First Winner of the JIFRS Yamamoto Prize on Yamamoto Award International Institute for Fisheries Economics and Trade 2008, dan Dosen Berprestasi III IPB 2007. Selama kiprahnya, ia telah menerbitkan 45 jurnal internasional dan prosiding, serta menjadi pembicara di konferensi bergengsi internasional sebanyak 30 kali.

Ia lahir di Pekalongan pada 17 September 1971. Arif menyelesaikan gelar sarjananya di Ilmu Ekonomi Pertanian, IPB pada 1995, yang kemudian ia lanjutkan di universitas yang sama pada bidang Sosiologi Pedesaan, di mana ia mendapat gelar masternya pada 1999. Arif kemudian meraih gelar doktoralnya di Kagoshima University, Jepang, Department of Marine Social Science pada 2006. (sr/ ed: drs)


Sumber :

http://lipi.go.id/berita/Perubahan-Model-Ekonomi-dalam-Tiga-Disrupsi-Besar-Dunia/22485

Thursday, October 28, 2021

Alasan Banyak Orang Beralih ke Produk Alami

Bukan Tren, Ini Alasan Banyak Orang Beralih ke Produk Alami

06 Okt 2021, 07:17 WIB

Jika diperhatikan, saat ini produk alami atau organik banyak bermunculan berbagai halaman media sosial. Dengan klaim terbuat dari bahan alami, produk-produk tersebut pun kian diminati. 

Alhasil permintaan terhadap natural product atau produk alami pun meningkat. Namun di balik keputusan banyak orang memilih produk alami, sebenarnya bukan dilatarbelakangi karena tren atau banyaknya influencer yang menggunakan produk tersebut.  

Laman TimesofIndia menjelaskan bahwa saat ini konsumen lebih berhati-hati untuk memilih berbagai produk yang akan digunakan. Ya, ada sejumlah alasan yang menegaskan terkait pemilihan produk alami, yaitu sebagai berikut:


Ramah Lingkungan

Meski pencemaran lingkungan masih menjadi isu yang nggak pernah habis dibahas, namun makin ke sini banyak orang mulai peduli terhadap lingkungan.

Nah, menggunakan produk berbahan alami dipilih untuk menjalani gaya hidup yang lebih menghargai bumi. Dengan membeli dan menggunakan produk tersebut, ada 'kepuasan moral' karena ikut ambil bagian menjaga lingkungan. 


Bebas Bahan Kimia

Kimia memang banyak digunakan sebagai bahan pelengkap untuk setiap produk yang digunakan sehari-hari, seperti detergen, obat-obatan, pewarna tekstil, pupuk, termasuk bahan makanan. 

Bahkan hampir 80% makanan kemasan mengandung berbagai bahan kimia yang di antaranya berbahaya bagi kesehatan. Pengawet misalnya. 

Selain merugikan kesehatan karena berisiko menimbulkan berbagai penyakit, oleh karena itu, banyak orang mulai beralih ke produk alami, seperti makanan organik. Bahan makanan organik diminati karena nggak mengandung pestisida, bahan kimia atau zat aditif lain yang berpotensi memperlambat sistem tubuh. 


Handmade

Produk buatan tangan sendiri alias handmade makin diburu para pembeli. Itu karena produk-produk tersebut menawarkan kualitas yang lebih tinggi, dibandingkan produk yang diproduksi massal. 

Makanya nggak heran, jika sekarang makin banyak orang yang berburu produk handmade. Selain produk yang ditawarkan nggak mengecewakan, sekaligus membantu para pengusaha lokal meningkatkan pendapatannya.  


Berkelanjutan

Dengan membeli dan menggunakan produk alami, artinya kamu ikut menjaga ekosistem planet ini agar pulih kembali. Bahkan sekarang, dunia lebih menghargai produk alami dan berkelanjutan. 

Itu karena produk-produk tersebut mengurangi dampak terhadap lingkungan. Misalnya produk menggunakan kemasan yang mudah didaur ulang dan yang paling umum, produk tersebut dibuat dari bahan-bahan alami. 

Nah, ngomong-ngomong tentang berkelanjutan, salah satu industri yang maju dan mengusung konsep tersebut adalah industri kecantikan. Buat kamu yang mau melakukan peralihan ke gaya hidup berkelanjutan, mulai sekarang gunakan produk kecantikan atau skincare berbahan alami. 

Pilihlah skincare natural yang berkomitmen untuk memilih kebaikan alam alias menghadirkan produk yang terbuat dari 100% essential oil alami (bukan sintetik). Pilih jugalah rangkaian produk skincare natural yang diproduksi sesuai standar GMP, ISO, dan telah menerima sertifikat organik dari USDA. 


Sumber :

https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4676648/bukan-tren-ini-alasan-banyak-orang-beralih-ke-produk-alami

Monday, October 25, 2021

Tarif Pajak Karbon

RI Siap Terapkan Pajak Karbon, Segini Tarifnya

Jumat, 01 Okt 2021 12:11 WIB

Pemerintah dan Komisi XI DPR RI menyepakati tarif pajak karbon sebesar Rp 30 per kilogram karbon dioksida ekuivalen (CO2e). Hal itu tertuang dalam Rancangan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (RUU HPP).

"Dalam hal tarif harga karbon di pasar karbon lebih rendah dari Rp 30 per kilogram karbon dioksida ekuivalen (CO2e) atau satuan yang setara, tarif pajak karbon ditetapkan sebesar paling rendah Rp 30 per kilogram dioksida ekuivalen (CO2e) atau satuan yang setara," bunyi draf tersebut dalam Bab VI Pasal 13 ayat (9), Jumat (1/10/2021).

Tarif yang ditetapkan pemerintah tersebut lebih rendah dari usulan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sebelumnya yang sebesar Rp 75 per kg CO2e.

Dalam RUU HPP pasal 13 dijelaskan bahwa pajak karbon dikenakan atas emisi karbon yang memberikan dampak negatif bagi lingkungan hidup. Pengenaan pajak karbon dilakukan dengan memperhatikan peta jalan pajak karbon dan/atau peta jalan pasar karbon.


Pajak Karbon Diterapkan Tahun Depan, Korporasi Mesti Siap-siap

Peta jalan pajak karbon yang dimaksud yakni memuat strategi penurunan emisi karbon, sasaran sektor prioritas, keselarasan dengan pembangunan energi baru dan terbarukan, dan/atau keselarasan antar berbagai kebijakan lainnya.

Sedangkan kebijakan peta jalan pajak karbon adalah yang ditetapkan oleh pemerintah dengan persetujuan DPR RI.

Subjek pajak karbon yaitu orang pribadi atau badan yang membeli barang yang mengandung karbon dan/atau melakukan aktivitas yang menghasilkan emisi karbon.

"Pajak karbon terutang atas pembelian barang yang mengandung karbon atau aktivitas yang menghasilkan emisi karbon dalam jumlah tertentu pada periode tertentu," bunyi pasal 13 ayat (6).

Kategori terutang pajak karbon yakni pada saat pembelian barang yang mengandung karbon, pada akhir periode tahun kalender dari aktivitas menghasilkan emisi karbon dalam jumlah tertentu, atau saat lain yang diatur lebih lanjut berdasarkan peraturan pemerintah.

"Penerimaan pajak karbon dapat dialokasikan untuk pengendalian perubahan iklim," bunyi Pasal 13 ayat (11).


Sumber :

https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5748202/ri-siap-terapkan-pajak-karbon-segini-tarifnya.

Wednesday, October 20, 2021

Siap-siap Bumi akan Jadi Asing untuk Manusia
28 September 2021


Ada banyak laporan berdasarkan penelitian ilmiah yang berbicara tentang dampak jangka panjang dari perubahan iklim pada 2100. Perjanjian Paris misalnya, yang mengharuskan negara membatasi pemanasan di bawah 2 derajat Celcius di atas tingkat pra-industri pada akhir abad ini.

Laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menilai penelitian yang ada menunjukkan di mana kita berada dan apa yang harus kita lakukan sebelum 2100 untuk mencapai tujuan serta apa yang bisa terjadi jika kita tidak melakukannya.

Sebuah proyeksi model iklim global berdasarkan Representative Concentration Pathways (RCP), merupakan proyeksi yang bergantung pada waktu dari konsentrasi gas rumah kaca (GRK) atmosfer.

Proyeksi ini memodelkan skenario mitigasi rendah (RCP6.0), sedang (RCP4.5) dan tinggi (RCP2.6), yang sesuai dengan tujuan Perjanjian Paris, yakni di bawah 2 derajat Celcius hingga 2500.

Peneliti juga memodelkan distribusi vegetasi, tekanan panas, dan kondisi pertumbuhan untuk tanaman utama mereka, memahami jenis tantangan lingkungan yang dihadapi anak-anak saat ini dan keturunan mereka sejak abad ke-22 dan seterusnya.

Dalam model mereka menemukan bahwa suhu rata-rata global terus meningkat melampaui 2100 di bawah RCP4.5 dan 6.0. Di bawah skenario tersebut, vegetasi dan area penanaman tanaman terbaik bergerak ke arah kutub, dan area yang cocok untuk beberapa tanaman berkurang.

Tempat-tempat dengan sejarah kekayaan budaya dan ekosistem, seperti Lembah Amazon bisa menjadi tandus, melansir dari laman Science Alert, Selasa, 28 September 2021.

Peneliti juga menemukan tekanan panas dapat mencapai tingkat yang fatal bagi manusia di daerah tropis yang saat ini berpenduduk padat. Daerah seperti itu mungkin menjadi tidak layak huni. Bahkan di bawah skenario mitigasi tinggi, permukaan laut terus naik karena mengembang dan bercampurnya air di lautan yang memanas.

Untuk benar-benar menggambarkan seperti apa dunia dengan mitigasi rendah, peneliti menggunakan proyeksi dan keahlian penelitian yang beragam untuk menginformasikan serangkaian sembilan lukisan yang mencakup seribu tahun (1500, 2020, dan 2500) di tiga lanskap regional utama.

Ketiga yaitu Amazon, Amerika Serikat, Barat, Tengah, dan anak benua India. Dari 1500 hingga sekarang, kita sudah menyaksikan penjajahan dan revolusi industri, kelahiran negara-negara modern, identitas dan institusi, pembakaran massal bahan bakar fosil dan kenaikan suhu global yang terkait.

Jika kita gagal menghentikan pemanasan iklim, maka 500 tahun ke depan dan seterusnya akan mengubah Bumi dengan cara yang menantang kemampuan kita untuk mempertahankan banyak hal penting untuk bertahan hidup.

Bumi akan menjadi asing bagi manusia. Pilihan yang kita hadapi adalah segera mengurangi emisi, sambil terus beradaptasi dengan pemanasan yang tidak dapat kita hindari akibat emisi saat ini atau mulai menganggap kehidupan di Bumi sangat berbeda dengan yang sekarang.


Sumber :
https://www.viva.co.id/digital/digilife/1408788-siap-siap-bumi-akan-jadi-asing-untuk-manusia

Monday, October 11, 2021

Energi Terbarukan di Indonesia

Menuju Transisi Mandiri Energi, Berikut 4 Potensi Energi Terbarukan di Indonesia

29 SEPTEMBER 2021

    


Dilansir dari laman Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM), Indonesia memiliki potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang cukup besar. Potensi ini tentunya memberi masa depan yang menjanjikan bagi kemandirian energi Indonesia yang saat ini masih disokong oleh energi fosil.

Menurut The Conversation, pemerintah Indonesia telah mencanangkan bauran EBT yang mencapai 23 persen pada 2025 dan naik menjadi 31 persen pada 2050. Hal ini menunjukkan komitmen Indonesia menuju transisi energi. Disebutkan pada laman KESDM, total investasi yang diserap pengembangan EBT sampai tahun 2025 diproyeksikan sebesar 13,197 juta USD.

Sebagai suatu negara kepulauan dengan iklim tropis, Indonesia memiliki potensi besar dalam bidang EBT. Berikut empat di antaranya.


1. Energi panas bumi (geothermal)

Energi geothermal adalah energi panas yang terkandung dalam fluida air (bisa dalam uap, cair, atau campuran keduanya) yang berada pada kedalaman lebih dari 1 kilometer di bawah permukaan bumi. Fluida panas ini memiliki temperatur dan tekanan yang tinggi yang menjadikannya sebagai penyedia energi yang masif.

Jumlah potensi energi geothermal Indonesia ialah sekitar 11.073 Megawatt listrik (MWe) dan cadangannya sekitar 17.506 MWe. Sayangnya, sebagai negara dengan potensi energi terbarukan geothermal terbesar di dunia, kita masih belum maksimal dalam segi pemanfaatannya.

Sumber energi ini tersebar hampir merata di lebih dari 300 titik dari Sabang sampai Merauke. Hal tersebut menjadikan pemanfaatan energi geothermal dapat membantu mengatasi krisis listrik di masa kini dan masa depan.

Dalam Road Map Pengembangan Geothermal yang disusun oleh Kementerian ESDM, Indonesia menargetkan pengembangan energi geothermal sekitar 7000 MW pada 2025. Program ambisius ini membutuhkan investasi yang besar, penyiapan teknologi yang mumpuni, manajemen penyediaan sumber daya manusia yang kompeten, dan dukungan iklim investasi yang menarik bagi investor.

Total kapasitas terpasang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Indonesia saat ini ialah sebesar 1.948 MW. Jumlah ini menjadikan kita sebagai negara produsen energi geothermal terbesar kedua setelah Amerika Serikat (3.591 MW).


2. Energi Surya

Sebagai negara tropis dengan sinar matahari yang bersinar sepanjang tahun, Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan teknologi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS). Energi alternatif terbarukan ini cukup menjanjikan untuk menopang kebutuhan energi masyarakat di Indonesia khususnya masyarakat desa.

Menurut catatan Kementerian ESDM, elektrifikasi di Indonesia masih 55-60%, dan mayoritas wilayah yang belum teraliri listrik adalah wilayah pedesaan. Oleh karena itu, energi surya dapat menjadi salah satu energi alternatif untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat di desa. Hal ini memungkinkan karena sifat panel surya yang dapat dibangun dimana saja.

Potensi energi surya di Indonesia dinilai sangat besar, yakni sekitar 4.8 KWh/m2 atau setara dengan 112.000 GWp, tetapi yang sudah dimanfaatkan baru sekitar 10 MWp. Telah memiliki basis kebijakan yang kuat, pemerintah kini tetap harus fokus dalam produksi photovoltaic (PV) yang akan menjadi komponen utama dalam sistem PLTS.


3. Energi Biomassa/biogas

Energi biogas adalah energi yang dihasilkan dari limbah organik seperti kotoran ternak, atau limbah dapur seperti sayuran yang sudah digunakan. Limbah-limbah tersebut akan melalui proses urai yang dinamakan anaerobik digester di ruang kedap udara.

Komponen utama dari energi biogas ini adalah gas metana (CH4) dan karbondioksida (CO2). Kedua gas tersebut dapat dibakar atau dioksidasi dan melepas energi yang dapat dimanfaatkan manusia untuk kebutuhan sehari-hari. Semakin besar kandungan metana dari energi biogas, maka akan semakin besar juga energi yang bisa dihasilkan dari biogas tersebut.

Biogas sendiri dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai energi alternatif pengganti LPG untuk memasak dan bahan bakar generator untuk menghasilkan listrik. Selain itu, biogas dinilai lebih aman untuk bumi karena pembakaran biogas mampu mengurangi emisi gas kaca. Biogas juga dapat mengurangi bau, serangga, dan patogen yang berasal dari timbunan kotoran tradisional.

Menurut Kementerian (ESDM) pengembangan biogas di Indonesia merupakan tantangan sekaligus peluang bagi Indonesia. Tercatat, biogas rumah tangga yang sudah terpasang mencapai 47.505 unit di seluruh wilayah Indonesia dengan menghasilkan biogas sebanyak 75.044,2 m3/hari atau sekitar 26,72 juta m3/tahun.

Kementerian ESDM akan terus mengejar target Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) mencapai 5.5 GW pada tahun 2025. Harapannya biogas akan menjadi salah satu energi alternatif utama bagi masyarakat Indonesia pada masa yang akan datang, dan dapat menjadi salah satu upaya untuk menjaga bumi dari pemanasan global.


4. Energi Laut

Indonesia adalah salah satu negara di dunia yang memiliki wilayah laut terbesar, yaitu sekitar dua pertiga wilayah Indonesia adalah laut. Hal tersebut menjadi keuntungan bagi Indonesia dari segi besarnya potensi energi laut.

Energi laut yang dihasilkan dari gerakan dan perbedaan suhu lapisan laut (samudera) merupakan sumber energi di perairan laut yang berupa energi pasang surut, energi gelombang, energi arus laut, dan energi perbedaan suhu lapisan laut. Saat laut pasang dan saat laut surut aliran airnya dapat menggerakkan turbin untuk membangkitkan listrik.

Potensi termal lautan Indonesia ialah sebesar 2,5 x 1.023 Joule dengan efisiensi konversi energi panas laut sebesar tiga persen, menghasilkan daya sekitar 240.000 MW. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa energi gelombang di beberapa titik di Indonesia bisa mencapai 70 kW/m di beberapa lokasi.

Karakteristik energi gelombang dinilai sesuai untuk memenuhi kebutuhan energi kota-kota pelabuhan dan pulau-pulau terpencil di Indonesia. Pemanfaatan energi gelombang yang sudah diaplikasikan di Indonesia baik oleh lembaga litbang (BPPT, PLN) maupun institusi pendidikan lainnya baru pada tahap penelitian. Harapannya, di masa depan energi gelombang dapat menjadi salah satu energi terbarukan yang menjanjikan.

Dilansir dari Kompas, Indonesia masih memanfaatkan sebagian kecil energi terbarukan, yaitu hanya sekitar 2,3 persen dari potensi yang ada. Padahal, potensi energi terbarukan yang dimiliki negara kita ialah sekitar 442 gigawatt (GW), atau sekitar tujuh kali lipat dari kapasitas listrik yang telah terpasang di tanah air.

Kini, kebutuhan penggunaan energi kian bertambah tiap waktunya, khususnya dengan adanya digitalisasi dan pertambahan penduduk. Agar tidak terjadi defisit energi di masa depan, pengembangan energi baru dan terbarukan menjadi suatu keharusan.*


Sumber :

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/09/29/menuju-transisi-mandiri-energi-berikut-4-potensi-energi-terbarukan-di-indonesia

Wednesday, October 6, 2021

Kedai Kopi Bayar Dengan Sampah Plastik

Kedai Kopi Masa Kini! Bayarnya Dengan Sampah Plastik

14 SEP 2021

Berbagai cara dilakukan agar masyarakat semakin peduli dengan bahayanya sampah plastik bagi ekosistem, seperti yang dilakukan oleh sebuah kedai kopi unik yang ada di Banyuwangi, Jawa Timur. Konsumen dari kedai kopi bisa ngopi tanpa membayar dengan uang. Pelanggan hanya membayar sampah untuk secangkir kopi hangat. Untuk secangkir kopi, warga hanya tinggal menyetor sampah seberat 250 gram atau seperempat kilogram saja. Lokasinya di tengah hutan kota, di samping depo sampah kota Banyuwangi.

Ini merupakan terobosan baru dari Bank Sampah Banyuwangi (BSB). Mereka menggelar ngopi dengan menukar sampah plastik di Kantor BSB di Kelurahan Penganjuran, Banyuwangi. BSB menggandeng barista kopi asli Banyuwangi, sehingga bisa dipastikan kopi yang disediakan pun bukan sembarangan. Menurut Koordinator BSB Agus Supriyadi, program ini bertujuan untuk menarik minat masyarakat agar mau menabung sampah. Ini merupakan inovasi program Bank Sampah Giat Keliling (Bagiak) dengan menggandeng UMKM.

"Kami menggandeng Mobile Cafe (MoCa) UMKM Banyuwangi untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat bahwa sampah juga berharga. Bisa digabung dan menghasilkan uang," ujar Agus kepada detikcom, Rabu (8/9/2021).

Acara ngopi tukar sampah ini digelar setiap hari mulai pukul 07.30 WIB hingga pukul 15.00 WIB. ​​​​​​

Ketika ditanya mengenai adanya kemungkinan bau tidak sedap di kedai kopi ini, langsung dibantah olehnya. ”Di sini ada lokasi padat penduduk tapi banyak pohon besar disini. Dan dekat dengan depo sampah. Tapi kita jamin tidak akan bau," tambahnya.

Agus mengatakan, nantinya tak hanya ngopi bayar sampah yang digelar. Bekerja sama dengan UMKM di Banyuwangi, ada rencana baru yang tidak kalah revolusioner.

"Sampah yang dibawa akan dikonversi dengan rupiah dan bisa dibelikan sembako, makanan ringan, beras, ataupun sayuran," pungkasnya.

Seorang barista yang juga sekaligus penggiat sampah di Banyuwangi bernama Novian Darma Putra mengatakan, dirinya memang sering memberikan pelayanan pembayaran kopi dengan sampah sejak tahun 2019 lalu. Menurutnya, biasanya sekitar 75 cup kopi terjual per harinya, dengan menukar dengan sampah. Sampah-sampah ini kemudian ditukar di bank sampah, untuk ditukarkan menjadi hasil dirinya menjual kopi.

Novian menjelaskan, tujuannya adalah memberikan edukasi kepada masyarakat bahwa sampah, khususnya sampah plastik, bukan hanya menjadi kotoran, namun juga bisa bermanfaat dan memberikan nilai ketika dikelola dengan benar. Upaya seperti ini harus selalu kita dukung. Yuk ikuti jejak mereka sebagai masyarakat yang peduli akan kelangsungan ekosistem, dengan menjadi bagian dari #AntiPlastikPlastikKlub agar semakin banyak lagi upaya seperti ini.


Sumber :

https://www.trans7.co.id/seven-updates/kedai-kopi-masa-kini-bayarnya-dengan-sampah-plastik

Tuesday, October 5, 2021

Nobel Fisika 2021 Pemodelan Iklim

Nobel Fisika 2021 untuk Tiga Ilmuwan Pemodelan Iklim dan Fenomena yang Kompleks

Rabu, 6 Oktober 2021 01:54 WIB

Efek Rumah Kaca diyakini oleh para ahli sebagai salah satu sebab berakhirnya kehidupan di Bumi. Efek Rumah Kaca disebabkan naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2), nitrogen monoksida (NO), nitrogen dioksida (NO2), klorofluorokarbon (CFC), dan gas-gas lainnya di atmosfer. 

Sejak Revolusi Industri, manusia telah disalahkan sebagai penyebab terganggunya keseimbangan atmosfer sehingga terjadi perubahan iklim yang sangat ekstrem di bumi, suhu air laut dan permukaan bumi naik. Para ilmuwan memperingatkan bahwa efek rumah kaca akan menyebabkan suhu melambung beberapa ratus derajat Celsius, membuat laut mendidih dan kehidupan di Bumi akan berakhir. rightnow.org.au

Akademi Sains Kerajaan Swedia memutuskan memberikan Hadiah Nobel Fisika 2021 untuk sejumlah kontribusi besar terhadap pemahaman kita tentang sistem fisik yang kompleks. Akademi merujuk kepada fisika dari iklim dan fenomena kompleks lainnya.

“Sebanyak tiga ilmuwan berbagi Hadiah Nobel Fisika tahun ini untuk sejumlah studi yang mereka lakukan tentang fenomena-fenomena chaos dan kelihatannya acak,” bunyi pengumuman di website NOBEL PRIZE yang dirilis, Selasa 5 Oktober 2021, waktu setempat.

Ketiga ilmuwan itu adalah Syukuro Manabe dari Princeton University, Amerika Serikat, dan Klaus Hasselmann dari Max Planck Insitute for Meteorology, Hamburg, Jerman. Keduanya disebut telah meletakkan dasar untuk pemahaman kita terhadap iklim di Bumi dan bagaimana manusia bisa mempengaruhinya.

Keduanya akan berbagi separuh pertama dari Hadiah Nobel senilai 10 juta Kronor atau setara Rp 16,2 miliar. Sedang separuh yang kedua diberikan kepada Giorgio Parisi dari Sapienza University of Rome, Italia. Parisi dianggap berhak atas hadiah tersebut untuk kontribusi revolusionernya untuk teori tak beraturan dan proses acak.

Akademi Sains Kerajaan Swedia memuji peran studi dan temuan dari dua ilmuwan yang pertama, “Untuk pemodelan fisik iklim Bumi, meng-kuantifikasi variabilitas dan memprediksi pemanasan global dengan cara yang bisa diandalkan.” Sedang terhadap Parisi, panitia yang sama mengatakan jasanya, “Untuk penemuan interaksi dari fluktuasi dan ketidakberaturan dalam sistem-sistem fisik, mulai dari skala atom sampai planet.”

Sistem yang kompleks dicirikan oleh tingkat acak dan ketidak-beraturan dan sulit dipahami. Hadiah Nobel Fisika tahun ini memberi pengakuan metode-metode baru untuk melukiskan sistem tersebut dan memprediksi perilakunya dalam jangka Panjang.

Satu sistem kompleks yang sangat vital untuk umat manusia adalah iklim Bumi. Manabe, kini berusia 90 tahun, dinilai telah mendemonstrasikan bagaimana kadar karbondioksida yang meningkat di atmosfer membimbing kepada meningkatnya suhu di permukaan Bumi.

Pada 1960-an, dia memimpin pengembangan model-model fisika dari iklim Bumi dan orang pertama yang mengeksplorasi interaksi antara keseimbangan radiasi dan transportasi vertikal massa udara. Risetnya itu meletakkan landasan untuk pengembangan pemodelan-pemodelan iklim saat ini.

Sekitar sepuluh tahun kemudian, Hasselmann menciptakan sebuah model yang saling menghubungkan antara cuaca dan iklim. Dia menjawab pertanyaan kenapa model-model iklim bisa dipercaya meski cuaca memiliki pola yang berubah-ubah dan chaos. Pria yang juga akan genap berusia 90 tahun pada 25 Oktober nanti tersebut mengembangkan motode yang saat ini digunakan untuk membuktikan bahwa meningkatnya suhu di atmosfer adalah karena emisi karbondioksida oleh manusia.

Pada sekitar 1980, Parisi menemukan pola tersembunyi dalam material kompleks tak beraturan. Penemuan dari ilmuwan yang sekarang berusia 73 tahun ini adalah termasuk di antara kontribusi paling penting terhadap teori sistem kompleks.

Teori ini memungkinkan kita memahami dan melukiskan banyak fenomena dan material yang berbeda dan kelihatannya sepenuhnya acak. Tidak hanya dalam fisika tapi juga di bidang lain yang sangat berbeda, seperti matematika, biologi, ilmu saraf dan machine learning.

“Peraih Nobel Fisika tahun ini seluruhnya telah berkontribusi untuk kita bisa lebih dalam memahami sifat dan evolusi dari sistem fisik yang kompleks,” kata Thors Hans Hansson, Ketua Komite Nobel Fisika.


Sumber :

https://tekno.tempo.co/read/1514166/nobel-fisika-2021-untuk-tiga-ilmuwan-pemodelan-iklim-dan-fenomena-yang-kompleks/full&view=ok

Sunday, October 3, 2021

Hijrah ke Mobil Listrik

Akio Toyoda, Bos Toyota yang Tak Setuju Hijrah ke Mobil Listrik

25 September 2021

Melakukan perpindahan ke mobil listrik demi mengurangi emisi dan menuju netralitas karbon bukanlah sebuah solusi yang tepat, terutama untuk Jepang. Demikian yang dikatakan oleh Presiden Direktur Toyota Motor Corporation, Akio Toyoda.

Pemerintahan Jepang berencana mengurangi emisi gas pembuangan Jepang pada tahun 2030 dan mampu mencapai netralitas karbon pada tahun 2050 dengan melakukan perpindahan sepenuhnya ke mobil listrik (BEV).

Namun, Bos Toyota itu merasa road map tersebut harus disesuaikan dengan kondisi ekonomi dan industri di Jepang. Karena jika tidak, ini akan memiliki dampak yang sangat besar terutama pada kesejahteraan masyarakat, seperti pengangguran.


Memiliki dampak yang lebih luas

Akio mengatakan, Jepang merupakan negara yang bergantung pada ekspor, dengan melakukan perpindahan ke mobil listrik dan menghentikan penggunaan mesin pembakaran internal justru akan berdampak pada hal yang lebih luas.

Ia mencatat Jepang memproduksi sekitar 10 juta unit kendaraan per tahunnya, yang mana 5 juta unitnya di ekspor ke berbagai negara.

Jika mesin pembakaran internal dilihat sebagai “musuh” ini berarti pabrikan tak bisa memproduksi kebanyakan mobil saat ini. Bahkan, mobil ramah lingkungan pun tak akan bisa mencapai produksi 2 juta unit pada tahun 2030. Sehingga produksi 8 juta unit kendaraan hilang begitu saja.

“Jika ini terjadi, meskipun industri otomotif berhasil menambah 120 ribu pekerjaan di masa pandemi, sekitar 5,5 juta pekerja akan kehilangan pekerjaannya,” pungkasnya.

Akio merasa bahwa industri otomotif bertanggung jawab terhadap kehidupan masyarakat Jepang. Ini sudah menjadi kewajiban untuk meneruskan kesejahteraan masyarakat Jepang. Maka dari itu harus ada solusi lain untuk menghindari hal tersebut.


Solusi melawan karbon

Jepang merupakan negara yang sangat berbeda, tidak bisa disamakan negara-negara di Eropa yang mampu mengaplikasikan rencana karbon netralitas yang pada tahun 2050 semua mobil sudah menjadi listrik penuh.

“Dalam mengejar netralitas karbon, karbon adalah musuh besar kita, bukan mesin pembakaran internal. Untuk mengurangi karbon, saya rasa harus ada solusi yang praktis dan berkelanjutan yang sesuai dengan kondisi setiap negara,” ujar Akio Toyoda.

Akio menegaskan apabila ingin mengejar netralitas karbon, memperbanyak mobil listrik bukanlah sebuah solusi yang ampuh. Penggunaan mobil hybrid bisa menjadi salah satu upaya yang bisa dipertimbangkan, mengingat teknologinya semakin baik dan harganya masih terjangkau.

“Apa yang harus kita lakukan beberapa tahun kedepan yaitu memanfaatkan perkembangan teknologi yang sudah kita kembangkan dan mengambil langkah untuk mengurangi karbon dioksida menggunakan kendaraan ramah lingkungan yang kita miliki saat ini,” tutur Akio Toyoda.

Presiden Direktur Yamaha Motor Company, Yoshihiro Hidaka mengatakan solusi lain dari mobil listrik yakni bahan bakar alternatif, seperti hidrogen dan bahan bakar sintetis yang masih bisa dimanfaatkan untuk mencapai netralitas karbon.

Selama 20 tahun ini, industri otomotif Jepang justru berhasil memangkas emisi karbon sebesar 23 persen. Angka tersebut bisa dibilang sangat tinggi dalam standar internasional.


Sumber :

https://kumparan.com/kumparanoto/akio-toyoda-bos-toyota-yang-tak-setuju-hijrah-ke-mobil-listrik-1warmB2F8BT/full?

Thursday, September 23, 2021

PepsiCo to Reduce Plastic Use

PepsiCo to reduce plastic use, launch plant-based snacks in green push

Sep 15, 2021 | 5:23 PM

By Siddharth Cavale

(Reuters) -PepsiCo will cut back on the use of virgin plastic and expand its SodaStream carbonated-water business to more markets amid growing calls to combat climate change, although some environmental groups want the company to do more.

As part of a new initiative called “pep+”, the food and beverage giant said on Wednesday it was aiming to reduce virgin plastic use per serving by half across all brands by 2030 and use 50% recycled content in all its plastic packaging.

It also plans to focus on healthier food by introducing plant-based protein snacks in partnership with Beyond Meat Inc. PepsiCo is targeting early 2022 for its first Beyond Meat products, Chief Executive Ramon Laguarta told CNBC in an interview.

The moves come as PepsiCo and rival Coca-Cola have become new targets for global activism, given the amount of single-use plastic waste they generate. The companies have also featured on NGO Break Free From Plastic’s list of the “top global polluters” for the last three years.

According to Greenpeace, PepsiCo uses 2.3 million metric tonnes of plastic every year, while Coca-Cola is responsible for over 100 billion bottles of single-use plastic. PepsiCo has set targets to make 100% of its packaging recyclable, compostable or degradable by 2025.

“(There is) still too much emphasis on recycling for a company that is consistently ranked among one of the world’s worst plastic polluters,” said Graham Forbes, global project leader at Greenpeace USA.

“The company needs to set ambitious reuse/refill targets for all products and brands.”

PepsiCo was not immediately available to comment on Greenpeace’s statement.

PepsiCo’s ambitious plastics plan also includes scaling its SodaStream business globally, Laguarta told Reuters in an interview. SodaStream, acquired by PepsiCo in 2018, makes machines and refillable cylinders that let users make their own soda or carbonated water drinks at home.

The brand, currently in 40 countries, will bring new flavors into 23 more markets and introduce its new SodaStream Professional platform aimed at businesses in 10 additional markets by 2022, the company said in a statement.

(Reporting by Siddharth Cavale in Bengaluru and additional reporting by Uday Sampath; Editing by Devika Syamnath and Anil D’Silva)


Sumber :

https://whtc.com/2021/09/15/pepsico-to-reduce-plastic-use-launch-plant-based-snacks-in-green-push/

Wednesday, September 22, 2021

Kebakaran Hutan di Indonesia Turun 82 Persen

Di Sidang Umum PBB, Jokowi Sebut Kebakaran Hutan di Indonesia Turun 82 Persen pada 2020

23 Sep 2021, 08:21 WIB

Presiden Joko Widodo atau Jokowi memeriksa kerusakan akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pekanbaru, Riau, Selasa (17/9/2019). Tanpa mengenakan masker, Jokowi turun langsung ke lahan gambut yang sudah habis terbakar. (Handout/Indonesian Presidential Palace/AFP)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut Indonesia berhasil menurunkan kebakaran hutan dan laju deforestasi. Dia menyampaikan bahwa kebakaran hutan di Indonesia berhasil turun 82 persen pada 2020.

Hal ini disampaikan Jokowi saat menyampaikan pidato di sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-76, Kamis (23/9/2021) pagi waktu Indonesia. Pidato disampaikan Jokowi secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor Jawa Barat.

"Pada 2020, Indonesia telah berhasil menurunkan kebakaran hutan 82 persen dibandingkan tahun sebelumya. Laju deforestasi turun signifikan terendah dalam 20 tahun terakhir," kata Jokowi sebagaimana ditayangkan di Youtube Sekretariat Presiden, Kamis.

Dia juga menekankan komitmen Indonesia yang akan terus memprioritaskan ekonomi hijau dan berkelanjutan. Jokowi menyadari bahwa Indonesia memiliki peran penting dalam isu perubahan iklim.

"Untuk itu, kami terus bekerja memenuhi komitmen kami," ucap Jokowi.

Jokowi menyampaikan pidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-76, Kamis (23/9/2021) pagi waktu Indonesia. Pidato disampaikan Jokowi secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor Jawa Barat. (Ist)

Di sisi lain, Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia akan menjadi Presidensi G20 pada 2022 mendatang. Tema yang diusung yakni, "Recover Together, Recover Stronger".

Dia menegaskan, Indonesia akan berupaya agar G20 dapat bekerja untuk kepentingan semua negara dan menjadikan inklusivitas sebagai prioritas utama kepemimpinan Indonesia.

"Indonesia akan berupaya agar G20 dapat bekerja untuk kepentingan semua, untuk negara maju dan berkembang, utara dan selatan, negara besar dan kecil, negara kepulauan dan pulau kecil di Pasifik, serta kelompok rentan yang harus diprioritaskan," ujarnya.

"Inklusivitas adalah prioritas utama kepemimpinan Indonesia. Ini komitmen Indonesia untuk membuktikan no one left behind," sambung Jokowi.


Sumber :

https://www.liputan6.com/news/read/4665551/di-sidang-umum-pbb-jokowi-sebut-kebakaran-hutan-di-indonesia-turun-82-persen-pada-2020

E-Waste

Duh! "Mesin Cuan" Bitcoin Cs Bikin Masalah Baru Bagi Bumi

23 September 2021 06:45

Limbah elektronik yang dihasilkan oleh penambangan Bitcoin ternyata mencapai ribuan ton. Bahkan disebut jumlah limbah elektronik e-waste sebanding dengan limbah peralatan IT kecil.

Menurut perkiraan Alex de Vries dan Christian Stoll, penambang uang kripto itu menghasilkan 30.700 ton limbah elektronik, dikutip dari BBC, Kamis (23/9/2021).

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Resource, Conservation & Recycling, Rata-rata sampah yang dihasilkan ada 272 gram (9,5 oz) per transaksi. Sebagai contoh, iPhone 13, perangkat teranyar dari Apple punya berat hanya 173 g.

Penambang mungkin menghasilkan uang dengan menambang, namun kegiatan ini ternyata menghabiskan banyak energi. Sebagai contoh penggunaan listrik dan polusi gas rumah kaca di Filipina lebih tinggi dengan kegiatan ini.

Penyebabnya adalah komputer yang digunakan menambang menjadi lebih cepat usang dan akhirnya menjadi limbah elektronik. Para peneliti mengungkapkan perangkat yang digunakan untuk menambang hanya berusia rata-rata 1,29 tahun.

Selain itu komponen utama dalam penambangan adalah listrik jadi harus menggunakan prosesor lebih efisien. Saat ini ada perpindahan ke chip khusus yang disebut Sirkuit Terpadu Khusus Aplikasi (ASIC).

"Sayangnya ASIC sangat terspesialisasi sehingga ketika menjadi usang, mereka tidak dapat digunakan kembali untuk tugas lain atau bahkan jenis algoritma penambangan cryptocurrency lainnya," tulis para peneliti.

Namun sebenarnya limbah elektronik bekas penambangan yang terdiri dari komponen seperti pelapis logam dan aluminium bisa didaur ulang. Ada lebih dari 1717% limbah elektronik di global yang bisa didaur ulang.

Lebih lanjut penelitian juga menyebutkan jumlah sampah yang didaur ulang mungkin lebih sedikit di sejumlah negara dengan jumlah penambang Bitcoin yang banyak. Selain itu, pada banyak kasus peraturan tentang limbah elektronik juga buruk.

Para peneliti juga menyebut perputaran perangkat dan juga chip yang begitu cepat dapat mengganggu rantai pasokan global sejumlah perangkat elektronik lain. Buktinya di global saat ini banyak industri yang mengalami kekurangan chip.


Sumber :

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20210923062809-37-278427/duh-mesin-cuan-bitcoin-cs-bikin-masalah-baru-bagi-bumi

Tuesday, September 21, 2021

81% Sampah Belum Terpilah

81% Sampah Belum Terpilah, Le Minerale Gencar Ajak Masyarakat Pilah Sampah dari Rumah

20 September 2021 20:21   

Saat ini, masyarakat Indonesia belum sepenuhnya memiliki kesadaran untuk memilah sampah sebelum dibuang atau berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Padahal, memilah sampah perlu dilakukan karena dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan perekonomian.

Leader World Cleaneup Day Indonesia Agustina Iskandar Crombach mencatat, sebanyak 81 persen sampah tidak terpilah. Hal ini menunjukkan masih banyak orang yang minim informasi mengenai penanganan sampah yang tepat.

 Dia menegaskan pihaknya sangat ingin memperbaiki situasi ini dengan turun langsung memberikan edukasi kepada masyarakat. Untuk mewujudkan keinginan itu, kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan menjadi kunci utama.

 "Kami ingin membangun integrasi kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan dengan tujuan supaya sampah-sampah dapat terpilah, tidak berakhir ke TPA dan tercampur aduk," ujar Agustina, dalam tayangan Youtube World Cleanup Day Indonesia.

 Hal ini juga yang menjadi alasan salah satu fokus utama kampanye World Cleanup Day Indonesia 2021 adalah aksi pilah sampah dari rumah. Dia menargetkan menggerakkan lima persen orang dari total jumlah penduduk Indonesia untuk terlibat dalam aksi bersih dan pilah sampah dari rumah.

 "Karena ada penelitian mengatakan jika kita mampu gerakkan orang-orang sebanyak lima persen dalam sebuah negara atau masif bersamaan, itu akan ada perubahan besar yang terjadi," ujarnya.

 Dalam memperlancar aksi itu, pihaknya memberikan sejumlah panduan kepada masyarakat yang terlibat dalam aksi pilah sampah dari rumah. Panduan berupa pengenalan jenis sampah, cara yang tepat memilah sampah, dan langkah selanjutnya jika sampah sudah terpilah.

 Masyarakat harus mulai memilah sampah, memisahkan antara sampah organik dan anorganik, memasukkannya ke dalam kantong, untuk kemudian  disalurkan ke bank sampah terdekat, atau lembaga penerima sampah anorganik untuk diolah kembali.

 Bank sampah atau lembaga tersebut akan mengolahnya kembali dan menyalurkan ke industri daur ulang untuk digunakan sebagai bahan baku.

 Biasanya, plastik PET (polyethylene terephthalate) yang paling laku untuk dijadikan bahan baku daur ulang. PET merupakan jenis plastik berkualitas tinggi yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan memiliki peran krusial dalam ekonomi sirkular.

 PET sangat mudah didaur ulang dan memiliki banyak manfaat untuk dijadikan sebuah produk baru. Misalnya, polyester, dakron sintetis, geotextile, bantal, baju winter, kancing, dan sebagainya.

 Kegiatan daur ulang limbah plastik merupakan salah satu penggerak kegiatan ekonomi berbasis sirkular. Apalagi, plastik jenis PET memiliki permintaan tinggi di industri daur ulang.

 Penggunaan bahan ini sejalan dengan visi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengenai peta penanganan sampah melalui daur ulang dan pemanfaatan kembali dengan prinsip sirkulasi ekonomi.

 “Selain mengurangi pencemaran lingkungan, keberadaan industri daur ulang limbah plastik juga bisa mendatangkan nafkah bagi masyarakat pengepul," kata Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B-3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati.

 Ekonomi sirkular mulai dijalankan oleh Le Minerale bekerja sama dengan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) dan Ikatan Pemulung Indonesia (IPI), yaitu menggagas proyek Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional Le Minerale.

 Bahkan, pada peringatan World Cleaneup Day 2021, Le Minerale bekerja sama dengan Lions Club Indonesia melaksanakan aksi bersih-bersih dengan tema Pilah Sampah dari Rumah.

 Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberikan edukasi dan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya menanggulangi masalah sampah dan dapat dilakukan dengan cara memilah sampah dari rumah.

 Keterlibatan Le Minerale dalam World Cleanup Day bersama Lions Club ini merupakan salah satu bentuk komitmen Le Minerale dalam menjaga dan merawat lingkungan. Kegiatan tersebut sejalan dengan visi Le Minerale untuk mengedukasi masyarakat untuk membiasakan memilah sampah dari rumah. Sebab, memilah sampah merupakan kunci suksesnya kegiatan daur ulang dengan konsep ekonomi sirkular.

 “Selain berpartisipasi secara langsung dalam World Cleanup Day bersama Lions Club, Le Minerale juga aktif mengedukasi masyarakat melalui pesan layanan masyarakat di beberapa stasiun TV dengan tema edukasi 'Pilah Pilih Sampah dari Rumah.' Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemilahan sampah secara luas," ucap Sustainability Director PT Tirta Fresindo Jaya Ronald Atmadja.


Sumber :

https://www.medcom.id/ekonomi/sustainability/wkB4GODN-81-sampah-belum-terpilah-le-minerale-gencar-ajak-masyarakat-pilah-sampah-dari-rumah

Monday, September 20, 2021

What to Know about the Planet this Week

EU funding boost, 216 million migrants and human rights risks: What to know about the planet this week

17 Sep 2021

Joe Myers

The one essential element needed to accelerate action on climate change


This weekly round-up brings you some of the key environment stories from the past seven days, to help keep you up to date.

Top stories: EU pledges increased climate funds for poorer nations; Climate change could trigger internal migration of 216 million people; Warning on human rights risk posed by climate change.

1. Environment stories from around the world

A new report found that most plans for new coal power plants have been scrapped since the Paris Agreement in 2015. US President Joe Biden said on Tuesday that extreme weather will cost the United States 'well over $100 billion' this year.

Green lawmakers in the European Parliament have urged EU leaders to toughen proposals to fight climate change. The United Nations High Commissioner for Human Rights has warned that the 'triple planetary crises' of climate change, pollution and nature loss represent the biggest threat to human rights globally.

A BBC analysis has found that the number of extremely hot days - when the temperature reaches 50 degrees Celsius - has doubled since the 1980s. New US solar installations are on track for a record year, despite supply chain challenges, a new report published on Tuesday has shown.

A new study has found that meat accounts for 57% of all food production emissions, with beef alone accounting for a quarter of emissions produced by raising and growing food. Four-in-10 young people around the world are hesitant to have children as a result of the climate crisis, a new survey has found.

Drought and heat have hurt wheat harvests in Canada, causing a surge in durum wheat prices - a key ingredient in pasta making - with prices set to increase. A new United in Science report has warned that COVID-19 has only caused a temporary reduction in carbon emissions and the world is not on track to meet Paris Agreement targets.

Taking the lead on climate action could be worth trillions to India, according to a Deloitte analysis.


2. EU pledges increased climate funds for poorer nations

The European Union has pledged to increase funding to help poorer countries fight climate change and adapt and mitigate against its impacts. The bloc also called on the United States and other countries to increase their support.

"We will now propose an additional 4 billion euros for climate finance until 2027," European Commission President Ursula von der Leyen said in a policy speech at the European Parliament in Strasbourg.

"But we expect the United States and our partners to step up too. This is vital, because closing the climate finance gap together, the US and the European Union, would be such a strong signal for global climate leadership."

The additional money covers the period form 2021-2027 and is on top of $25 billion the bloc already contributes every year in climate funding, von der Leyen said.


3. Climate change could trigger internal migration of 216 million people - World Bank

Without immediate action to combat climate change, its effects - from rising sea levels to declining crop productivity - could force 216 million people to migrate within their own countries by 2050.

That's the finding of a new World Bank report, Groundswell 2.0, published on Monday that modelled the impact of climate change on six regions.

Climate migration 'hotspots' will emerge as soon as 2030, and worsen by 2050, it found. These hotspots are likely to hit the poorest parts of the world hardest.

Sub-Saharan Africa alone would account for 86 million of the internal migrants, with 19 million more in North Africa, the report showed, while 40 million migrants were expected in South Asia and 49 million in East Asia and the Pacific.

The report's authors have called for urgent action.

"We're already locked into a certain amount of warming, so climate migration is a reality," said Kanta Kumari Rigaud, the bank's lead environment specialist and one of the report's co-authors. "We have to reduce or cut our greenhouse gases to meet the Paris target, because those climate impacts are going to escalate and increase the scale of climate migration."


Sumber :

https://www.weforum.org/agenda/2021/09/climate-environment-news-roundup-17-sept