Pages

Tuesday, May 19, 2020

Sampah Menjadi Pakan Ikan dan Pupuk

Sampah Disulap Menjadi Pakan Ikan dan Pupuk

15 November 2019

Siedoo, Inovasi-inovasi dari akademisi terus berkembang. Tim Pengabdian Masyarakat (Pengmas) Universitas Indonesia (UI) menerapkan konsep Circular Economy pada sampah. Rancangannya adalah Sistem Aquaponik.

Sistem yang diusung tim yang beranggotakan Mufti Petala Patria, Wildan Maulana (FMIPA) dan Hapsari Setyowardhani (FEB) merupakan sistem pengintegrasikan penguraian limbah organik kantin dengan bantuan larva (maggot) Black Soldier Fly (BSF) atau Hermetia illucens.

Ketua Tim Pengmas, Mufti menuturkan, untuk kelancarandan keberlangsungan asupan sampah sebagai pakan dari maggot, pihaknya telah melaksanakan kegiatan penyuluhan dan pelatihan pemilahan sampah kepada para petugas kebersihan atau cleaning service yang bertugas membersihkan dan mengumpulkan sampah di kantin FMIPA-UI, belakangan ini.

“Diharapkan program ini dapat berkontribusi yang signifikan untuk mengurangi volume sampah yang dibuang ke tempat pembuangan akhir. Sampah organik yang telah diolah akan bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan produk luaran yang bernilai tinggi dan menyuburkan tanaman di sekitar,” ujar Mufti dilansir dari ui.ac.id.

Sampah organik dari kantin diurai menggunakan maggot yang mampu memakan sampah sampai lima kali berat tubuhnya per hari. Maggot tersebut setelah 14 hari akan berubah menjadi pre-pupa yang dapat digunakan sebagai pakan ikan. Air media pemeliharaan ikan ini dipompa untuk mengairi sayuran pada sistem aquaponik.

Kantin FMIPA UI dipilih untuk dikelola limbahnya. Kantin FMIPA UI pada hari kerja dapat menghasilkan sampah organik sebanyak 3-4 ember bekas cat 20 liter.

Sampah tersebut kemudian dimasukan dalam tempat pemeliharaan maggot dengan sistem ember susun dan biopond. Maggot bila telah menjadi pre-pupa atau pupa dapat langsung dijadikan makanan ikan nila, patin atau lele.

Air pemeliharaan ikan tersebut yang banyak mengandung feses dialirkan ke media tanam aquaponik dengan sistem pasang surut yang berisi tanaman kangkung. Sisa sampah beserta kotoran maggot yang dikenal dengan kasgot dapat pula digunakan sebagai pupuk bernutrisi tinggi.

Baca Juga :  Sebelum 1 Desember, Tiga Kementerian Terkait Pendidikan, Dipastikan Sudah Umumkan Peserta SKB
Sehingga dapat disimpulkan dengan sistem ini, sampah kantin dapat menghasilkan ikan, sayuran dan pupuk. Sampah dan limbah dari aktivitas atau kegiatan manusia saat ini menjadi permasalahan yang dihadapi oleh seluruh wilayah di dunia, termasuk Indonesia.

Tempat-tempat penampungan sampah mulai kesulitan menerima sampah organik maupun non-organik.  Saat ini telah dikembang konsep Circular Economy dalam pengelolaan sampah atau limbah. Konsep tersebut menerapkan 5R yaitu Rethink, Reduce, Reuse, Recycle, dan Recovery/Repair.

Penerapan Prinsip 5R dapat dilakukan melalui pengurangan pemakaian material mentah dari alam (reduce) melalui optimasi penggunaan material yang dapat digunakan kembali (reuse) dan penggunaan material hasil dari proses daur ulang (recycle) maupun dari proses perolehan kembali (recovery) atau dengan melakukan perbaikan (repair).


Sumber :
https://siedoo.com/berita-26486-sampah-disulap-menjadi-pakan-ikan-dan-pupuk/

Monday, May 11, 2020

Mountrash

Daur Ulang Sampah, Meraup Penghasilan di Masa Pandemi Covid-19

Fatkhul Maskur - Bisnis.com
11 Mei 2020


Mountrash, aplikasi usaha rintisan (startapp) pengelolaan sampah memberikan solusi kepada semua orang untuk tetap mendapatkan penghasilan di tengah lesunya aktivitas perekonomian akibat pandemi Covid-19.

Mountrash, aplikasi usaha rintisan (startapp) pengelolaan sampah memberikan solusi kepada semua orang untuk tetap mendapatkan penghasilan di tengah lesunya aktivitas perekonomian akibat pandemi Covid-19.

Mountrash merupakan besutan PT Mountrash Avatar Indonesia. Aplikasi Mountrash yang dapat diunduh pengguna sejak Oktober 2019 itu terus dibenahi dan diperbarui untuk memudahkan pengguna atau user.

Chief Executive Officer Mountrash Gideon Widjaja Ketaren mengatakan wabah Corona of Disease 2019 (Covid-19) telah menurunkan aktivitas perekonomian, bahkan tidak sedikit karyawan yang dirumahkan atau mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Masyarakat dapat mengunduh aplikasi Mountrash terlebih dulu di Playstore. Kemudian mengumpulkan sampah dan rongsokan di rumahnya, seperti botol plastik, dan kardus. Lalu melalui aplikasi itu, sampah dijual dan dapat dikonversikan menjadi nilai uang sejumlah tertentu sesuai dengan jenis dan banyaknya sampah," katanya, Senin (11/5/2020).

Para pekerja korban PHK dan mereka yang ingin mendaftar Kartu Prakerja pun bisa menukarkan sampah dengan kuota internet melalui aplikasi Mountrash sehingga bisa memperlancar aktivitas pendaftaran Kartu Prakerja.

"Jadi kami secara tidak langsung mendukung solusi mengatasi krisis ekonomi akibat pandemi Covid-19. Mountrash menjadi bagian dari solusi untuk mengatasi berbagai persoalan, termasuk bersinergi dengan Kartu Prakerja dan manajemen pengeloaan sampah secara digital,” ujar lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini.

Menurutnya, aktivitas bekerja dari rumah (work from home/WFH) di DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) telah meningkatkan volume sampah rumah tangga. Peningkatan sampah rumah tangga itu, kata dia, dapat menjadi peluang menambah penghasilan melalui aplikasi Mountrash.

Gideon menjelaskan semua jenis sampah, seperti plastik, kardus, kertas, besi, dan kaca yang dapat didaur ulang dapat dikonversikan menjadi uang melalui Mountrash.

Pengguna internet hanya perlu membuka Playstore, kemudian memasukkan nomor telepon seluler, memilih fitur jual (dengan memasukkan item barang yang dijual, misal sampah plastik dan kardus). Selanjutnya, pilih sent data tersebut sampai muncul barcode dan screenshot barcode untuk dikirim melalui nomor WhatsApp Mountras 082210108789. Selanjutnya, Mountras akan melakukan penjemputan sampah tersebut.

"Setelah dijemput dan barcode di-scan petugas kami, maka saldo Anda bertambah dan bisa lanjut isi kuota untuk mendaftar Kartu Prakerja, Zooming buat meeting, belajar, WFH, atau aktivitas lainnya," ujarnya.

Selain dapat menambah penghasilan semua orang di tengah kondisi perlambatan ekonomi saat ini, setiap rumah tangga juga dapat berpartisipasi mengurangi sampah plastik. "Sudah menambah penghasilan, mereka juga bisa berpartisipasi dalam mengurangi sampah plastik," ujarnya.

Berdasarkan data Asosiasi Industri Olefin, Aromatik & Plastik Indonesia (Inaplas), volume sampah plastik di Indonesia pada 2017 sebanyak 5,76 juta ton. Sampah plastik itu terdiri atas daur ulang 1,66 juta ton, impor 1,79 juta ton, dan produksi dalam negeri 2,31 juta ton. Adapun konsumsi plastik terus meningkat dengan proyeksi pada 2030 menjadi 11,07 juta ton dari 2017 sebanyak 5,76 juta ton.

Waki Ketua Umum Asosiasi Daur Ulang Sampah Plastik Indonesia (ADUPI) Justin Wiganda menjelaskan selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) di beberapa wilayah, terjadi perubahan jumlah dan lokasi sampah plastik.

"Bekerja dari rumah, selain itu perkantoran, ritel, mal, restoran, toko-toko banyak tidak beroperasi sehingga terjadi pergeseran sampah. Selain itu, bahan baku daur ulang berubah secara volume, kualitas, dan lokasi," katanya.

Dia berharap agar kondisi berangsur normal setelah Lebaran sehingga industri daur ulang bisa beraktivitas kembali secara normal.

Sepudin Zuhri, pemilik Alala Recycling--pengolahan sampah plastik jenis polyethylene terephtalate (PET) di Kabupaten Bogor, mengungkapkan terjadinya pergeseran lokasi sampah selama pandemi Covid-19 karena perubahan aktivitas, yaitu tetap tinggal di rumah atau bekerja dari rumah.

"Saat kondisi normal, sampah plastik banyak berasal dari perkantoran, mal, restoran, hotel, dan lainnya. Namun, sekarang banyak perkantoran yang tutup karena bekerja dari rumah sehingga sampah plastik justru banyak berasal dari rumah tangga," ujarnya.

Menurutnya, kondisi saat ini bisa menjadi momentum untuk edukasi memilah sampah dari rumah tangga sehingga memudahkan proses daur ulang. "Jika sampah sudah dipilah dari rumah tangga, biaya daur ulang lebih efisien karena sampah plastik tidak tercampur dengan jenis sampah lain sehingga lebih bersih."

Selain memilah, setiap rumah tangga dapat menjual sampah plastik melalui aplikasi digital seperti Mountrash sehingga menambah pemasukan keluarga di tengah kondisi perlambatan ekonomi saat ini.

Sepudin mengakui pandemi Covid-19 telah memukul industri daur ulang karena permintaan baik bahan baku maupun produk daur ulang terjadi penurunan. Namun, dia meyakini bahwa kondisi ini akan segera berakhir dan normal kembali.


Sumber :
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200511/257/1238656/daur-ulang-sampah-meraup-penghasilan-di-masa-pandemi-covid-19