Pages

Thursday, May 26, 2022

Carbon Footprint Logistics Companies Ways

5 Ways Logistics Companies Can Lower Their Carbon Footprint


It’s a fact that half of the major logistics players worldwide do not even measure their CO2 emissions. It follows that they are also highly unlikely to be taking measures voluntarily to reduce them.

Haulage companies are part of the supply chain. A growing number of larger non-haulage corporations are very conscious of their environmental impact and demand relevant emission numbers from their suppliers. That is so they can be seen to be at least monitoring the environmental impact of their supply chains.

While being environmentally aware is a desirable sentiment in all of us, logistics companies can reap some deserved PR and commercial benefits where they have made genuine and consistent efforts to go greener.


What constitutes a company’s carbon footprint?

A company’s combined total emissions of greenhouse gases through both direct and indirect activities. It's produced every day by your vehicles, your people, your suppliers, wastage, and even by the products you use.


Where to begin reducing your impact on the environment

If you are not already taking measures to reduce and minimize your company’s environmental impact, then the first step must be a decision to do so.

Then initiate these activities:

  • Institute a method of identifying, measuring, and recording your company’s emissions so that progress can be measured.
  • Determine what steps your company will take and assign actions to individuals or departments.
  • Publish your company’s progress at regular intervals to demonstrate your commitment.

As with many successful initiatives, it pays to open up the debate to the entire workforce. A shared sense of ownership and pride in participating maximizes effort.


Identify the main causes of CO2 emissions and measure them

The most common sources will come as no surprise. These are hotspots to focus on:

  • Haulage fleet
  • Fuel
  • Warehousing
  • Business travel
  • Electricity supply
  • Heating oil and gas supply
  • Waste

The sort of equation you should be aiming to develop is:

Total energy consumption (fuel, electricity) x Emission Factors (fuel, electricity) = carbon dioxide equivalent (CO2e)

There are many websites dedicated to helping you and we suggest starting with this UK not-for-profit organisation, the Energy Saving Trust. There you will find excellent guidelines and links to government and other helpful advice. The UK Business Climate Hub has highly practical advice and examples of ways in which emissions can be cut.


1. Fuel is the most significant contributor to your CO2 emission level

That is perhaps stating the obvious but it makes sense to address the bigger causes first. Even very minor changes will be multiplied by the sheer volume of fuel consumption and may deliver excellent results.

Fuels such as liquid hydrogen are still in the early stages of commercial development and are not something that can be adopted today. Green diesel and other biofuels suffer from poor availability of refueling points.

Electric energy costs are half those of diesel and the payback period is estimated at 8-10 years. Tesla is launching an all-electric HGV with an anticipated list price of £140k. Other suppliers will certainly launch their own range over the next two years.


2. Switch to a green electricity supplier and switch from gas to electricity

Both gas and electricity generate carbon emissions for every energy unit you consume. However, the carbon profile of electricity has diminished in recent years, while that of gas has not changed much, if at all. That’s due to changes in the electricity generating industry because of the greater proportion of supply by wind farms and solar too, to a lesser extent.

Low and zero-carbon electricity suppliers promise to reduce your company’s carbon footprint. This is a burgeoning sector on the UK utility scene, with companies such as this one offering zero-carbon electricity.


3. Insulate, Insulate, Insulate

One of the oldest and longest-standing energy savings methods has often been overlooked by the industry. Older industrial units are notoriously energy inefficient in general. There is always scope to retrofit insulation on floors, walls, ceilings, roofs, windows, doorways, and docking bays.


4. Know your suppliers and their carbon footprint

Indirect carbon emissions count too and your supply chain is a major contributor. A McKinsey investigation reported that the supply chains of many consumer companies generate far more emissions and environmental impact than the company's own operations.

Knowing what your supply chain’s carbon emissions are is one thing. Managing them is a different matter. The Warwick Business School, part of Warwick University published a very useful guide on How to manage your supply chain's carbon footprint.


5. Improve waste management – Reduce, Reuse, Recycle

Aim for a zero-waste approach for immediate environmental benefits. That starts with assessing how and where your company currently generates, manages, and disposes of waste. No business is likely to ever achieve 0% waste but publishing that as a target internally focuses minds on proactive ways of achieving as close as possible to zero.


Finally – it’s really important to make a start

Sustainability is the buzzword of the decade and is likely to remain a highlight of environmental protection and climate change control. Reducing carb emissions is likely to be a journey rather than a quick win, with multiple savings along the way. Making a start is the single most important step you can take today.


Sumber :

https://www.linkedin.com/pulse/5-ways-logistics-companies-can-lower-carbon-footprint-availtech-1c/

Monday, May 16, 2022

Desa Menciptakan Ekonomi Sirkular

Dow serta Bintari bantu pengelolaan sampah di Semarang

Selasa, 17 Mei 2022 | 13:07 WIB

Dow, perusahaan material science bekerja sama dengan Yayasan Bina Karta Lestari (Bintari), sebuah lembaga swadaya masyarakat (LSM) nasional yang bergerak di bidang perlindungan lingkungan serta pembangunan berkelanjutan untuk membantu pengelolaan sampah sekaligus mempromosikan ekonomi sirkular di Kota Semarang, Jawa Tengah.

Didukung penuh oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Semarang melalui Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, inisiatif ini membantu program pemkot dalam mengatasi masalah sampah melalui sejumlah program pengelolaan sampah di enam desa dalam rentang waktu 1,5 tahun mulai April 2022.

“Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang memberikan apresiasi pada Bintari serta Dow Indonesia atas inovasi mereka dalam menyelenggarakan program pendampingan bank sampah dengan TPS3R sebagai tulang punggung aktivitas daur ulang, serta mengadakan kegiatan yang mendorong sinergi serta kolaborasi antar-pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, masyarakat khususnya pelaku kegiatan di bank sampah lokal, pemerintah daerah serta kelurahan, sampai pengusaha,” kata Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang, FX. Bambang Suranggono dalam keterangan resmi Dow pada Selasa.

Ia menambahkan bahwa pendampingan bank sampah serta Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse serta Recycle (TPS3R) merupakan salah satu kunci dari program unggulan Dinas Lingkungan Hidup Kota Semarang di tahun 2022, yakni Program GERAI ESHPE (Gerakan Implementasi Ekonomi Sirkular dalam Pengelolaan Sampah Hulu Perkotaan).

Program tersebut antara lain berisi kegiatan edukasi pentingnya pemilahan serta pengelolaan sampah pada 1.000 keluarga yang tinggal di enam desa tersebut, serta meningkatkan kapasitas TPS3R serta bank sampah untuk menciptakan ekonomi sirkular. 

Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan pengelolaan sampah rumah tangga dari 180 kg menjadi 360 kg per hari melalui kolaborasi dengan enam unit TPS3R, yang masing-masing terdapat di setiap desa. 

Keenam TPS3R tersebut ialah TPS3R Resik Mandiri di Desa Sambiroto, TPS3R Kampung Pilah Sampah di Desa Mangkang Kulon, TPS3R Sendang Mulyo di Desa Sendang Mulyo, TPS3R Sido Rahayu di Desa Purwosari, TPS3R Polaman di Desa Polaman, serta TPS3R Gemah di Desa Gemah.

Riswan Sipayung, Presiden Direktur Dow Indonesia, mengatakan sampah merupakan permasalahan kompleks, tidak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia, serta diperlukan kolaborasi berkelanjutan antar para pemangku kepentingan untuk mengatasinya.

“Melalui kerja sama dengan Bintari, kami ingin mendorong sinergi antar pemangku kepentingan sekaligus perubahan perilaku pengelolaan sampah yang bertanggung jawab, dimulai dari lingkungan rumah tangga. 

Kolaborasi ini merupakan bagian dari komitmen kuat Dow untuk mencapai target keberlanjutan perusahaan, sekaligus mendukung target keberlanjutan pemerintah dengan memprioritaskan ekonomi hijau, ekonomi sirkular, serta pengurangan emisi karbon,” katanya. 

Sebagai salah satu kota penghasil sampah terbesar di Indonesia, Semarang menghasilkan sekitar 1.270 ton sampah per hari serta sekitar 900 ton di antaranya dikirim ke tempat pembuangan akhir (TPA) setiap hari. Hanya sebagian kecil dari sampah yang didaur ulang serta sisanya terbuang ke laut yang kemudian berdampak terhadap lingkungan.

Pemkot Semarang telah meluncurkan berbagai kebijakan serta inisiatif yang relevan untuk membantu mengatasi masalah pengelolaan sampah, seperti program kantong plastik berbayar untuk meminimalkan jumlah sampah plastik, menetapkan jalur khusus untuk truk sampah, serta memasukkan pengolahan sampah ke dalam Proyek Energi Listrik kota di TPA Jatibarang.


Sumber :

https://portalsidoarjo.com/2022/05/17/dow-serta-bintari-bantu-pengelolaan-sampah-di-semarang-infomenarik.html

Thursday, May 12, 2022

Kijang Innova Listrik

Alasan Toyota Indonesia Kembangkan Kijang Innova Listrik

Sabtu, 2 April 2022 15:07 WIB

Toyota Indonesia membuat kejutan dengan meluncurkan prototipe Kijang Innova listrik pada pembukaan pameran otomotif Indonesia International Motor Show (IIMS) di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, 31 Maret 2022. EV di belakang nama Kijang Innova menandakan bahwa model tersebut sepenuhnya bertenaga listrik.

Mobil MPV itu tidak hanya dipajang di booth Toyota di dalam pameran IIMS 2022, tetapi sudah dapat dikendarai mengeliling area parkir JIExpo. Menteri Koordinator Perekonomian RI Airlangga Hartarto termasuk salah satu yang pertama kali menjajal Kijang Innova EV.

Direktur Administrasi, Korporasi dan Hubungan Eksternal PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), Bob Azam, mengatakan bahwa pemilihan Kijang Innova sebagai kendaraan listrik karena sejarah pada model tersebut yang lekat dengan Indonesia. "Dilihat dari sejarahnya, Kijang ini dikembangkan dan lahir di Indonesia, dipasarkan sejak 1977," kata Bob di Ancol, Jakarta Utara, Jumat malam, 1 April 2022.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mninjau pameran Indonesia International Motor Show di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis 31 Maret 2022. Kehadiran Toyota Kijang Innova listrik ini semakin mendekatkan target pemerintah. Berdasarkan beleid yang sama, pemerintah menargetkan produksi mobil listrik pada 2025 sebanyak 400.000, kemudian pada 2030 bertambah menjadi 600.000 unit, dan pada 2035 sebesar 1 juta unit. Tempo/Tony Hartawan

Selain itu, lanjut dia, prototipe Kijang Innova listrik yang dipamerkan masih dari basis Kijang Innova Reborn tipe Venturer. Mudahnya, dia menambahkan, Kijang Innova konvesional diubah menjadi 100 persen tenaga baterai.

Memanfaatkan model yang sudah ada ini menurut Bob dapat lebih efisien dibanding membuat model yang benar-benar baru. Pada dasarnya, model yang sudah diproduksi secara lokal ini memiliki jaminan supply chain yang sudah mapan. Sudah terstruktur, memiliki kandungan lokal yang banyak (Kijang Innova saat ini memiliki kandungan lokal di atas 80 persen). "Yang sudah berjalan tidak terdisrupsi, tinggal ditambahkan teknologi baru saja," tutur dia.

Toyota Kijang Innova Listrik yang dipamerkan pada pembukaan IIMS Hybrid 2022 di JiExpo Kemayoran, Jakarta, Kamis 31 Maret 2022. Detail spesifikasi Toyota Kijang Innova EV Concept masih dirahasiakan oleh pihak PT TMMIN maupun PT TAM Tempo/Tony Hartawan

"Kami melakukan adjusment terhadap Kijang Innova yang sudah diproduksi selama ini, kami kembangkan dengan versi listrik. Jadinya Kijang Innova listrik ini sebagai study car yang kami akan terus kembangkan dan pelajari."

Bob menyampaikan bahwa setidaknya terdapat 30 persen ubahan pada Kijang Innova Venturer hingga menjadi versi listrik. Ubahan itu berupa penggantian mesin konvensional dengan motor listrik dan instalasi modul baterai yang diletakkan di bawah lantai mobil. "Baterainya 60 kWh, tetapi masih impor," kata Bob yang enggan menyebutkan secara detail baterai buatan pabrikan mana yang digunakan.

Menurut Bob, Toyota Indonesia menghadirkan prototipe Kijang Innova listrik karena ingin menyediakan full range technology pada seluruh modenya. Mulai dari bermesin konvensional (ICE), hybrid, plug-in hybrid, hidrogen, hingga baterai (mobil listrik). "Prinsipnya semua model disiapkan teknologinya," tutur dia.

Saat ini TMMIN memproduksi lima unit prototipe Toyota Kijang Innova listrik. Tiga unit berada di Indonesia dengan dua unit dipamerkan di IIMS 2022. Sedangkan dua unit lagi dikirim ke Thailand untuk pengembangan dan penelitian.


Sumber :

https://otomotif.tempo.co/read/1577700/alasan-toyota-indonesia-kembangkan-kijang-innova-listrik/full&view=ok

Tuesday, May 10, 2022

Perubahan Iklim Tingkatkan Risiko Penularan Penyakit

Perubahan Iklim Tingkatkan Risiko Penularan Penyakit Menular Lintas Spesies 

Para peneliti menyarankan setidaknya 15.000 penularan virus lintas spesies baru diperkirakan terjadi pada tahun 2070, didorong oleh perubahan iklim 2 derajat Celcius, yang merupakan skenario terburuk yang disoroti di bawah Perjanjian Paris. 

10 Mei 2022

Para ilmuwan sekarang percaya bahwa pemanasan global akan secara signifikan meningkatkan jumlah penularan virus lintas spesies dalam beberapa dekade mendatang. Perubahan iklim menimbulkan risiko lebih lanjut bagi hewan dan manusia lain dari penyakit menular, seperti COVID-19, menurut sebuah penelitian yang diterbitkan di Nature. 

Ketika suhu global terus meningkat, banyak spesies hewan kemungkinan akan bermigrasi ke lingkungan baru, membawa parasit dan patogen mereka bersama mereka dan memfasilitasi berbagi virus antara spesies yang sebelumnya tidak memiliki interaksi, menurut penelitian tersebut. 

Peningkatan itu kemudian dapat membantu dalam "limpahan zoonosis," atau penularan patogen dari hewan liar ke manusia. 

Para peneliti menyarankan setidaknya 15.000 penularan virus lintas spesies baru diperkirakan terjadi pada tahun 2070, didorong oleh perubahan iklim 2 derajat Celcius, yang merupakan skenario terburuk yang disoroti di bawah Perjanjian Paris. 

Sementara pertemuan baru antara spesies mamalia diharapkan terjadi di mana-mana di dunia, mereka terutama diharapkan terjadi di daerah tropis rumah bagi sebagian besar penyakit menular yang mampu menularkan limpahan zoonosis, seperti wilayah Afrika tropis dan Asia Tenggara yang memiliki kepadatan penduduk yang tinggi pula. 

Peristiwa berbagi virus baru ini diprediksi sebagian besar didorong oleh kelelawar, yang kemungkinan besar menampung virus dengan peluang tinggi untuk menular ke manusia. 

Pergeseran yang didorong oleh iklim di hotspot untuk penyebaran spesies dan evolusi virus mungkin sudah terjadi, mengingat pemanasan sudah berlangsung dengan baik. Virus COVID-19 kemungkinan berasal dari penularan dari hewan ke manusia , menurut Organisasi Kesehatan Dunia. 

Virus kemungkinan ditularkan dari kelelawar ke hewan lain dan kemudian ke manusia, menurut laporan bersama oleh China dan WHO yang dirilis pada Maret 2021. 

Temuan menunjukkan bahwa perubahan iklim berpotensi menjadi kekuatan pendorong dominan dalam transmisi virus lintas spesies, yang dapat meningkatkan risiko penularan penyakit menular ke manusia, kata para penulis, menyoroti kebutuhan untuk menggabungkan pengawasan virus dengan penilaian perubahan. untuk rentang spesies sebagai akibat dari perubahan iklim.


Sumber :

https://lifestyle.bisnis.com/read/20220510/106/1531574/perubahan-iklim-tingkatkan-risiko-penularan-penyakit-menular-lintas-spesies.