Pages

Monday, January 25, 2021

Pembiayaan SDGs

Kekurangan Pembiayaan SDGs Capai US$3 Triliun per Tahun

Tiap tahun, kekurangan pembiayaan untuk pembangunan dalam rangka mencapai target Sustainable Development Goals (SDGs) mencapai US$3 triliun. 

Khusus Indonesia, kekurangan pembiayaan dalam rangka memenuhi kebutuhan infrastruktur, pendidikan, dan kesehatan sesuai yang diamanatkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2019-2024 hingga saat ini mencapai Rp1.460 triliun.

Secara lebih rinci, pembiayaan yang dibutuhkan hingga 2024 mencapai Rp14.500 triliun dengan pembiayaan melalui APBN mencapai Rp6.750 triliun dan dari sektor privat mencapai Rp6.290 triliun.

Impact investment atau investasi berkelanjutan sangat potensial untuk diterapkan di Indonesia. Hal ini karena Indonesia memiliki pasar yang potensial serta hukum yang mendukung investasi seperti UU No. 25/2007 tentang Penanaman Modal dan UU No. 20/2008 tentang UMKM.

Lebih lanjut, Indonesia juga memiliki peluang untuk menerapkan islamic finance atau pembiayaan syariah karena zakat di Indonesia sendiri mencapai 4% dari PDB.

Meski demikian, masih terdapat 70% dari keseluruhan UMKM yang terhambat untuk mengakses fasilitas pembiayaan sehingga menghambat pertumbuhan penghasilan dari UMKM terkait.

Oleh karena itu, United Nation Development Programme (UNDP) memandang besarnya kemungkinan untuk memadupadankan Impact Investment dengan Islamic Finance dalam rangka mencapai target SDGs pada 2030.

"Sekarang ada 700 juta orang yang masih di bawah garis kemiskinan. Kita mencari instrumen apa yang bisa digunakan untuk memenuhi kekurangan pembiayaan tersebut," ujar Senior Advisor for Innovative Financing UNDP Joanne Manda, Rabu (24/7/2019).


Sumber :

https://ekonomi.bisnis.com/read/20190724/9/1128143/kekurangan-pembiayaan-sdgs-capai-us3-triliun-per-tahun

Thursday, January 14, 2021

Banyuwangi Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Angin

Banyuwangi Bangun Pembangkit Listrik Tenaga Angin 50 MW

Kamis, 14 Jan 2021 19:46 WIB

Tak lama lagi, Indonesia akan resmi mengoperasikan pemanfaatan energi terbarukan pembangkit listrik tenaga bayu (PLTB). Seperti apa penampakannya?

Banyuwangi - Kabupaten Banyuwangi akan memiliki Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) alias tenaga angin. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) melalui salah satu anak usahanya, yaitu PT Indonesia power, memilih pembangunan PLTB di Banyuwangi karena menilai potensi angin memenuhi syarat untuk pengembangan PLTB.

Pihak Pemkab Banyuwangi dan PT Indonesia Power telah bertemu untuk mematangkan rencana tersebut secara virtual pada Kamis (14/1/2021). Pertemuan ini merupakan kelanjutan dan rencana PLN mengembangkan PLTB di Banyuwangi yang telah disampaikan sejak 2020, sebelum pandemi datang. Hadir dalam pertemuan tersebut Vice President Project Development 3 PT Indonesia Power Henry Asdayoka Putra dan Manager Business Development 1 Adi Hirlan Effendi, Bupati Abdullah Azwar Anas dan jajarannya.

Henry Asdayoka Putra mengatakan, PLTB yang akan dibangun di Banyuwangi tersebut merupakan bagian dari pengembangan proyek energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia.

"PLTB ini diharapkann bisa semakin mengurangi penggunaan energi fossil dan emisi karbon monoksida. Ini merupakan program pemerintah untuk mencapai bauran energi listrik yang ramah lingkungan sebesar 23 persen di 2025," ujar Henry.

Henry melanjutkan, pembangunan PLTB akan dimulai pada 2021. PLTB tersebut berkapasitas 50 MW.

"Pengembangan PLTB berskala besar di Banyuwangi ini insyaallah yang pertama di Pulau Jawa. Untuk itu kami meminta dukungan dari Pemkab Banyuwangi agar kami bisa segera memberikan kontribusi bagi Indonesia dan khususnya bagi Banyuwangi," ujar Henry.

"Selain sebagai proyek energi, PLTB ini nantinya juga akan menjadi ikon baru bagi daerah yang bakal mendukung sektor pariwisata," imbuhnya.


Satgas Banyuwangi Susun Kebijakan Baru Cegah Penularan COVID-19

Manager Business Development 1 Adi Hirlan Effendi mengatakan, Banyuwangi dipilih karena memiliki angin yang sangat potensial, khususnya di wilayah Kecamatan Wongsorejo yang memiliki kecepatan angin 6,7 meter/detik.

"Sebelum menentukan lokasi, kami melakukan studi potensi angin di Indonesia. Setelah kami bandingkan hasil dari beberapa daerah, ternyata di Wongsorejo paling potensial kecepatan anginnya," terang Adi.

"Bahkan kecepatan angin rata-rata sementara dari pemasangan alat kami yaitu metmast tower setinggi 120 meter di Wongsorejo menunjukkan angka 8,3 meter/detik. Sangat bagus. Kami melakukan estimasi, apabila satu turbin menghasilkan 4,2 MW, maka dalam setahun PLTB bisa memproduksi listik sebesar 170,3 GWh " imbuhnya.

Sementara itu Bupati Anas menyambut baik rencana pembangunan PLTB tersebut di daerah. "Tadi kami koordinasikan, bahwa selain PLTB, itu nantinya menjadi menjadi pusat edukasi tentang energi baru terbarukan bagi generasi muda, sehingga kesadaran menggunakan energi baru terbarukan semakin tinggi," ujar Anas.

Anas juga menekankan agar PLTB tersebut dikembangkan dengan tidak meninggalkan unsur kearifan lokal yang menjadi identitas daerah.

"Seperti yang telah dilakukan Banyuwangi selama 10 tahu terakhir, setiap pembangunan harus menyertakan unsur kearifan lokal, termasuk dalam arsitekturnya. Ini adalah upaya kami menitipkan peradaban daerah, khususnya budaya lokal, ke dalam perkembangan ekonomi," jelas Anas.


Sumber :

https://finance.detik.com/energi/d-5334428/banyuwangi-bangun-pembangkit-listrik-tenaga-angin-50-mw

Sustainable Development in Indonesia

Sustainable development crucial in Indonesia’s COVID-19 recovery, experts say 

May 29, 2020

The Sustainable Development Goals (SDGs) (United Nations/File) SHARES With the COVID-19 pandemic having challenged sustainable development in many parts of the world, it is necessary to use the United Nations’ Sustainable Development Goals (SDGs) as the baseline for the country’s outbreak recovery efforts, a recent discussion has suggested. 

During a virtual discussion on Thursday, the Foreign Ministry’s director for development, the economy and the environment, Agustaviano Sofjan, said the pandemic had set countries back in terms of achieving by 2030 the 17 economic, social and environmental goals stipulated in the SDGs. 

The pandemic, he said, disrupted stability and growth in supply and demand, as well as people’s livelihoods. Moreover, the coronavirus disease posed great risks to women, children, elders and informal workers. “On the other hand, the pandemic has had a positive impact on the environment due to the reduction of economic activities. 

However, this is just temporary,” Agustaviano said on Thursday as quoted by Antara news agency. Dyah Roro Esti Widya Putri, a lawmaker from the House of Representatives Commission VII on energy affairs, argued that environmental challenges would emerge after COVID-19-related restrictions are lifted. 

“After the outbreak ends, the demand for energy will drastically increase. Indonesia should begin to roll out its plan on sustainable development,” the lawmaker said during the discussion. Agus echoed the statement, saying the end of the COVID-19 crisis should be a chance for Indonesia to do better in implementing the SDGs. 

He cited the government’s plan to introduce the so-called “new normal” policy as a way to realize the vision of sustainability. United Nations Development Programme (UNDP) Indonesia country director Christophe Bahuet emphasized the importance of the SDGs as the baseline for Indonesia’s COVID-19 recovery. 

Bahuet said the new normal policy should not diminish the urgency of putting forward the SDGs. “The pandemic and the ‘new normal’ should make the SDGs more important,” he said. He advised Indonesia against returning to business as usual upon recovering from COVID-19. Arranging policies toward a “green recovery” might be the best way to restart development in Indonesia, Bahuet said.


Sumber :

https://www.thejakartapost.com/news/2020/05/29/sustainable-development-crucial-in-indonesias-covid-19-recovery-experts-say.html.

Wednesday, January 6, 2021

Kantong Plastik dari Kentang

Mahasiswa ITS Ciptakan Kantong Plastik dari Kentang 

02/01/2021

Masa pandemi Covid-19 mengubah pola hidup masyarakat,  akhirnya menyebabkan adanya peningkatan konsumsi sejumlah produk yang menggunakan kantong plastik sintetis. Guna mengatasi permasalahan ini, seorang mahasiswa Institut Teknologi Sepuluh Nopember ( ITS) menciptakan plastik dari bahan kentang yang dapat dijadikan pakan ternak dan pupuk, serta mudah terurai oleh tanah. 

Mahasiswa yang menciptakan itu bernama Hamdan Kafi Magfuri. Dia adalah mahasiswa Departemen Teknik Material dan Metalurgi ITS. "Lama kelamaan sampah kantong plastik ini akan berdampak buruk pada lingkungan," kata Hamdan, melansir laman ITS, Sabtu (2/1/2020). 

Dia mengaku, lewat inovasi ini akan mengurangi atau bahkan menghilangkan dampak buruk dari kantong plastik yang selama ini beredar di masyarakat. Sebab, plastik merupakan material yang sangat sulit terurai oleh tanah, bahkan plastik baru bisa diurai kembali dalam ratusan hingga ribuan tahun. 

"Dengan demikian, ide utama yang harus diangkat adalah plastik yang mudah terurai dan memiliki manfaat lain selain menjadi sampah," ucap pria asal Lumajang ini. Hamdan memilih kentang, karena bahan dasar tersebut sangat melimpah di Indonesia. Pemilihan ini, dia berharap bisa meningkatkan pendapatan petani kentang. 

"Saat ini pendapatan petani kentang di Indonesia terbilang rendah, karena ada perbedaan harga yang berbeda, antara harga jual petani dengan harga yang dijual di pasar," ucap Hamdan. Pembuatan plastik cukup mudah Adapun cara plastik dari bahan kentang ini terbilang mudah. 

Hal pertama, kentang yang tidak lolos dijual di pasar, maka akan digiling dan diperas sari patinya. Kemudian, sari pati ini diendapkan selama beberapa hari hingga menghasilkan endapan tepung. Endapan ini kemudian dicampur dengan platicizer dan kitosan. 

"Campuran ini kemudian diendapkan, dicetak pada cetakan lembaran, serta dipanaskan pada suhu 120 derajat celcius selama 30-90 menit," tutur dia. Plasticizer didapat dari glisoerol dan asam asetat, berfungsi untuk mendapatkan sifat plastik, yaitu untuk memadatkan adonan. 

"Sedangkan kitosan didapat dari tepung kulit udang dan cangkang kepiting, berfungsi untuk menaikkan sifat mekanik plastik agar memiliki daya menahan beban," sebutnya. Plastik berbahan dasar kentang ini, sambung Hamdan, memiliki karakteristik yang baik. 

Dari segi kekuatan tarik saja, plastik ini berkekuatan 28 MPa, di atas standar SNI yang sebesar 27 MPa. Sedangkan dari kemampuan tahan air, plastik ini memiliki kemampuan yang sama dengan plastik pada umumnya. 

"Plastik ini tidak mengeluarkan zat karbon seperti plastik pada umumnya, sehingga aman untuk makanan," ucapnya. Paling terpenting, dia menegaskan, sampah plastik kenting ini bisa terurai dalam waktu 28 hari di dalam tanah. Baca juga: Menkes Budi Gunadi Terpilih Jadi Anggota MWA ITS "Harapannya manfaat plastik ramah lingkungan ini dapat dirasakan banyak pihak," harap Hamdan.


Sumber :

https://www.kompas.com/edu/read/2021/01/02/150026471/mahasiswa-its-ciptakan-kantong-plastik-dari-kentang?page=all.