Pages

Tuesday, October 3, 2023

Bahaya Kandungan BPA dalam Plastik

Kandungan BPA dalam Wadah Plastik Bahaya untuk Kesehatan, Kok Bisa? 

14/10/2021

Dalam kehidupan sehari-hari, penggunaan wadah berbahan plastik masih sering dijumpai. Harganya yang relatif murah dan mudah ditemukan menjadi salah satu alasan bagi sebagian besar orang menggunakannya. 

Bagi Anda yang menggunakan produk-produk tersebut, mungkin tak asing dengan istilah BPA. Misalnya pada produk bayi yang sering dilabeli dengan logo BPA-Free. Lantas,sebenarnya apa itu BPA? 

Bisphenol-A atau yang biasa disebut dengan BPA adalah bahan kimia yang digunakan dalam kemasan plastik polikarbonat untuk membuat plastik tetap keras dan tidak mudah hancur. Lazimnya, BPA kerap dipakai dalam kemasan galon.  

Selain pada plastik, BPA juga digunakan untuk melapisi bagian kemasan dari makanan kalengan, produk kebersihan, pipa suplai air, dan dental sealant atau lapisan plastik tipis yang dipasang untuk melindungi gigi dari kerusakan. 


Bahaya BPA bagi Kesehatan 

Penggunaan produk yang terkontaminasi BPA secara terus-menerus akan memengaruhi kesehatan tubuh, bahkan bisa membahayakan kesehatan. Terlebih jika bayi atau anak-anak yang terkena paparan BPA tersebut. 

Meski saat ini sudah banyak produk bayi yang tidak lagi menggunakan BPA, namun beberapa produk lainnya masih saja ada yang mengandung BPA. Dalam diskusi virtual bertema "Mendesain Regulasi Bisphenol-A (BPA) yang Tepat" yang diselenggarakan Centre for Public Policy Studies (CPPS), Rabu (13/10/2021), Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar mengungkapkan bahwa BPA berisiko tinggi memengaruhi kesehatan bayi. 

"Tidak hanya di botol dot tetapi juga di peralatan makan lainnya, di peralatan makanan-makanan kaleng. Yang membuat BPA ini berbahaya adalah ketika ada pemanasan berulang kali dari plastik, sehingga bagian dari BPA ini larut ke dalam makanan yang ada di dalam asupan di dalam botol," ujarnya. 

Pada ibu hamil, BPA dengan mudah masuk ke dalam rantai makanan antara ibu dan bayi. Biasanya BPA ditemukan dalam urin, darah, tali pusar, maupun ASI. "Janin dan bayi juga bisa terpapar BPA karena kalau pun mereka ngga mengonsumsi susu formula, dari tali pusar bisa kena (BPA) dan masuk, lalu bisa juga kalo dia minum ASI, ASInya perahan yang ditaro di dot juga bisa. Atau kalau menyusui (langsung), dan ibunya menggunakan banyak (benda) yang terkontaminasi BPA tanpa disadari," tutur Nia.

Dokter spesialis anak sekaligus anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Irfan Dzakir Nugroho, Sp.A, M.Biomed mengatakan hal yang senada. Menurutnya, BPA ditemukan di hampir semua anggota tubuh yang mungkin disebabkan masifnya penggunaan kemasan pangan. dr Irfan mengungkapkan ada lebih dari 130 studi yang melaporkan efek berbahaya dari BPA. 

Beberapa di antaranya adalah dapat menyebabkan kanker payudara, pubertas dini, penyakit jantung, infertilitas, katalisator penyakit saraf, dan obesitas. 


Bagaimana Mekanisme BPA Memengaruhi Kesehatan? 

BPA dapat memengaruhi hormon endokrin seperti estrogen, androgen, dan tiroid. Selain itu, paparan BPA yang berlebih dapat menyebabkan gangguan homeostasis metabolik pada anak, gangguan struktur dan fungsi otak, efek kesehatan di usia selanjutnya pada anak. 

"Pada usia dewasa atau usia produktif BPA bisa memengaruhi produktivitas dan bisa juga menyebabkan gangguan pada saat kehamilan dan persalinan. Dan juga menyebabkan obesitas dan beberapa penyakit metabolik," ungkap dr Irfan. 

Kontaminasi BPA dapat membahayakan ibu hamil, karena mengganggu kerja endokrin, dan mampu untuk meniru hormon estrogen. Pada laporan yang terbit pada tahun 2008 oleh Program Toksikologi Nasional AS menemukan bahwa adanya efek pada otak, perilaku, dan kelenjar prostat pada janin, bayi serta anak-anak akibat paparan BPA yang masuk melalui plasenta, ASI, pemberian susu botol, dan pemberian makanan atau minuman yang telah terkontaminasi BPA. 

"Menurut studi, pemaparan BPA pada fase kehamilan (gestasional) di mana paparan BPA pada masa ibu hamil, maka ini akan berefek terhadap anaknya. Di mana anaknya akan mempunyai gangguan perilaku dan aspek emosional yang kurang baik. (Ganguguan ini) bisa dilihat pada anak-anak di usia 3 tahun," tandasnya. 

Tak hanya pada bayi, BPA juga dapat menimbulkan bahaya pada kelompok usia anak-anak, di antaranya: Menyebabkan gangguan tumbuh kembang, perilaku depresif, ansietas, dan hiperaktif Memengaruhi perilaku emosional dan kekerasan Memengaruhi senyawa yang dihasilkan oleh otak seperti dopamine, serotonin, acetylcholine, dan hormon thyroid


Sumber :

https://www.kompas.com/sains/read/2021/10/14/110300223/kandungan-bpa-dalam-wadah-plastik-bahaya-untuk-kesehatan-kok-bisa?page=all.

Galon BPA atau Plastik PET

Mana Lebih Bahaya Bagi Kesehatan, Galon BPA atau Plastik PET? 

Jumat, 29 Juli 2022

Pertanyaan paling menohok terkait air minum dalam kemasan (AMDK) galon plastik adalah, mana yang lebih berbahaya buat kesehatan manusia, antara galon polikarbonat (PC) plastik keras yang mengandung bisphenol-A (BPA) atau galon yang menggunakan plastik polyethylene terephthalate (PET)?  

Kedua jenis kemasan plastik ini memiliki kelebihan dan kekurangan terkait risiko kesehatan bagi manusia. Terkait produk-produk makanan dan minuman, kemasan polikarbonat yang kita kenal sebagai plastik keras atau kaku itu biasa digunakan sebagai galon isi ulang air minum 19 liter. 

Sementara, kemasan PET biasa digunakan untuk botol air minum ukuran 300 mililiter hingga 1 liter dan galon 15 liter. Sejumlah penelitian mengungkap, BPA berdampak terhadap kesehatan melalui mekanisme gangguan hormon, khususnya hormon estrogen. 

BPA pada gilirannya berkaitan dengan gangguan sistem reproduksi, baik pada pria maupun wanita, diabetes, obesitas, gangguan sistem kardiovaskular, gangguan ginjal, kanker, dan perkembangan kesehatan mental. 

Sementara itu, PET dibuat dari, salah satunya, etilen glikol, yang juga berpotensi menimbulkan risiko kesehatan bila dikonsumsi secara ekstrem berlebihan. 

Guru Besar Teknik Kimia Universitas Diponegoro, Prof. Dr. Andi Cahyo Kumoro, turut memberikan pandangannya.  "Pelepasan BPA pada galon guna ulang rentan terjadi bila galon sampai tergores atau terpapar sinar matahari langsung. Efeknya,  paparan BPA bisa memunculkan gangguan pada sistem saraf dan perilaku anak. Sedangkan pada ibu hamil bisa memicu keguguran," ujar Prof. Andi dalam keterangannya, Jumat 29 Juli 2022.  

NPR Epidemiolog Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Pandu Riono, turut mendorong rencana pelabelan BPA, agar segera dilaksanakan. Dorongan ini berkaitan dengan masih adanya penolakan atas rencana itu dari kalangan industri air minum dalam kemasan. 

“Efeknya jangka panjang. Kalau (BPA) tidak berdampak, kenapa negara maju sudah membatasi dan melarangnya. Langsung saja wajib labelisasi, kok takut pada industri. Produsen kelas dunia  seperti Danone di Prancis sudah mengganti wadah produknya ke jenis plastik yang bebas BPA," jelasnya.  

"Yang jadi pertanyaan, kenapa unit Danone di negara berkembang tidak mengadopsi hal yang sama? Seharusnya sama-sama fair dong. Lagi pula ini kan hanya pelabelan. Masa label saja keberatan," sambungnya.  

Kekhawatiran terhadap efek BPA juga datang dari Ketua Umum Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Nia Umar. Dia mengatakan, BPA berisiko tinggi memengaruhi kesehatan bayi. Pada ibu hamil, BPA dengan mudah masuk ke dalam rantai makanan antara ibu dan bayi. 

Biasanya BPA ditemukan dalam urine, darah, tali pusar, maupun ASI.   Sementara itu, dokter spesialis anak sekaligus anggota Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dr Irfan Dzakir Nugroho, Sp.A, M.Biomed, mengungkapkan, BPA ditemukan di hampir semua anggota tubuh, antara lain disebabkan masifnya penggunaan kemasan pangan.   

Irfan menyampaikan, ada lebih dari 130 studi yang melaporkan efek berbahaya dari BPA. Beberapa di antaranya antara lain menyebabkan kanker payudara, pubertas dini, penyakit jantung, infertilitas, katalisator penyakit saraf, dan obesitas.

BPA diketahui dapat memengaruhi hormon endokrin seperti estrogen, androgen, dan tiroid. Selain itu, paparan BPA yang berlebih bisa  menyebabkan gangguan homeostasis metabolik pada anak, gangguan struktur dan fungsi otak, efek kesehatan di usia selanjutnya pada anak.  

Sedangkan pada usia dewasa atau usia produktif BPA bisa memengaruhi produktivitas dan bisa juga menyebabkan gangguan pada saat kehamilan dan persalinan, termasuk menyebabkan obesitas dan beberapa penyakit metabolik. 

Plastik PET Berbeda dengan kandungan BPA pada polikarbonat, kandungan etilen glikol pada PET tidak memunculkan pengaturan (pelarangan), baik di dalam maupun luar negeri. Sejauh ini, belum ada satu negara pun menerapkan pelabelan terhadap potensi efek etilen glikol pada plastik PET. 

Ini bukan karena tidak adanya penelitian lapangan terkait migrasi zat kimia itu dari kemasan PET. Tetapi lebih karena bahaya dan dampaknya pada kesehatan potensinya lebih besar ada pada galon BPA dibanding plastik PET. 

Frank Welle, ahli kimia yang berfokus pada interaksi bahan kemasan dengan pangan dari University of Freiburg, Jerman, dalam makalahnya “The Facts about PET” menulis bahwa, jika dibandingkan dengan jenis plastik lain, PET lebih lengai (inert) atau tidak mudah mengalami perubahan kimia.  

Pada gilirannya, menurut Welle, monomer PET, seperti etilen glikol, hanya dapat bermigrasi dalam jumlah yang sangat kecil ke dalam pangan yang dikemasnya. Mengutip penelitiannya pada 2004, dia menunjukkan bahwa tingkat migrasi etilen glikol dari kemasan PET, jauh di bawah batas standar yang ditetapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). 

"Nilai kompeten berbahaya di dalam kemasan PET seperti etilen glikol dan antimon (yang hanya digunakan sebagai katalis) masih jauh di bawah standar apabila tidak dilakukan perlakuan khusus layaknya percobaan (seperti dipanaskan pada suhu dan jangka waktu tertentu atau direaksikan dengan bahan kimia tertentu)," kata Welle menyimpulkan.


Sumber :

https://www.viva.co.id/gaya-hidup/kesehatan-intim/1503417-mana-lebih-bahaya-bagi-kesehatan-galon-bpa-atau-plastik-pet?page=all

Kemasan PET Ada Kandungan yang Berbahaya

Pakar IPB: Kemasan PET pun Sebenarnya Ada Kandungan yang Berbahaya

06 Sep 2022, 10:04 WIB

Dosen dan peneliti di Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor (IPB), Nugraha Edhi Suyatma menyayangkan semakin liarnya isu soal BPA di masyarakat. Menurut Edhi, isu BPA bisa memberikan kesalahan persepsi di konsumen bahwa kemasan galon guna ulang itu berbahaya, sementara kemasan plastik-plastik lainnya itu terkesan aman.

"Padahal, seperti yang kita tahu bahwa BPA itu ada di mana-mana, tidak hanya di galon polikarbonat, tetapi ada juga di kemasan kaleng, botol bayi, atau di dot. Itu mestinya dilarang total bagi bayi dan anak-anak," kata Edhi dikutip dari keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.com pada Senin, 5 September 2022.

Edhi menjelaskan bahwa di makanan kaleng ada riset yang mengatakan hampir 90 persen enamel pada kaleng itu terbuat dari epoksi,"Epoksi itu adalah BPA dan BPA adalah sebagai basic. Jadi, seharusnya ini kan juga perlu dilabeli juga.".  

Sehingga dengan berhembusnya isu BPA, bisa menyebabkan terjadinya mispersepsi di masyarakat bahwa kemasan yang tidak mengandung BPA itu aman-aman saja.

"Padahal, kemasan lain itu juga belum tentu aman. Kemasan PET misalnya, itu juga ada risiko dari bahan senyawa yang lain yang berpotensi ke arah negatif. Di PET ada kandungan antimon, asetildehid, etilen glikol, dan lain-lain yang juga berbahaya," katanya.

Dia juga mengkritisi langkah BPOM yang seolah membiarkan kampanye negatif terhadap galon polikarbonat. Edhi menilai bahwa ini justru bertentangan dengan BPOM sendiri pada aturan label pangan.  

"Jadi, ketidaksepahaman saya pada aturan pelabelan BPA ini adalah, khawatirnya nanti malah ada prasangka buruk kalau BPOM itu dianggap membela salah satu brand. Itu yang pasti akan muncul karena fenomena ini," ujarnya.


Teror Isu BPA Harus Dihentikan

Sementara itu Ketua Komisi Penegakan Regulasi Satgas Sampah Nawacita Indonesia, Asrul Hoesein, meminta agar 'teror-teror' yang mendiskreditkan produk galon guna ulang kemasan polikarbonat yang ramat lingkungan untuk segera dihentikan.

Asrul, mengatakan, tindakan meneror yang dilakukan terhadap galon guna ulang ini sebenarnya bukan hanya menciderai usaha air minum dalam kemasan (AMDK) galon guna ulang saja, tapi juga menciderai rakyat.

“Saya katakan bahwa itu bukan menciderai perusahaan AMDK galon guna ulang saja, tapi juga rakyat. Karena, yang masuk-masuk ke rumah tangga itu kan AMDK galon guna ulang," katanya. 

Dia juga mengkritisi BPOM RI yang seakan mendukung tindakan peneroran ini.

"Jadi, kunci permasalahan isu galon guna ulang ini termasuk juga karena BPOM yang seakan membiarkan isu ini terjadi berlarut-larut hingga saat ini," katanya.


BPOM Diminta Tegas

Oleh sebab itu, Asrul berharap BPOM menghentikan sikap yang seakan mendukung beredarnya isu negatif terhadap galon guna ulang ini di masyarakat.

"Sebab, kalau tidak berhenti, hal ini akan jadi bumerang bagi BPOM sendiri yang akan dituding bersikap diskriminatif," katanya.

Dia mengatakan BPOM itu seharusnya tidak hanya fokus mengawasi galon guna ulang saja, tapi juga minuman-minuman lainnya seperti teh, kopi, dan lain-lain.

"Jadi, untuk BPOM, tolong minum-minuman teh, kopi, diperiksa sumber airnya. Ini catatan untuk BPOM, jangan cuma galonnya saja itu yang diawasi. Karena ada ribuan kemasan di supermarket yang harus diurus BPOM di luar galon," katanya.

Dia juga mengingatkan agar perusahaan tidak ada yang melakukan persaingan tidak sehat.

"Boleh produksi dan memasarkan produk, tapi jangan melakukan kampanye negatif terhadap orang lain," katanya.  


Sumber :

https://www.liputan6.com/health/read/5060749/pakar-ipb-kemasan-pet-pun-sebenarnya-ada-kandungan-yang-berbahaya?page=3

Mikroplastik pada Makanan dan Minuman

Mikroplastik Berbahaya yang Mungkin Ada di Makanan Kita

Selasa, 3 Oktober 2023 | 10:36 WIB

Mikroplastik adalah potongan kecil plastik yang berukuran kurang dari lima milimeter. Mikroplastik tidak hanya ditemukan di lingkungan seperti di udara, air sungai atau air laut saja. Mikroplastik, bahkan sebenarnya juga ditemukan di dalam air minum dan makanan, yang artinya potongan plastik kecil ini mungkin ada di dalam tubuh kita.

Partikel-partikel mikroplastik bisa berasal dari berbagai sumber, termasuk pemecahan plastik yang lebih besar, produk-produk plastik mikro dan limbah plastik yang tersebar di lingkungan. Penelitian telah menunjukkan bahwa mikroplastik ditemukan di dalam tubuh manusia termasuk darah, tinja dan jaringan tubuh yang pada akhirnya dapat berdampak negatif pada kesehatan tubuh.


Dampak Negatif Mikroplastik bagi Tubuh

Mikroplastik dapat berdampak negatif bagi kesehatan tubuh, di antaranya:


Kemungkinan paparan zat kimia

Mikroplastik memiliki kemampuan yang baik dalam menyerap zat kimia dari lingkungan. Ketika mikroplastik masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara yang dihirup, makanan atau minuman, zat kimia yang menempel pada mikroplastik bisa berpindah ke tubuh manusia.


Risiko peradangan

Risiko peradangan akibat partikel mikroplastik yang masuk ke dalam tubuh manusia hingga kini masih belum dipahami sepenuhnya dan masih terus diteliti. Namun, potensi reaksi inflamasi tubuh berlebihan mungkin terjadi saat mikroplastik dan zat kimia berbahaya yang diserapnya masuk lebih dalam ke tubuh.

Inflamasi berlebihan dapat meningkatkan risiko penyakit kronis seperti penyakit jantung, diabetes, atau gangguan autoimun.


Gangguan hormonal

Mikroplastik yang terpapar zat-zat kimia berbahaya bisa masuk ke dalam tubuh dan menjadi zat-zat pengganggu hormon yang memengaruhi sistem endokrin manusia. Ini dapat berdampak pada keseimbangan hormon di dalam tubuh dan memiliki efek jangka panjang yang tidak diinginkan.

Selain zat-zat pengganggu endokrin, mikroplastik juga mungkin membawa logam berat atau polutan organik yang meningkatkan paparan bahan kimia berbahaya di tubuh.


Jenis Mikroplastik yang Mungkin Terkandung di Dalam Makanan dan Minuman

Tidak hanya mungkin terhirup oleh hidung, mikroplastik juga bisa masuk ke dalam tubuh melalui makanan atau minuman. Adapun beberapa jenis mikroplastik yang bisa ditemukan di dalam makanan atau minuman di antaranya:


BPA (Bisphenol A)

BPA adalah bahan kimia yang digunakan dalam produksi plastik seperti botol plastik, galon air kemasan, peralatan makan, peralatan dapur, mainan, lapisan pelindung kaleng makanan atau minuman serta produk kemasan makanan lainnya. BPA telah menjadi subjek perhatian karena potensinya sebagai zat kimia yang dapat mengganggu sistem endokrin.


BPA dapat menyebabkan dampak negatif lain bagi tubuh, di antaranya:

  • Memengaruhi perkembangan otak janin dan anak-anak
  • Memengaruh kesehatan reproduksi pria
  • Berdampak pada perubahan perilaku anak-anak
  • Meningkatkan tekanan darah, diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular


Dioxin

Dioxin adalah sekelompok senyawa kimia yang sangat beracun yang merupakan produk sampingan dari proses industri dan pembakaran termasuk pembakaran sampah, pembakaran bahan bakar fosil dan proses kimia tertentu. Dioxin dikaitkan dengan masalah sistem reproduksi termasuk gangguan menstruasi, penurunan kesuburan dan masalah perkembangan seksual.

Dioxin juga dapat mengganggu fungsi sistem kekebalan tubuh, gangguan hormonal, meningkatkan risiko perkembangan kanker serta memengaruhi sistem saraf dan perkembangan otak anak-anak secara negatif.


Phthalate

Phthalate adalah kelompok bahan kimia yang digunakan sebagai agen pemlastis. Bahan kimia ini dapat meningkatkan fleksibilitas, kekuatan dan daya tahan plastik sehingga lebih mudah dibentuk dan tahan lama. Beberapa jenis phthalate dikaitkan dengan gangguan hormonal yang berdampak negatif terutama bagi anak-anak.


Polyethylene dan polypropylene

Kedua jenis bahan kimia ini membuat kemasan menjadi lebih ringan dan tahan lama. Penelitian menemukan bahwa bahan kimia ini mungkin berkontribusi terhadap beberapa jenis kanker.


Sumber :

https://www.ai-care.id/penyakit/mikroplastik-berbahaya-yang-mungkin-ada-di-makanan-kita