Pages

Monday, June 19, 2023

Pencinta Mangrove di NTT

Mengenal Steven Mesah pencinta mangrove di selatan Negeri

Selasa, 20 Juni 2023 12:31 WIB

Steven Mesah warga desa Daiama sedang memonitoring anakan magrove yang sudah ditanam dan bertumbuh. Steven Mesah sedang meyeruput kopinya. Sesekali dia berbincang-bincang seru dengan kawan-kawannya di salah satu rumah di Desa Daiama, Kecamatan Landu Tii, Kabupaten Rote Ndao, Nusa Tenggara Timur.

Bahasa yang digunakan adalah bahasa daerah. Entah apa yang dibicarakan, namun terlihat sangat seru dan sesekali dia dan beberapa temannya tertawa.

Pria kelahiran 1976 di Desa Daiama itu dikenal sebagai orang yang bisa memotivasi, bahkan menggerakkan 300 kepala keluarga di desa itu untuk menjaga wilayah pesisir dengan cara menanam mangrove di Pantai Daiama.

“Terakhir, pada tahun lalu, kami tanam 13.000 anak pohon mangrove di pesisir pantai, salah satunya untuk menjaga pantai kami tidak abrasi,” katanya, saat memulai ceritanya, kepada ANTARA.

Dari 13.000 anak mangrove yang ditanam itu, hanya sekitar 25 persen yang bisa bertahan hingga saat ini. Usai ditanam, datang cuaca musim timur, sehingga gelombang menerjang pesisir wilayah tersebut dan tanaman itu terseret gelombang. Padahal, tanaman itu sudah diikat di kayu, namun akarnya belum kuat.

Steven yang juga ketua kelompok masyarakat pengawas (pokmaswas) wilayah pesisir Desa Daiama tersebut berupaya menjaga dan merawat sejumlah anakan mangrove itu agar tetap hidup dan bertahan. Setiap hari dia dan masyarakat di desa bergantian memonitor perkembangan mangrove yang sudah ditanam.

Tujuannya, agar sejumlah mangrove itu tetap bertahan hidup, apalagi di saat musim atau cuaca yang stabil seperti saat ini.

Sebagai ketua pokmaswas di desa tersebut, dia kini memiliki 12 anggota, sisanya adalah mereka yang turun membantu dan menilai bahwa keberadaan mangrove tersebut penting dan dapat memberikan banyak manfaat.


Manfaat mangrove 

Mangrove merupakan fitur alami yang mampu secara signifikan meredam dan menurunkan abrasi laut dan juga magnitude bencana gelombang tsunami, sehingga eskalasi bencana dan potensi kerugian, serta korban dapat direduksi.

Mangrove juga berperan besar dalam pengendalian perubahan iklim melalui kemampuannya dalam menyimpan dan menyerap karbon 4-5 kali lebih banyak dari hutan tropis daratan.

Semua keunggulan ekosistem mangrove tersebut menjadi pertimbangan penting yang menyatu dengan upaya menjaga kestabilan tata kelola bentang alam dan perbaikan mutu lingkungan.

Tak hanya itu, perbaikan ekosistem mangrove secara paralel akan memperkuat kondisi sosial ekonomi masyarakat, serta mendorong pembangunan hijau melalui ekonomi hijau.

Ekosistem mangrove memiliki multimanfaat, seperti menjadi lahan budi daya ikan, kepiting, atau udang, melalui pola silvofishery, pengolahan produk mangrove non-kayu, serta wisata alam juga memperkuat pengembangan kawasan industri yang hijau.

Oleh karena itu bagi sebagian nelayan, apalagi yang tinggal di pesisir pantai, Steven merasa bahwa keberadaan pohon magrove tidak hanya untuk mencegah abrasi suatu wilayah.

Ada manfaat lain juga yang dapat mendukung ekonomi masyarakat pesisir, yakni sebagai lokasi berkembang biaknya ikan dan juga buah dari pohon itu bisa diolah menjadi bahan yang dicampur untuk kopi.

Dia dan teman-teman juga baru paham setelah ada pelatihan dari Pemerintah pusat tentang bagaimana menjaga dan merawat lingkungan laut, seperti mangrove dan juga terumbu karang sebagai lokasi ikan bertumbuh kembang.

Pria yang tak lulus sekolah dasar (SD) tersebut, pada awalnya bersama sejumlah warga di kawasan pesisir tersebut tidak memahami betul manfaat dari pohon mangrove yang tumbuh di pesisir pantai.

Terkadang pohonnya ditebang dan bahkan tak menganggap bahwa pohon tersebut ada dan telah membantu menjaga kawasan pesisir tersebut.

Sampai akhirnya pada Agustus tahun 2022 ada sosialisasi dari Pemerintah pusat terkait manfaat dari tanaman yang tumbuh di pesisir pantai tersebut.

Tak hanya tanaman mangrove, sosialisasi juga terkait bagaimana menjaga biota langka, terumbu karang, yang menjadi lokasi bersembunyinya plankton-plankton.

Steven yang sudah melaut kurang lebih 40 tahun secara turun temurun tersebut juga mengaku cukup sulit untuk merawat dan menjaga mangrove yang sudah ditanam.

Apalagi di saat cuaca buruk atau cuaca ekstrem wilayah pesisir selalu dihantam oleh gelombang dan hal itu dapat merusak pesisir pantai tersebut jika tidak ditanami mangrove.

Baginya tak masalah jika saat ini dia dan orang tua lainnya di desa itu yang menanam, namun kelak akan dirasakan dan dinikmati oleh anak cucu mereka di tahun-tahun yang akan datang.

Dia tahu bahwa yang menanam tidak akan merasakan manfaat langsung, tetapi setidaknya jika sudah tumbuh akan dirasakan oleh anak cucu mereka, dan manfaatnya akan sangat baik.

Apalagi setelah masuknya Program The Arafura and Timor Seas Ecosystem Action Phase II (ATSEA-2) yang didanai Global Environment Facility (GEF) dan diimplementasi oleh United Nations Development Programme (UNDP) bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) juga memberikan pencerahan kepada warga di desa tersebut terkait manfaat dari buah mangrove tersebut.

Program fase dua yang sudah berjalan sejak tahun 2019 mencakup empat negara; Australia, Indonesia, Papua New Guinea, dan Timor-Leste. Di Indonesia, ATSEA-2 berfokus di tiga wilayah kerja, yaitu Kepulauan Aru di Maluku, Merauke di Papua Selatan, dan Rote Ndao di NTT. Di Rote Ndao sendiri, ATSEA-2 berfokus pada pelatihan kepada masyarakat pesisir untuk mengelola hasil laut sebagai pendorong peningkatan ekonomi, sehingga masyarakat pesisir tidak hanya fokus pada tangkapan ikan, tetapi bisa memanfaatkan potensi lain yang ada di pesisir pantai sebagai salah sumber penghidupan.


Perda

Pemerintah Kabupaten Rote Ndao, Provinsi NTT, merasa penting bahwa diperlukan peraturan daerah (perda) untuk mendukung perlindungan wilayah pesisir di daerah itu.

Perda tersebut saat ini masih dalam pembahasan dan menunggu sidang ke-3 dengan DPRD Kabupaten Rote Ndao. Pada dasarnya isi dari perda tersebut sudah digodok oleh Kanwil Kemenkumham NTT di Kupang.

Diharapkan pada Agustus nanti perda ini bisa segera disahkan sehingga perlindungan terhadap wilayah pesisir sudah ada dasar hukumnya.

Perda yang nantinya segera diberlakukan itu tidak hanya berisi tentang larangan atau perintah untuk tidak boleh melakukan sesuatu, tetapi juga mengatur tentang bagaimana agar hasil laut yang ada di kawasan pesisir bisa dikelola oleh masyarakat sekitar menjadi sesuatu yang bernilai ekonomi.

Selain itu, perda tersebut berisi tentang masalah sampah di wilayah pesisir yang sering menjadi pembicaraan wisatawan karena dapat merusak lingkungan, khususnya ekosistem dalam laut.

Sampah itu bukan hanya plastik, tetapi juga sampah yang dihasilkan dari limbah-limbah kapal, seperti minyak yang digunakan oleh para nelayan juga diharapkan tidak dibuang di sembarang tempat di laut. Salah satu solusinya digali lubang di darat lalu limbahnya dimasukkan, sehingga tidak merusak wilayah pesisir.


Sumber :

https://www.antaranews.com/berita/3597078/mengenal-steven-mesah-pencinta-mangrove-di-selatan-negeri

Thursday, June 15, 2023

Sedotan Eco Friendly Berbahan Tepung

Mahasiswa Ubaya Ciptakan Sedotan Eco Friendly Berbahan Tepung

Kamis, 15 Juni 2023

Mahasiswa Universitas Surabaya (Ubaya) yang tergabung dalam kelompok StrawBite berhasil membuat sedotan berbahan dasar tepung beras dan tepung tapioka. Sedotan itu dipamerkan dalam pagelaran Ubaya Innovaction Festival (UNNO FEST) Vol. 02 pada 13-15 Juni 2023, di Plaza Fakultas Bisnis dan Ekonomika Ubaya.

Alat itu dibuat oleh Alfian Dwi Wahyudi, Clarence Rex Maximilian H., Natasya Octavia, dan Yemima Destaliza Samantha. Alfian Dwi Wahyudi Ketua Tim StrawBite mengatakan, inisiatif membuat sedotan eco friendly itu dilatarbelakangi fenomena masih banyaknya kafe yang menggunakan sedotan plastik.

“Hal ini tentu menjadi permasalahan bagi lingkungan karena plastik tidak bisa diuraikan kembali,” ucapnya pada Kamis (15/6/2023).

Mahasiswa Ubaya yang tergabung dalam kelompok StrawBite saat menunjukkan sedotan berbahan dasar tepung hasil inovasi kelompoknya. Alfian melanjutkan, selain ramah lingkungan, keunggulan dari sedotan StrawBite itu bisa dimakan karena berbahan dasar tepung beras, tepung tapioka, dan air.

“Ketika sudah selesai pakai, sedotan juga bisa dihancurkan dan remahannya bisa ditaburkan ke tanah untuk diserap tanaman. Jadi, sedotan ini benar-benar punya banyak manfaat,” terangnya.

Dia menambahkan, proses pembuatan sedotan yang memiliki panjang 23 cm dan diameter 1,5 mm itu hanya membutuhkan waktu 25-30 menit, dan menghasilkan sepuluh sedotan.

“Sedotan yang sudah jadi, bisa bertahan di ruang terbuka selama 40 hari. Kalau sudah dipakai pada minuman, sedotan dapat bertahan 3 sampai 5 jam,” jelasnya.

Selanjutnya, dia dan tim berencana mengembangkan sedotan StrawBite yang bisa digunakan untuk minuman panas, ditambahkan perasa, serta memperbanyak warna. Sementara itu, Sujoko Efferin Direktur Ubaya InnovAction Hub (UIH) Ubaya mengatakan, produk-produk buatan mahasiswa yang dipamerkan itu, bisa dikembangkan lagi dengan riset dan mendapat pendampingan dari praktisi bisnis.

“Ubaya berharap melalui acara ini dapat mencetak pengusaha sebanyak-banyaknya. Semoga peluang ini bisa dimanfaatkan dengan baik oleh mahasiswa,” ujarnya.

Sekadar diketahui, pameran yang diadakan Ubaya InnovAction Hub itu merupakan ajang memperkenalkan produk karya asli dan inovasi mahasiswa mata kuliah Kewirausahaan dan Inovasi, berupa barang dan jasa kepada masyarakat umum.


Sumber :

https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2023/mahasiswa-ubaya-ciptakan-sedotan-eco-friendly-berbahan-tepung/

Monday, June 5, 2023

Ubah Kotoran Jadi Penyelamat Ekosistem Sungai

Terobosan DLHK Sidoarjo, Ubah Kotoran Jadi Penyelamat Ekosistem Sungai

5 June 2023 18:04 PM

Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Sidoarjo terus membuat terobosan agar ekosistem sungai jadi lebih baik. Melalui bulatan-bulatan tanah liat yang dibuat dari campuran kotoran hewan seperti sapi dan kambing serta dicampuri cairan eco lindi, DLHK perkenalkan cara baru dalam merawat dan menjaga lingkungan sungai.

Kepala DLHK Sidoarjo M Bahrul Amig mengatakan, upaya terobosan eco sungai ini sengaja diproyeksikan terlebih dahulu di sungai yang ada di Desa Siwalanpanji, Buduran. Sebelum nantinya terobosan ini akan disebar ke seluruh sungai yang ada di Kota Delta.

“Untuk meyakinkan masyarakat dan terus bisa dievaluasi, nantinya hasil proyeksi akan kita uji lab. Dengan pembuktian tersebut sehingga pertanggungjawaban kualitas lingkungan dan metode yang terukur dapat dilihat langsung,” papar Amig.

Amig juga menyadari, selama ini tingkat pencemaran lingkungan khususnya di sungai masih cukup tinggi. Oleh karenanya, eco sungai yang diperkenalkan saat hari lingkungan hidup ini, salah satu fungsinya adalah untuk merestorasikan air sungai di Sidoarjo.

Selain itu, kata Amig, tujuan dari eco sungai ini juga untuk memperbaiki kualitas air sungai. Dan mendorong kesadaran masyarakat untuk mencintai sungai agar tidak dibuangi dengan sampah.

“Momentumnya sungai menjadi berkah, bukan lagi sungai yang hanya sekadar sungai yang kemudian dikriminalisasi dengan pembuangan sampah seenaknya sendiri,” terangnya.

Dalam pengaplikasiannya, tambah Amig, efek daripada eco sungai tersebut dapat dilihat secara signifikan setelah tujuh hari. Salah satu perubahannya adalah dinamika biota air seperti ikan dan hewan lainnya dapat berkembang biak karena ekosistem sungai kembali berjalan dengan baik. 


Sumber :

https://radarsidoarjo.jawapos.com/kota-delta/05/06/2023/terobosan-dlhk-sidoarjo-ubah-kotoran-jadi-penyelamat-ekosistem-sungai/

Kerja Sama untuk Percepatan Perubahan Iklim

Perusahaan Negara ASEAN dan Jepang Kerja Sama untuk Percepatan Perubahan Iklim 

Selasa, 6 Juni 2023 - 12:34 WIB 

Asean dan perusahaan Jepang Sumber : Humas Share : VIVA Dunia – ASEAN Business Advisory Council (ASEAN BAC) bersama Japan External Trade Organization (JETRO) lakukan kerja sama untuk mendorong percepatan target aksi perubahan iklim.   

Penandatanganan MoU dilakukan oleh Ketua ASEAN BAC yang merupakan Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasjid dengan Chairman JETRO Ishiguro Norihiko dalam Pembukaan ASEAN Japan Business Week 2023 (AJBW 2023) di Tokyo, Jepang.  

“MoU dimaksud untuk mempercepat proses transisi perusahaan-perusahaan di ASEAN untuk membantu perusahaan Jepang dalam mencapai target-target aksi perubahan Iklimnya,” kata Penanggung Jawab ASEAN Net Zero Hub Muhammad Yusrizki dalam keterangan di Jakarta, Senin, 5 Juni 2023.  

Melalui MoU tersebut, kolaborasi kedua institusi tidak hanya menyangkut kerja sama dalam membuat pusat pengetahuan untuk perusahaan-perusahaan ASEAN, namun juga melakukan langkah-langkah konkret dalam proses dekarbonisasi industri, khususnya dengan memberikan asistensi pada perusahaan-perusahaan untuk membuat rencana transisi yang kredibel dan pengenalan pada teknologi rendah karbon seperti efisiensi energi dan energi baru terbarukan (EBT).    

Selain itu, kedua institusi juga bersepakat untuk mengembangkan riset dan pengembangan jaringan serta business matching antara perusahaan Jepang dan perusahaan setiap negara ASEAN. Masih dengan semangat tema ASEAN Matter: Epicentrum of Growth, kehadiran MoU ini diharapkan dapat diikuti oleh negara-negara mitra ASEAN lainnya, seperti Uni Eropa, Amerika Serikat, Inggris, Tiongkok.  

Dengan demikian, ASEAN akan tetap menjadi pusat pertumbuhan dunia di tengah-tengah dinamika perubahan Iklim yang juga direspons oleh dunia bisnis. Yusrizki menyebut tanpa ada kawasan ASEAN yang climate resilience, cita-cita ASEAN untuk menjadi Epicentrum of Growth akan sulit terwujud. 

Banyak negara dan kawasan ekonomi di dunia sudah lebih dahulu bergerak ke arah itu, misalnya Uni Eropa dengan kebijakan perdagangannya yang disebut Carbon Border Adjustment Mechanism (CBAM), cepat atau lambat memberikan dampak signifikan pada ekspor kawasan ASEAN ke Uni Eropa.    

“Kalau kita masih mau lihat ASEAN tetap melakukan perdagangan dengan kawasan atau negara-negara partner-nya di masa depan,  pelaku usaha di ASEAN harus bergerak ke arah yang sama, yaitu Net Zero Emission,” ujar Yusrizki. 

Perubahan iklim yang sudah menjadi tantangan global tidak luput dari perhatian Jepang dan ASEAN dalam membangun kolaborasi guna menuju kawasan ASEAN yang rendah karbon.  

“Keberlanjutan (sustainability) dan Net Zero adalah satu-satunya jalan (pathway) bagi ASEAN untuk tetap tumbuh dan menjadi kekuatan ekonomi ke depan di tengah-tengah disrupsi ekonomi akibat dari perubahan iklim."  

Yusrizki pun menyebut semua negara di ASEAN harus berkolaborasi untuk membangun Ekosistem Net Zero Emission (NZE) di kawasan untuk dapat membuat semua perusahaan di ASEAN memulai perjalanannya menjadi perusahaan net zero sebagaimana arti penting pembentukan ASEAN Net Zero Hub (NZH).


Sumber :

https://www.viva.co.id/berita/dunia/1606579-perusahaan-negara-asean-dan-jepang-kerja-sama-untuk-percepatan-perubahan-iklim?page=all