Pages

Sunday, March 27, 2022

Penggunaan Hidrogen Sebagai Bahan Bakar

Eksperimen Sukses Penggunaan Hidrogen Sebagai Pengganti Bahan Bakar Konvensional

Harga bahan bakar meningkat drastis di seluruh dunia. Kawasan Desa Bosbüll di Jerman utara ingin prioritaskan hidrogen dan tunjukkan bahan bakar ini punya masa depan hijau.

Di sebuah desa di bagian paling utara Jerman terdapat proyek model pertama, di mana sebuah kawasan bertekad untuk bertahan tanpa bahan bakar fosil, dan sepenuhnya menggunakan hidrogen. 

Sejak beberapa pekan belakangan, dua bus berbahanbakar hidrogen digunakan untuk mengangkut penumpang. Untuk proyek itu, dibangun khusus beberapa tempat pengisian bahan bakar hidrogen.  

Bagi Sven Hänsel yang berprofesi sebagai pengemudi bus, jenis bus berbahanbakar hidrogen bagus karena tidak ribut. "Orang hanya mendengar motor listrik dan putaran gigi persneling." Ia menambahkan, mesinnya tidak bising. 


Hidrogen sebagai Sumber Energi Berkelanjutan?

Sampai-sampai jika penumpang di bus mengobrol, dia bisa mendengar percakapan mereka. "Kadang kurang enak. Tapi lama-kelamaan saya tidak mendengar lagi obrolan penumpang, dan hanya memperhatikan situasi lalu lintas”, ujar pengemudi bus berbahan bakar hidrogen ini.


Kendala pompa pengisian bahan bakar

Daniel Marx, pimpinan perusahaan DB Regio Bus Nord mengungkapkan, saat ini masalah aktualnya adalah sulitnya mengisi bahan bakar. "Tepatnya, antara bus dan instalasi tidak ada koneksitas," begitu dikatakan Daniel Marx. Ini masalah piranti lunak, tapi bisa diselesaikan dengan beberapa aktualisasi.

Inti proyek hidrogen adalah instalasi elektrolisis. André Steinau, yang menggagas proyek model bernama eFarm itu, punya perusahaan instalasi elektrolisis dengan biaya pembuatan senilai beberapa juta Euro. Di perusahaan itu, hidrogen diekstrasi dari air di dalam wadah raksasa. Untuk itu dibutuhkan banyak energi listrik.

André Steinau menjelaskan, mereka tidak ingin menyia-nyiakan listrik. Ide mereka adalah, menyimpan listrik untuk dipakai nanti, kalau energi terbarukan tidak bisa diakses. "Selain itu kami juga akan mencari penggunaan di mana energi tidak hanya dikembalikan ke jaringan listrik, melainkan ke sektor-sektor lain seperti mobilitas dan penghangat ruangan," demikian dijelaskan André Steinau. 

Metode yang digunakan saat ini: dengan bantuan listrik dari tenaga angin, hidrogen dipisahkan dari air yang sudah dibersihkan. Ini kemudian diangkut ke tempat pengisian bahan bakar hidrogen. 

Dalam proses untuk mendapatkan hidrogen, terbentuk suhu tinggi. Panas kemudian dialirkan ke jaringan lokal untuk disalurkan. Dengan cara itu, rumah-rumah penduduk dapat dihangatkan saat musim dingin, tanpa melepas emisi CO2.   


Suhu tinggi jadi produk awal

Tepatnya rumah-rumah di desa Bosbüll, yang berlokasi tak jauh dari sana. Max Böhm yang berprofesi sebagai pengrajin di desa itu sudah merasakan keuntungannya. 

Suhu hangat itu jadi hasil awal proyek. Untuk bus-bus, ini juga baru awalnya, kata Max Böhm, sambil menambahkan, tentu lebih baik lagi, jika di sini ada satu atau dua mobil pribadi berbahanbakar hidrogen. 

"Saat ini, dari segi harga belum memungkinkan bagi setiap orang, atau bagi kami untuk membeli mobil hidrogen seperti itu," kata Max Böhm. Tapi ia bisa membayangkan, di masa depan itulah yang akan terjadi. 


140 km/jam

Melintasi kawasan Cuxhaven, Bremerhaven, Bremervoerde, dan Buxtehude, kota-kota yang terletak di bagian utara Jerman, kereta api bertenaga hidrogen pertama di dunia ini beroperasi melayani rute sepanjang 100 km. Dengan kapasitas penumpang sebanyak 150 orang, kereta ini mampu melaju dengan kecepatan 140 km/jam.

Sebuah mobil berbahanbakar hidrogen harganya dua kali lipat dari mobil jenis atau model serupa yang berbahanbakar diesel. Oleh sebab itu baru 30 unit yang ada di kawasan itu.  

Bahanbakarnya juga relatif lebih mahal. Untuk perjalanan 500 km, orang harus membeli bahan bakar seharga 50 Euro. Sedangkan kalau mobil diesel, hanya 47 Euro, dan pada mobil listrik bahkan hanya 25 Euro. 


Perlindungan iklim perlu dana besar

André Steinau mengatakan, “Kita juga harus sadar, perekonomian yang berorientasi pada perlindungan iklim harganya mahal, dibanding yang berbahanbakar fosil." Itulah perlindungan iklim. Sekarang semua orang ingin menyelamatkan bumi, dan sekarang kita berada di awal teknologi yang sudah lama ada, tapi belum diproduksi massal. "Sudah ada penggunaannya, tapi jika massal akan lebih murah,” demikian dijelaskan André Steinau.

Diprediski dalam beberapa tahun ke depan, penggunaan energi yang ramah iklim sudah akan lebih ekonomis, seperti halnya energi biasa. Banyak orang di  kawasan utara Jerman ini percaya kemungkinan itu. Karena sudah bisa dilihat, tekniknya dapat digunakan dalam kehidupan sehari-hari. (ml/inovator) 

 

Sumber :

https://www.dw.com/id/bahan-bakar-konvensional-hidrogen/a-61101377?

Thursday, March 24, 2022

Startup Ketahanan Pangan untuk Peternak Ayam

Ashab dan Tubagus, Dua Pemuda yang Garap Startup Ketahanan Pangan untuk Peternak Ayam

24 MARET 2022

    

Ashab Alkahfi dan Tubagus Syailendra, dua pemuda yang belakangan mendapat banyak sorotan karena keberhasilan mereka dengan masuk ke dalam daftar 30 under 30 Forbes Indonesia.

Bukan tanpa alasan keduanya bisa masuk ke dalam daftar prestisius tersebut. Di usia yang masih terbilang muda, Ashab dan Tubagus pasalnya telah berhasil menghadirkan sebuah inovasi di bidang teknologi untuk mempermudah kehidupan banyak orang, atau lebih tepatnya mereka yang berprofesi sebagai peternak ayam.

Keduanya mendirikan sebuah startup bernama Chickin Indonesia, perusahaan penyedia platform yang dapat memudahkan para peternak ayam di tanah air, dalam melakukan operasional peternakan secara efisien namun di saat bersamaan juga memperoleh peningkatan produktivitas ternak.

Menambah jajaran nama anak muda yang berhasil menghadirkan inovasi membanggakan, seperti apa jalan yang mereka tempuh hingga bisa memberikan dampak besar bagi para peternak ayam di Indonesia?


Kerja 18 jam per hari saat kuliah

Sedikit membahas mengenai latar belakang dua pemuda yang dimaksud, baik Ashab dan Tubagus rupanya berasal dari almamater kampus yang sama yakni Universitas Brawijaya (UB). Ashab yang saat ini diketahui masih berusia 22 tahun merupakan alumnus program studi (prodi) Agroekoteknologi, sedangkan Tubagus yang saat ini berusia 23 tahun merupakan lulusan dari prodi Hubungan Internasional.

Sama-sama menyelesaikan pendidikan kuliah di tahun 2020, keduanya bertemu saat masih berada di tingkat semester satu. Selama itu pula, mereka telah malang-melintang mencoba berbagai bidang usaha.

Yang membuat kagum, selama serius membangun usaha ternak yang menjadi cikal bakal berdirinya startup Chickin, mereka tetap mengimbangi dengan tanggung jawab menjalani perkuliahan sebagai seorang mahasiswa. Bahkan Tubagus diketahui berhasil menyelesaikan masa pendidikan kuliahnya lebih cepat yakni selama 3,5 tahun.

"Terlihat sangat ambisius di usia kami saat itu, karena kami harus bekerja 18 jam per hari untuk menyeimbangkan kehidupan kuliah dan bisnis saat itu," ujar Tubagus, mengutip Detikcom

Pendirian Chickin pun kabarnya bisa berjalan setelah mereka memperoleh modal dari hasil usaha kecil-kecilan, dan memenangkan berbagai ajang kompetisi bisnis. Akhirnya di semester kedua masa kuliah, mereka bertekad mendirikan startup tersebut.

Tidak hanya membutuhkan modal dari segi materi, mereka juga tahu secara pasti permasalahan apa yang biasanya dihadapi oleh para peternak di lapangan, karena keduanya pernah menjadi peternak di daerah Klaten, Jawa Tengah.

“Kita telah melihat banyak sekali kendala dalam membudidayakan ayam dan industri perunggasan yang memiliki potensi besar untuk berkembang," tambah Tubagus.


Teknologi peternakan ayam berbasis IoT

Secara garis besar, startup yang Ashab dan Tubagus dirikan berperan dalam membuat peternak agar tidak perlu melakukan pengontrolan iklim kandang secara manual. peternak hanya perlu memantau kondisi kandang dari jarak jauh dengan performa yang lebih bisa terukur secara nyata.

“Awal kami riset dan development di daerah Klaten Jawa Tengah. Di sana kita jadi peternak, lalu membangun kandang dan mulai usaha ternak ayam sampai akhirnya ketemu banyak permasalahan yang dihadapi peternak lokal. Dari situ kita mencoba solve problem dengan menggunakan teknologi,” ujar Ashab, mengutip laman resmi UB.

Lebih jauh dengan diterapkan teknologi IoT, platform yang mereka kelola juga mampu membantu berbagai kebutuhan seperti mengelola data kandang, mengatur berbagai aktivitas harian mulai dari pengontrolan suhu, memantau kondisi serta umur ayam, hingga memantau data penjualan.

Istimewanya melalui teknologi yang digunakan, produktivitas ayam yang dihasilkan oleh para peternak diketahui juga bisa meningkat hingga 25 persen lebih tinggi. Hal tersebut diakui oleh salah satu peternak bernama Yudi, yang sudah menggunakan platform Chickin dan menurutnya sangat membantu dalam pengelolaan serta manajemen pemeliharaan.

“Apabila dilakukan dengan SOP yang ketat, sistem pemeliharaan akan efisien untuk pakan, mortalitas bisa ditekan dengan cara pencegahan dan pengobatan yang presisi,” ujar Yudi.

Selain menghadirkan platform pengelolaan ternak, Ashab dan Tubagus juga mengelola sistem pengelolaan dan distribusi ayam dari hulu ke hilir, yang membuat ayam hasil produksi dari para peternak dapat terdistribusi dengan baik secara langsung ke sejumlah produsen, atau rumah makan yang ada di Indonesia.

Hingga saat ini diketahui ada sebanyak 14 rumah potong ayam yang mereka kelola, di mana dalam pelaksanaannya juga menjalin mitra dengan sekitar 100 industri makanan sebagai penyuplai daging ayam.

Catatan besarnya lagi, perusahaan rintisan yang telah mereka bangun di usia muda tersebut diketahui sudah berhasil memperoleh pendanaan sekitar Rp35 miliar dari 3 investor global, lewat pendanaan sesi seed round dalam waktu 10 bulan terakhir.

Hingga saat ini, Chickin tercatat sudah digunakan oleh sebanyak seribu peternak se-Indonesia, dengan target 10 juta ayam yang dipelihara tiap bulannya.


Sumber :

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2022/03/24/ashab-dan-tubagus-dua-pemuda-yang-garap-startup-ketahanan-pangan-untuk-peternak-ayam

Sunday, March 20, 2022

Target Sampah Plastik Berkurang 50 Persen

Pemkot Surabaya Targetkan Sampah Plastik Berkurang 50 Persen
Ahad 20 Mar 2022 19:38 WIB



Pemerintah Kota Surabaya menerbitkan Peraturan Wali Kota (Perwali) nomor 16 tahun 2022 tentang Pengurangan Penggunaan Kantong Plastik di Kota Surabaya telah pada 9 Maret 2022. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro mengaku jajarannya terus melakukan sosialisasi.

Sosialisasi dilakukan dalam waktu 30 hari sejak Perwali tersebut diterbitkan. Sosialisasi dilakukan dengan cara memberi imbauan kepada pedagang, toko swalayan, pasar modern, restoran dan pasar rakyat untuk mengurangi penggunaan kantong plastik serta mewajibkan menggunakan kantong belanja ramah lingkungan.

Hebi menegaskan, setelah dilakukan sosialisasi selama 30 hari, para pelaku usaha dan warga di Kota Surabaya tidak diperkenankan menyediakan atau membeli kantong plastik. Adanya Perwali ini diharapkan dapat mengurangi 50 persen dari 111.300 ton sampah plastik yang dihasilkan Kota Surabaya setiap tahunnya.

"Ada sanksi administrasinya bagi yang melanggar. Mulai dari teguran lisan, tertulis, sampai dengan sanksi paksaan dari pemerintah baik itu penyitaan kantong plastik maupun paksaan pemerintah lainnya yang bertujuan menghentikan pelanggaran dan atau pemulihan," ujarnya, Ahad (20/3).

Hebi menjelaskan, alasan mendasar ditetapkannya Perwali ini sebagai pelaksanaan ketentuan Peraturan Daerah (Perda) Kota Surabaya nomor 5 tahun 2014 tentang Pengelolaan Sampah dan Kebersihan di Kota Surabaya, sebagaimana telah diubah dengan Perda Nomor 1 Tahun 2019.

Dimana dalam Pasal 10 dijelaskan, Pemerintah Daerah (Pemda) berwenang untuk menetapkan kebijakan penguranganpenggunaan kemasan dan kantong dari bahan yang sulit terurai oleh proses alam, dengan berpedoman standar nasional berdasarkan peraturan perundang-undangan. 

"Kalau masyarakat mau belanja di pusat perbelanjaan, pasar tradisional, toko swalayan, dan restoran, kami imbau untuk menggunakan kantong ramah lingkungan. Sehingga nantinya tidak ada lagi yang menjual atau menyediakan kantong plastik," kata Hebi. 

Agar Perwali ini berjalan maksimal, lanjut Hebi, Pemkot Surabaya membentuk Satgas khusus untuk menangani kantong plastik. Satgas tersebut dibentuk dari jajaran Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP), yang nantinya turut serta melakukan sosialisasi dan penindakan. 

Hebi meyakini, adanya Perwali ini bakal menguntungkan bagi pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Surabaya, yang memiliki produk kantong ramah lingkungan. Sehingga, nantinya kantong ramah lingkungan itu dapat dijual di toko modern sebagai pengganti kantong plastik. 

"Kita nanti akan berkoordinasi dengan Dinkopdag untuk memunculkan produk kantong ramah lingkungan di pasar modern, swalayan, atau restoran. Karena ini menjadi peluang bagi pelaku UMKM," ujarnya. 

Koordinator Komunitas Nol Sampah Wawan Some merespon positif adanya Perwali nomor 16 tahun 2022 ini. Wawan mendorong aturan ini diterapkan secara serius untuk mengurangi penggunaan sampah plastik di Kota Surabaya  "Sebenarnya kami sudah mendorong sejak lama aturan ini. Kami siap mendampingi DLH Surabaya untuk mengawasi pelaksanaan perwali tersebut dengan baik," kata Wawan. 

Wawan menjelaskan, hasil dari pantauan di lapangan bersama perguruan tinggi Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya, dari 1.600 ton sampah yang masuk ke TPA Benowo dalam sehari, 27 persennya adalah sampah plastik. Artinya, kata dia, ada sekitar 95 ton sampah plastik per hari."Kalau Pak Hebi menargetkan berkurang 50 persen per tahun, maka akan ada pengurangan sekitar 45 persen per hari," kata dia.


Sumber :
https://www.republika.co.id/berita/r91n3s380/pemkot-surabaya-tergetkan-sampah-plastik-berkurang-50-persen

Energy, Sustainability, and Climate

Hadapi Perubahan Iklim, Pertamina Fokus pada 3 Isu Prioritas

PT Pertamina (Persero) yang menjadi bagian dari task force B20 on Energy, Sustainability, and Climate memusatkan rekomendasi kebijakannya berdasarkan tiga isu prioritas.


Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan tiga isu tersebut diprioritaskan demi menjadi katalisator yang kuat untuk menangkal perubahan iklim, serta untuk mencapai pemulihan yang hijau (green recovery).

Adapun, prioritas yang pertama adalah mempercepat transisi menuju penggunaan energi berkelanjutan dengan memastikan pemanasan global dibatasi maksimal 1,5 derajat celcius.

"Topik utamanya adalah pengembangan bahan bakar alternatif industri, seperti hidrogen dan biofuel." ujar Nicke, Jumat (18/3/2022).

Kedua, memastikan transisi yang sesuai dan terjangkau, kerja sama global dalam memitigasi dampak, serta mendukung adaptasi atau perubahan kerjasama global dalam meningkatkan ketahanan energi.

Mitigasi dan dukungan tersebut dikhususkan untuk rumah tangga dan usaha mikro. kecil, dan menengah (UMKM) sebagai sarana pengentasan kemiskinan ekstrem dan percepatan transisi energi menuju penggunaan energi yang berkelanjutan.

"Kami percaya bahwa peluncuran program strategis saya bekerja sama dengan banyak mitra di seluruh negara dan keberlanjutan energi tidak hanya sekadar diskusi, tetapi juga tindakan nyata yang dampaknya dapat dirasakan oleh semua orang," tambahnya.

Ketiga, Nicke menegaskan Pertamina juga berkomitmen untuk membangun kapabilitas yang kuat di bisnis logistik dengan menjadi pemain kunci dalam menyediakan energi di seluruh Indonesia dan sebagai pedagang energi global.

Pihaknya berencana untuk memiliki kapal dan terminal yang andal, serta efisien dan ramah lingkungan yang akan terus tumbuh dan berkelanjutan di masa depan.

"Kami siap membangun kerja sama untuk mendukung pencapaian tujuan bersama sustainable energy untuk masa depan bumi yang lebih baik," pungkasnya.


Sumber :
https://www.cnbcindonesia.com/news/20220318205610-4-324076/hadapi-perubahan-iklim-pertamina-fokus-pada-3-isu-prioritas