Pages

Thursday, September 23, 2021

PepsiCo to Reduce Plastic Use

PepsiCo to reduce plastic use, launch plant-based snacks in green push

Sep 15, 2021 | 5:23 PM

By Siddharth Cavale

(Reuters) -PepsiCo will cut back on the use of virgin plastic and expand its SodaStream carbonated-water business to more markets amid growing calls to combat climate change, although some environmental groups want the company to do more.

As part of a new initiative called “pep+”, the food and beverage giant said on Wednesday it was aiming to reduce virgin plastic use per serving by half across all brands by 2030 and use 50% recycled content in all its plastic packaging.

It also plans to focus on healthier food by introducing plant-based protein snacks in partnership with Beyond Meat Inc. PepsiCo is targeting early 2022 for its first Beyond Meat products, Chief Executive Ramon Laguarta told CNBC in an interview.

The moves come as PepsiCo and rival Coca-Cola have become new targets for global activism, given the amount of single-use plastic waste they generate. The companies have also featured on NGO Break Free From Plastic’s list of the “top global polluters” for the last three years.

According to Greenpeace, PepsiCo uses 2.3 million metric tonnes of plastic every year, while Coca-Cola is responsible for over 100 billion bottles of single-use plastic. PepsiCo has set targets to make 100% of its packaging recyclable, compostable or degradable by 2025.

“(There is) still too much emphasis on recycling for a company that is consistently ranked among one of the world’s worst plastic polluters,” said Graham Forbes, global project leader at Greenpeace USA.

“The company needs to set ambitious reuse/refill targets for all products and brands.”

PepsiCo was not immediately available to comment on Greenpeace’s statement.

PepsiCo’s ambitious plastics plan also includes scaling its SodaStream business globally, Laguarta told Reuters in an interview. SodaStream, acquired by PepsiCo in 2018, makes machines and refillable cylinders that let users make their own soda or carbonated water drinks at home.

The brand, currently in 40 countries, will bring new flavors into 23 more markets and introduce its new SodaStream Professional platform aimed at businesses in 10 additional markets by 2022, the company said in a statement.

(Reporting by Siddharth Cavale in Bengaluru and additional reporting by Uday Sampath; Editing by Devika Syamnath and Anil D’Silva)


Sumber :

https://whtc.com/2021/09/15/pepsico-to-reduce-plastic-use-launch-plant-based-snacks-in-green-push/

Wednesday, September 22, 2021

Kebakaran Hutan di Indonesia Turun 82 Persen

Di Sidang Umum PBB, Jokowi Sebut Kebakaran Hutan di Indonesia Turun 82 Persen pada 2020

23 Sep 2021, 08:21 WIB

Presiden Joko Widodo atau Jokowi memeriksa kerusakan akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Pekanbaru, Riau, Selasa (17/9/2019). Tanpa mengenakan masker, Jokowi turun langsung ke lahan gambut yang sudah habis terbakar. (Handout/Indonesian Presidential Palace/AFP)

Presiden Joko Widodo atau Jokowi menyebut Indonesia berhasil menurunkan kebakaran hutan dan laju deforestasi. Dia menyampaikan bahwa kebakaran hutan di Indonesia berhasil turun 82 persen pada 2020.

Hal ini disampaikan Jokowi saat menyampaikan pidato di sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-76, Kamis (23/9/2021) pagi waktu Indonesia. Pidato disampaikan Jokowi secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor Jawa Barat.

"Pada 2020, Indonesia telah berhasil menurunkan kebakaran hutan 82 persen dibandingkan tahun sebelumya. Laju deforestasi turun signifikan terendah dalam 20 tahun terakhir," kata Jokowi sebagaimana ditayangkan di Youtube Sekretariat Presiden, Kamis.

Dia juga menekankan komitmen Indonesia yang akan terus memprioritaskan ekonomi hijau dan berkelanjutan. Jokowi menyadari bahwa Indonesia memiliki peran penting dalam isu perubahan iklim.

"Untuk itu, kami terus bekerja memenuhi komitmen kami," ucap Jokowi.

Jokowi menyampaikan pidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-76, Kamis (23/9/2021) pagi waktu Indonesia. Pidato disampaikan Jokowi secara virtual dari Istana Kepresidenan Bogor Jawa Barat. (Ist)

Di sisi lain, Jokowi menyampaikan bahwa Indonesia akan menjadi Presidensi G20 pada 2022 mendatang. Tema yang diusung yakni, "Recover Together, Recover Stronger".

Dia menegaskan, Indonesia akan berupaya agar G20 dapat bekerja untuk kepentingan semua negara dan menjadikan inklusivitas sebagai prioritas utama kepemimpinan Indonesia.

"Indonesia akan berupaya agar G20 dapat bekerja untuk kepentingan semua, untuk negara maju dan berkembang, utara dan selatan, negara besar dan kecil, negara kepulauan dan pulau kecil di Pasifik, serta kelompok rentan yang harus diprioritaskan," ujarnya.

"Inklusivitas adalah prioritas utama kepemimpinan Indonesia. Ini komitmen Indonesia untuk membuktikan no one left behind," sambung Jokowi.


Sumber :

https://www.liputan6.com/news/read/4665551/di-sidang-umum-pbb-jokowi-sebut-kebakaran-hutan-di-indonesia-turun-82-persen-pada-2020

E-Waste

Duh! "Mesin Cuan" Bitcoin Cs Bikin Masalah Baru Bagi Bumi

23 September 2021 06:45

Limbah elektronik yang dihasilkan oleh penambangan Bitcoin ternyata mencapai ribuan ton. Bahkan disebut jumlah limbah elektronik e-waste sebanding dengan limbah peralatan IT kecil.

Menurut perkiraan Alex de Vries dan Christian Stoll, penambang uang kripto itu menghasilkan 30.700 ton limbah elektronik, dikutip dari BBC, Kamis (23/9/2021).

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Resource, Conservation & Recycling, Rata-rata sampah yang dihasilkan ada 272 gram (9,5 oz) per transaksi. Sebagai contoh, iPhone 13, perangkat teranyar dari Apple punya berat hanya 173 g.

Penambang mungkin menghasilkan uang dengan menambang, namun kegiatan ini ternyata menghabiskan banyak energi. Sebagai contoh penggunaan listrik dan polusi gas rumah kaca di Filipina lebih tinggi dengan kegiatan ini.

Penyebabnya adalah komputer yang digunakan menambang menjadi lebih cepat usang dan akhirnya menjadi limbah elektronik. Para peneliti mengungkapkan perangkat yang digunakan untuk menambang hanya berusia rata-rata 1,29 tahun.

Selain itu komponen utama dalam penambangan adalah listrik jadi harus menggunakan prosesor lebih efisien. Saat ini ada perpindahan ke chip khusus yang disebut Sirkuit Terpadu Khusus Aplikasi (ASIC).

"Sayangnya ASIC sangat terspesialisasi sehingga ketika menjadi usang, mereka tidak dapat digunakan kembali untuk tugas lain atau bahkan jenis algoritma penambangan cryptocurrency lainnya," tulis para peneliti.

Namun sebenarnya limbah elektronik bekas penambangan yang terdiri dari komponen seperti pelapis logam dan aluminium bisa didaur ulang. Ada lebih dari 1717% limbah elektronik di global yang bisa didaur ulang.

Lebih lanjut penelitian juga menyebutkan jumlah sampah yang didaur ulang mungkin lebih sedikit di sejumlah negara dengan jumlah penambang Bitcoin yang banyak. Selain itu, pada banyak kasus peraturan tentang limbah elektronik juga buruk.

Para peneliti juga menyebut perputaran perangkat dan juga chip yang begitu cepat dapat mengganggu rantai pasokan global sejumlah perangkat elektronik lain. Buktinya di global saat ini banyak industri yang mengalami kekurangan chip.


Sumber :

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20210923062809-37-278427/duh-mesin-cuan-bitcoin-cs-bikin-masalah-baru-bagi-bumi

Tuesday, September 21, 2021

81% Sampah Belum Terpilah

81% Sampah Belum Terpilah, Le Minerale Gencar Ajak Masyarakat Pilah Sampah dari Rumah

20 September 2021 20:21   

Saat ini, masyarakat Indonesia belum sepenuhnya memiliki kesadaran untuk memilah sampah sebelum dibuang atau berakhir di tempat pembuangan akhir (TPA). Padahal, memilah sampah perlu dilakukan karena dapat memberikan manfaat terhadap peningkatan perekonomian.

Leader World Cleaneup Day Indonesia Agustina Iskandar Crombach mencatat, sebanyak 81 persen sampah tidak terpilah. Hal ini menunjukkan masih banyak orang yang minim informasi mengenai penanganan sampah yang tepat.

 Dia menegaskan pihaknya sangat ingin memperbaiki situasi ini dengan turun langsung memberikan edukasi kepada masyarakat. Untuk mewujudkan keinginan itu, kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan menjadi kunci utama.

 "Kami ingin membangun integrasi kerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan dengan tujuan supaya sampah-sampah dapat terpilah, tidak berakhir ke TPA dan tercampur aduk," ujar Agustina, dalam tayangan Youtube World Cleanup Day Indonesia.

 Hal ini juga yang menjadi alasan salah satu fokus utama kampanye World Cleanup Day Indonesia 2021 adalah aksi pilah sampah dari rumah. Dia menargetkan menggerakkan lima persen orang dari total jumlah penduduk Indonesia untuk terlibat dalam aksi bersih dan pilah sampah dari rumah.

 "Karena ada penelitian mengatakan jika kita mampu gerakkan orang-orang sebanyak lima persen dalam sebuah negara atau masif bersamaan, itu akan ada perubahan besar yang terjadi," ujarnya.

 Dalam memperlancar aksi itu, pihaknya memberikan sejumlah panduan kepada masyarakat yang terlibat dalam aksi pilah sampah dari rumah. Panduan berupa pengenalan jenis sampah, cara yang tepat memilah sampah, dan langkah selanjutnya jika sampah sudah terpilah.

 Masyarakat harus mulai memilah sampah, memisahkan antara sampah organik dan anorganik, memasukkannya ke dalam kantong, untuk kemudian  disalurkan ke bank sampah terdekat, atau lembaga penerima sampah anorganik untuk diolah kembali.

 Bank sampah atau lembaga tersebut akan mengolahnya kembali dan menyalurkan ke industri daur ulang untuk digunakan sebagai bahan baku.

 Biasanya, plastik PET (polyethylene terephthalate) yang paling laku untuk dijadikan bahan baku daur ulang. PET merupakan jenis plastik berkualitas tinggi yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan memiliki peran krusial dalam ekonomi sirkular.

 PET sangat mudah didaur ulang dan memiliki banyak manfaat untuk dijadikan sebuah produk baru. Misalnya, polyester, dakron sintetis, geotextile, bantal, baju winter, kancing, dan sebagainya.

 Kegiatan daur ulang limbah plastik merupakan salah satu penggerak kegiatan ekonomi berbasis sirkular. Apalagi, plastik jenis PET memiliki permintaan tinggi di industri daur ulang.

 Penggunaan bahan ini sejalan dengan visi Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mengenai peta penanganan sampah melalui daur ulang dan pemanfaatan kembali dengan prinsip sirkulasi ekonomi.

 “Selain mengurangi pencemaran lingkungan, keberadaan industri daur ulang limbah plastik juga bisa mendatangkan nafkah bagi masyarakat pengepul," kata Dirjen Pengelolaan Sampah, Limbah dan B-3 KLHK Rosa Vivien Ratnawati.

 Ekonomi sirkular mulai dijalankan oleh Le Minerale bekerja sama dengan Asosiasi Daur Ulang Plastik Indonesia (ADUPI) dan Ikatan Pemulung Indonesia (IPI), yaitu menggagas proyek Gerakan Ekonomi Sirkular Nasional Le Minerale.

 Bahkan, pada peringatan World Cleaneup Day 2021, Le Minerale bekerja sama dengan Lions Club Indonesia melaksanakan aksi bersih-bersih dengan tema Pilah Sampah dari Rumah.

 Melalui kegiatan ini diharapkan dapat memberikan edukasi dan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya menanggulangi masalah sampah dan dapat dilakukan dengan cara memilah sampah dari rumah.

 Keterlibatan Le Minerale dalam World Cleanup Day bersama Lions Club ini merupakan salah satu bentuk komitmen Le Minerale dalam menjaga dan merawat lingkungan. Kegiatan tersebut sejalan dengan visi Le Minerale untuk mengedukasi masyarakat untuk membiasakan memilah sampah dari rumah. Sebab, memilah sampah merupakan kunci suksesnya kegiatan daur ulang dengan konsep ekonomi sirkular.

 “Selain berpartisipasi secara langsung dalam World Cleanup Day bersama Lions Club, Le Minerale juga aktif mengedukasi masyarakat melalui pesan layanan masyarakat di beberapa stasiun TV dengan tema edukasi 'Pilah Pilih Sampah dari Rumah.' Tujuannya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemilahan sampah secara luas," ucap Sustainability Director PT Tirta Fresindo Jaya Ronald Atmadja.


Sumber :

https://www.medcom.id/ekonomi/sustainability/wkB4GODN-81-sampah-belum-terpilah-le-minerale-gencar-ajak-masyarakat-pilah-sampah-dari-rumah

Monday, September 20, 2021

What to Know about the Planet this Week

EU funding boost, 216 million migrants and human rights risks: What to know about the planet this week

17 Sep 2021

Joe Myers

The one essential element needed to accelerate action on climate change


This weekly round-up brings you some of the key environment stories from the past seven days, to help keep you up to date.

Top stories: EU pledges increased climate funds for poorer nations; Climate change could trigger internal migration of 216 million people; Warning on human rights risk posed by climate change.

1. Environment stories from around the world

A new report found that most plans for new coal power plants have been scrapped since the Paris Agreement in 2015. US President Joe Biden said on Tuesday that extreme weather will cost the United States 'well over $100 billion' this year.

Green lawmakers in the European Parliament have urged EU leaders to toughen proposals to fight climate change. The United Nations High Commissioner for Human Rights has warned that the 'triple planetary crises' of climate change, pollution and nature loss represent the biggest threat to human rights globally.

A BBC analysis has found that the number of extremely hot days - when the temperature reaches 50 degrees Celsius - has doubled since the 1980s. New US solar installations are on track for a record year, despite supply chain challenges, a new report published on Tuesday has shown.

A new study has found that meat accounts for 57% of all food production emissions, with beef alone accounting for a quarter of emissions produced by raising and growing food. Four-in-10 young people around the world are hesitant to have children as a result of the climate crisis, a new survey has found.

Drought and heat have hurt wheat harvests in Canada, causing a surge in durum wheat prices - a key ingredient in pasta making - with prices set to increase. A new United in Science report has warned that COVID-19 has only caused a temporary reduction in carbon emissions and the world is not on track to meet Paris Agreement targets.

Taking the lead on climate action could be worth trillions to India, according to a Deloitte analysis.


2. EU pledges increased climate funds for poorer nations

The European Union has pledged to increase funding to help poorer countries fight climate change and adapt and mitigate against its impacts. The bloc also called on the United States and other countries to increase their support.

"We will now propose an additional 4 billion euros for climate finance until 2027," European Commission President Ursula von der Leyen said in a policy speech at the European Parliament in Strasbourg.

"But we expect the United States and our partners to step up too. This is vital, because closing the climate finance gap together, the US and the European Union, would be such a strong signal for global climate leadership."

The additional money covers the period form 2021-2027 and is on top of $25 billion the bloc already contributes every year in climate funding, von der Leyen said.


3. Climate change could trigger internal migration of 216 million people - World Bank

Without immediate action to combat climate change, its effects - from rising sea levels to declining crop productivity - could force 216 million people to migrate within their own countries by 2050.

That's the finding of a new World Bank report, Groundswell 2.0, published on Monday that modelled the impact of climate change on six regions.

Climate migration 'hotspots' will emerge as soon as 2030, and worsen by 2050, it found. These hotspots are likely to hit the poorest parts of the world hardest.

Sub-Saharan Africa alone would account for 86 million of the internal migrants, with 19 million more in North Africa, the report showed, while 40 million migrants were expected in South Asia and 49 million in East Asia and the Pacific.

The report's authors have called for urgent action.

"We're already locked into a certain amount of warming, so climate migration is a reality," said Kanta Kumari Rigaud, the bank's lead environment specialist and one of the report's co-authors. "We have to reduce or cut our greenhouse gases to meet the Paris target, because those climate impacts are going to escalate and increase the scale of climate migration."


Sumber :

https://www.weforum.org/agenda/2021/09/climate-environment-news-roundup-17-sept

Artis Duta PBB untuk Sustainable Development Goals

Blackpink Jadi Duta PBB untuk Sustainable Development Goals

20 September 2021 13:07


Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi telah menunjuk grup  K-Pop Blackpink, sebagai duta Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Dilansir Soompi, YG Entertainment mengumumkan bahwa Blackpink  menjadi artis Asia pertama yang terpilih sebagai duta SDGs untuk PBB.

"Kami merasa terhormat untuk bergabung dalam perjalanan ini menuju dunia yang lebih baik," kata Blackpink, setelah ditunjuk sebagai duta oleh Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.


Tugas Blackpink sebagai Duta PBB

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB adalah cetak biru dari 17 tujuan luas, untuk mencapai masa depan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan pada 2030. Tujuan tersebut mengatasi beragam tantangan global termasuk kemiskinan, ketidaksetaraan, perubahan iklim, degradasi lingkungan, perdamaian , dan keadilan.

Sebagai duta baru SDGs PBB, Blackpink akan membantu meningkatkan kesadaran tentang 17 tujuan tersebut dan pentingnya untuk dicapai. Pada awal 2021, Blackpink ditunjuk sebagai duta untuk Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Climate Change Conference (COP26).

https://kumparan.com/kumparank-pop/blackpink-jadi-duta-pbb-untuk-sustainable-development-goals-1wZ7ELefB54/full


PBB Tunjuk Blackpink Jadi SDG Advocate

Senin 20 Sep 2021 14:26 WIB


Blackpink menjadi artis Asia pertama yang terpilih untuk jadi SDG Advocate.

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) secara resmi menunjuk grup K-pop Blackpink sebagai pendukung terbaru Sustainable Development Goals (SDG). Agensi YG Entertainment mengumumkan bahwa Blackpink menjadi artis Asia pertama yang terpilih sebagai pendukung Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB.

"Kami merasa terhormat untuk bergabung dengan perjalanan ini menuju dunia yang lebih baik," kata pernyataan resmi Blackpink setelah ditunjuk Sekretaris Jenderal PBB António Guterres, dilansir Soompi, Senin (20/9).

Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDG) PBB adalah cetak biru dari 17 tujuan luas yang bertujuan untuk mencapai masa depan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan untuk semua pada 2030. Tujuan tersebut mengatasi beragam tantangan global, termasuk kemiskinan, ketidaksetaraan, perubahan iklim, degradasi lingkungan, perdamaian, dan keadilan.

https://www.republika.co.id/berita/qzq20z414/pbb-tunjuk-blackpink-jadi-sdg-advocate


BLACKPINK Jadi Artis Pertama di Asia yang Ditunjuk PBB sebagai Duta SDGs

Minggu, 19 September 2021 06:48 WIB

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menunjuk grup K-Pop BLACKPINK sebagai duta Sustainable Development Goals (SDGs) atau Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.

Dilansir dadi Soompi, Minggu (19/9/2021), YG Entertainment selaku agensi yang menaungi grup mengumumkan bahwa BLACKPINK ditunjuk sebagai duta SDGs untuk PBB oleh Sekretaris Jenderal PBB António Guterres.

Hal tersebut sekaligus menjadikan BLACKPINK sebagai artis Asia pertama yang terpilih menjadi duta SDGs untuk PBB. Mendengar kabar ini, tentu menjadi suatu kehormatan bagi Jisoo, Jennie, Rose, dan Lisa, terlebih BLACKPINK merupakan artis pertama di Asia.

"Kami merasa terhormat untuk bergabung dalam perjalanan ini menuju dunia yang lebih baik," ucap para member BLACKPINK, dikutip Tribunnews.

Untuk diketahui, mengemban tugas ini, BLACKPINK mempunyai tujuan untuk mengatasi beragam tantangan global termasuk kemiskinan, ketidaksetaraan, perubahan iklim, degradasi lingkungan, perdamaian , dan keadilan.

Sebagai duta baru SDGs PBB, BLACKPINK akan membantu meningkatkan kesadaran tentang 17 tujuan tersebut dan pentingnya untuk dicapai. Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) PBB adalah cetak biru dari 17 tujuan luas yang bertujuan untuk mencapai masa depan yang lebih baik dan lebih berkelanjutan untuk semua pada tahun 2030.

Selain itu, sebelumnya BLACKPINK juga ditunjuk sebagai duta untuk Konferensi Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa atau United Nations Climate Change Conference (COP26) awal 2021.


Sumber :

https://www.tribunnews.com/seleb/2021/09/19/blackpink-jadi-artis-pertama-di-asia-yang-ditunjuk-pbb-sebagai-duta-sdgs.

Sunday, September 19, 2021

Komunitas Sobung Sarka

Bupati Hendy Tertegun Melihat TPA Pakusari

Friday, August 27, 2021

Bupati Hendy foto di depan gubug botol plastik di taman wisata Zona Pasif TPA Pakusari

Kunjungan Kerja ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Sampah di Pakusari membuat Bupati tertegun. Sejak dilantik menjadi orang nomer satu di Jember ia belum pernah ke TPA. Ini lawatan pertama kali dan Bupati takjub. 

"Saya melihat, waduh ini potensi luar biasa," ucap Bupati Hendy, Jum'at (27/8/2021).

Tidak salah rasanya Bupati menunjuk Eko Heru Sunarso menjadi Plt Kepala DLH dan menempatkan Masbut menjadi Kepala UPT TPA Pakusari. Mereka secara pelan tapi pasti menyulap tumpukan sampah menjadi sarana wisata edukasi. Selain itu juga sampah bisa dimanfaatkan lebih baik lagi dengan diolah menjadi sumber energi gas. Saat ini TPA Pakusari lebih terlihat asri dan tidak bau sama sekali. 

Bupati Hendy mengatakan juga, "Ternyata sampah juga bermanfaat jika dikelola dengan baik". 

Bupati Hendy berbincang dengan Dina Putu Ayu dari Komunitas Sobung Sarka.

Taman edukasi awalnya tumpukan sampah yang diurug tanah dan dipadatkan dengan alat berat. Kemudian ditata sedemikian rupa menjadi sebuah taman yang indah. Ada gazebo, gubug botol plastik, dan anjungan kayu menjadi spot foto yang instagramable. Ditambah ada patung dinosaurus yang berasal dari limbah ban. Area taman diberi nama Zona Pasif. 

Pemkab mendorong kepada pihak swasta dan komunitas-komunitas penggiat sampah bersinergi dengan DLH. 

Keseriusan Pemkab dalam penanganan sampah akan diwujudkan dengan mengusulkan Raperda tentang Pengolahan Sampah. 

"Saya pastikan, TPA Pakusari ini akan lebih maju lagi," tandas Hendy saat jumpa pers di warung TPA.

Di bagian lain Plt Kepala DLH Eko Heru Sunarso, M.Si, mengatakan, pengolahan sampah harus terintegrasi. 

"Ke depan, di sini sebagai sarana edukasi dan wisata. Disini juga ada pembuatan demplot, magot dan gas bio yang akan disalurkan kepada masyarakat sekitar. Berikutnya, di TPS 3 R di Arjasa bisa sebagai sarana pelatihan dan workshop bagi mitra kita seperti bank sampah" jelas Heru. 

Pihak DLH mendapat tawaran kerja sama dengan NGO dari Prancis dalam pengolahan sampah. Tentu ini sangat menarik sebab bisa menekan laju pertumbuhan sampah. Mereka punya konsep pengolahan sampah dengan menjaring sampah dari sungai. Setelah itu sampah akan dipilah mana yang organik dan anorganik. 

Setiap hari TPA Pakusari menerima kiriman sampah khususnya warga Kota Jember dan sekitarnya mencapai 160 ton. Dengan banyaknya kerjasama dengan Komunitas Peduli Sampah akan banyak membantu. 


Sumber :

https://www.jembertoday.com/2021/08/bupati-hendy-tertegun-setelah-melihat.html

Early Warning Perubahan Lingkungan

Burung Berjatuhan Usai Hujan, Pakar Unpad: Early Warning Perubahan Lingkungan

Selasa, 14 Sep 2021 21:00 WIB

Rombongan burung pipit berjatuhan dan mati massal di Balai Kota Cirebon, Jawa Barat. Begini potretnya.

Dalam satu pekan terakhir sempat ramai fenomena burung berjatuhan pasca hujan turun. Guru Besar Etnobiologi Universitas Padjadjaran (Unpad) menyebut, kasus tersebut dapat menjadi indikator peringatan dini adanya perubahan lingkungan.

Setelah ribuan burung berjenis pipit berjatuhan di Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali pada Kamis (9/9/2021) lalu, kini kasus serupa terjadi di Balai Kota Cirebon, Selasa (14/9/2021).

Namun, berbeda dengan fenomena di Bali, burung yang berjatuhan di Cirebon dikabarkan tidak semua dalam kondisi mati.

"Gak mati semua, ada yang masih hidup," kata Ojo, salah satu pegawai Balai Kota Cirebon saat dihubungi, Selasa (14/9/2021).

Dosen Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Unpad, Prof Johan Iskandar mengatakan, kasus burung yang berjatuhan pasca hujan turun dapat menjadi indikator terjadinya perubahan lingkungan yang perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut.

"Yang jelas burung termasuk kasus burung pipit mati dapat menjadi indikator sebagai early warning bahwa ada sesuatu perubahan lingkungan yang perlu dikaji lebih lanjut secara teliti dan intensif," kata Johan kepada detikEdu, Selasa (14/9/2021).

Merujuk pada data empiris hujan lebat yang terjadi di Bali dan Cirebon, Johan mengatakan, burung yang berjatuhan diduga akibat hujan besar yang turun di wilayah tersebut membawa kandungan asam.

"Apakah hujan pertama usai kemarau mengandung racun sebagai disebut hujan asam. Seyogianya secara umum air hujannya bisa diukur pHnya yang normal di kisaran 7 yang basa lebih 7 dan yang asam kurang 7," terang Johan.

Guru Besar Etnobiologi FMIPA Unpad tersebut mengatakan, hujan asam memiliki kandungan pH 5 atau dibawahnya. Hujan asam dapat terjadi karena adanya pengaruh emisi gas pencemar seperti kendaraan hingga pabrik.

"Kalau hujan asam itu terjadi kalau di suatu kawasan terjadi pencemaran berat. Pasalnya dari emisi gas racun kendaraan, dari fabrik fabrik dll menjadi gas pencemar yang tercuci air hujan dan air hujannya bersifat asam dengan pH rendah," jelasnya.

Hujan asam berat dapat merusak vegetasi hutan di perairan yang menyebabkan kematian organisme. "Tapi untuk menyangkut burung pipit belum jelas faktor penyebabnya," paparnya.


Sumber :

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-5723957/burung-berjatuhan-usai-hujan-pakar-unpad-early-warning-perubahan-lingkungan

Lulusan Hukum Jadi Pemulung Organik

Kisah Marina, Lulusan Hukum UGM yang Pilih Jadi Pemulung Organik

Senin, 20 Sep 2021 09:30 WIB

Bagi orang pada umumnya, sampah merupakan sesuatu yang cenderung dihindari. Namun, salah seorang lulusan Universitas Gadjah Mada (UGM), Marina Tri Muliawati, justru memilih berkelindan dengannya.

Pada salah satu video akun TikTok @pemulungorganik miliknya, ia menyebutkan, "Kalau semua orang kerja kantoran, siapa yang mau ngurusin persampahan yang bau busuk?". Dalam video viral tersebut, ia memperlihatkan bagaimana ketika dirinya bersama suami sedang mengolah sampah-sampah organik.

Marina merupakan jebolan Hukum UGM yang lulus tahun 2020 kemarin. Dirinya mengaku tak tertarik untuk bekerja di bidang yang sejalan dengan studinya.

"Memang tidak tertarik. Jujur (menurut) saya karena lulusan Hukum di UGM ini kan, sudah banyak sekali ya. Saya pikir biarlah mereka. Saya sedikit tidak tertarik. Iya, memang tidak tertarik," tegasnya ketika dihubungi oleh detikEdu pada Jumat (17/09/2021).

Marina memilih menjadi pemulung sampah organik untuk kemudian dikembangkan menjadi bisnis maggot black soldier fly (bsf). Sebagai informasi, mengutip dari laman Kementerian Sosial RI, maggot bsf adalah larva dari jenis lalat besar hitam yang penampakannya seperti tawon.

Rupanya, pemikiran untuk mengolah sampah tersebut datang sejak Marina masih dini. Ia bercerita bahwa rumahnya berlokasi sekitar 100 meter dari pasar.

Ketika hujan, banyak dari sampah-sampah itu yang kemudian tidak terolah dengan baik sehingga membawa bau tidak sedap hingga ke rumahnya. "Rumah saya itu kan, dekat dengan pasar. Ketika hujan, sampahnya sampai penuh banget. Jarak pasar sama rumah saya itu sekitar 100 meter, tapi tercium (baunya) sampai mengganggu banget. Saya dari kecil itu berpikir, piye sih, carane ngilongi (bagaimana sih, caranya mengurangi), piye sih, iki carane ben berkurang (bagaimana sih, caranya agar berkurang). Dari kecil itu saya sudah ada pikiran, bagaimana sih, kok tidak ada yang diurusin. Apa sampah-sampah ini benar-benar tidak bisa diapa-apakan," paparnya.

Selain didasari keresahannya pada pengelolaan sampah, pertemuannya dengan bisnis maggot juga didukung dengan usahanya dalam mencari kesibukan.

Pada awalnya, Marina seorang diri menjalankan bisnis ini. Kini, ia bersama suami, Bagas Ahimsa, bekerja sama melakukan usaha tersebut.

Terkait dengan profesi yang sengaja ia pilih, Marina menyampaikan bahwa tentu saja banyak sekali yang kontra terhadap keputusannya. "Piye to, lulusan hukum kok, malah koyo ngene (bagaimana sih, lulusan hukum kok, malah seperti ini. Tapi ya sudah, biarkan saja karena kita yang menjalani," ujar Marina.

"Mereka tidak tahu saja, kalau itu (maggot) mahal," imbuhnya. Di area Jawa Tengah, harga jual maggot adalah kisaran Rp 8.000 ribu hingga RP 10.000 ribu, bergantung ukuran.

Semakin kecil, maka harga jual juga semakin mahal. Di samping itu, maggot kering per kilogram mencapai harga jual hingga Rp 100 ribu.

Bagas juga menceritakan bahwa pada awalnya orang terdekat mempertanyakan, mengapa tidak beternak hewan lain seperti kambing misalnya. Namun, pada akhirnya keluarga mendukung setelah keduanya menjelaskan potensi bisnis maggot.

Menurut keduanya, bisnis ini memiliki peluang ekspor yang masih sangat besar. Modal yang sangat minim dan tingkat kerugian yang nyaris tidak ada, turut menjadi sebagian faktor keduanya menekuni usaha tersebut.

Bisnis maggot ini, menurut Marina juga mendukung usaha ternak karena menghemat pengeluaran untuk pakan hingga 60 persen.

Hingga kini, lulusan UGM tersebut mengatakan bahwa hambatan yang ditemui adalah justru karena kurangnya pasokan sampah sebagai dampak PPKM serta maggot yang ogah bertelur saat musim hujan.


Sumber :

https://www.detik.com/edu/edutainment/d-5731207/kisah-marina-lulusan-hukum-ugm-yang-pilih-jadi-pemulung-organik

Industri Mebel Kedepankan Pembangunan Berkelanjutan

Presiden Ingatkan Industri Mebel Kedepankan Pembangunan Berkelanjutan

Senin, 20 September 2021 | 12:28 WIB


Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan sambutan dalam acara opening ceremony Indonesia International Furniture Expo (IFEX) Virtual Showroom 2021, Senin, 20 September 2021.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengingatkan pelaku industri mebel di Indonesia untuk terus berkomitmen dalam pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan. Menurutnya, komitmen pembangunan berkelanjutan tidak kalah pentingnya dari kualitas produk mebel yang dihasilkan.

"Saya berpesan kepada para pelaku industri mebel di Indonesia agar bisa meningkatkan daya saingnya di pasar global. Daya saing industri permebelan bukan hanya kualitas produknya, tetapi juga nilai-nilai yang dipegang teguh mulai proses produksi. Kita harus berkomitmen dalam pembangunan berkelanjutan yang ramah lingkungan, yang rendah karbon dan yang inklusif," kata Jokowi dalam acara opening ceremony Indonesia International Furniture Expo (IFEX) Virtual Showroom 2021, Senin (20/9/2021).

Ditegaskan Jokowi, penyediaan bahan baku untuk produksi mebel harus menjaga keberlanjutan hutan. Proses produksi harus rendah karbon dan manfaat ekonominya harus dirasakan oleh masyarakat lapis bawah.

“Itulah titipan saya kepada para pelaku industri permebelan, semangat tersebut harus dipegang teguh karena skema pembiayaan dan pasar pun akan semakin mempersyaratkan semangat pembangunan berkelanjutan,” kata Jokowi.

Pelaksanaan IFEX Virtual Showroom 2021 juga diharapkan Jokowi bisa menjadi momentum kebangkitan industri mebel dan kerajinan Indonesia yang merujuk pada semangat pembangunan berkelanjutan.

Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi menambahkan, produk mebel dan kerajinan Indonesia merupakan salah satu ekspor andalan yang sudah diakui kualitasnya, serta mendominasi pasar global mulai dari Amerika Serikat, Timur Tengah, hingga Jepang.

Selama periode Januari - Agustus 2021, nilai ekspor produk mebel mengalami kenaikan 29% dibandingkan periode yang sama di tahun lalu menjadi US$ 1,88 miliar. Sedangkan untuk ekspor kerajinan tumbuh 23% menjadi US$ 5,8 miliar. “Saya berharap perhelatan IFEX Virtual Showroom dapat berjalan sukses dan dapat ikut mendorong pemulihan sektor ekonomi, sekaligus mempromosikan produk mebel dan kerajinan Indonesia ke pasar global,” kata Lutfi.


Sumber :

https://www.beritasatu.com/ekonomi/830163/presiden-ingatkan-industri-mebel-kedepankan-pembangunan-berkelanjutan

PLTS Terbesar di Dunia

Ini PLTS Terbesar di Dunia, Lebih Luas daripada Jakarta Pusat 

20/09/2021, 10:00 WIB

Bhadla Solar Park dikukuhkan sebagai situs PLTS terbesar di dunia pada 2021 dengan kapasitas terpasang sebesar 2,25 gigawatt.

Situs pembangkit listrik tenaga surya (PLTS) terbesar di dunia terdapat di India dengan nama Bhadla Solar Park. Bhadla Solar Park dikukuhkan sebagai situs PLTS terbesar di dunia pada 2021 dengan kapasitas terpasang sebesar 2,25 gigawatt. 

Melansir NS Energy, PLTS Bhadla Solar Park terletak di desa Bhadla, distrik Jodhpur Rajasthan, India. Baca juga: Inspirasi Energi: PLTP Terbesar di Dunia Ada di AS, Mampu Terangi 900.000 Rumah Wilayah ini terkenal dengan suhu yang tinggi dan disinari cukup lama oleh matahari. 

Panel-panel surya di PLTS terbesar di dunia ini terpasang di lahan seluah sekitar 5.783 hektare atau sekitar 57,8 kilometer persegi. 

Jika dikomparasikan, luas PLTS Bhadla Solar Park lebih besar dibandingkan Jakarta Pusat dengan luas 47,9 kilometer persegi. Proyek ini dikembangkan oleh beberapa entitas seperti Rajasthan Solar Park Development Company Limited, Saurya Urja Company, dan Adani Renewable Energy Park Rajasthan. 

NS Energy melaporkan, PLTS terbesar di dunia tersebut dibangun dalam empat fase. Rajasthan Solar Park Development Company Limited mengembangkan Bhadla Solar Park pada fase pertama dan kedua. Sedangkan Saurya Urja Company of Rajasthan bertanggung jawab untuk membangun Bhadla Solar Park fase ketiga. 

Terakhir Adani Renewable Energy Park Rajasthan mengembangkan PLTS terbesar di dunia tersebut pada fase empat. Investasi yang ditanam pada proyek Bhadla Solar Park ditaksir sekitar 1,5 miliar dollar AS atau setara Rp 19,9 triliun. 

Pembangunan Bhadla Solar Park dimulai pada Juli 2015. Sistem transmisi daya listrik yang dihasilkan Bhadla Solar Park dikembangkan oleh Powergrid Corporation of India (PGCIL) dan perusahaan transmisi milik negara TRANSCO. 

Listrik yang dihasilkan PLTS terbesar di dunia ini lantas disalurkan ke jaringan otoritas listrik negara bagian. Pembangunan jalur transmisi baru dari Bhadla Solar Park ke jaringan nasional dibiayai di bawah Program Investasi Transmisi Energi Terbarukan Rajasthan (RRETIP). 

Pembiayaan tersebut dikoordinasikan oleh Pemerintah India, Bank Pembangunan Asia (ADB), dan Dana Teknologi Bersih.


Sumber :

https://www.kompas.com/global/read/2021/09/20/100000970/ini-plts-terbesar-di-dunia-lebih-luas-daripada-jakarta-pusat?page=all#page2.

Kota Terpanas di Indonesia saat Ini

Benarkah Semarang Kota Terpanas? Ini Kata BMKG

19/09/2021, 19:30 WIB

Suhu panas di kota Semarang, Jawa Tengah, ramai diperbincangkan oleh warganet pengguna media sosial Twitter. Berdasarkan pantauan Kompas.com, Minggu (19/9/2021) pagi, kata kunci "Semarang" sempat menduduki posisi teratas trending topic Twitter Indonesia. 

Banyak yang menyebut Semarang sebagai salah satu kota terpanas di Indonesia. Bahkan, ada yang membuat meme jika jarak antara Matahari dengan Semarang lebih dekat dibanding jarak Matahari ke Bumi. 

Alasan suhu Semarang Panas Kepala Pusat Informasi Iklim Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dodo Gunawan mengatakan, suhu panas yang dirasakan oleh warga Semarang karena pergerakan Matahari. 

Menurut Dodo, pada bulan September ini, Matahari akan bergerak ke arah selatan. Ia menjelaskan, 21 September 2021 merupakan titik awal gerak semu Matahari persis melintas ekuator bergerak menuju selatan. 

"Jadi semua kota di Jawa merasa saat ini panas," kata Dodo, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (19/9/2021). Meski demikian, kondisi suhu tersebut akan terus mengalami fluktuasi sehingga kota yang merasakan suhu panas bukan hanya Semarang. 

"Fluktuasi tertinggi bisa bervariasi. Hari ini Semarang, besok mungkin kota lain. Variasi tingkat keawanan pada hari-hari di mana tercatat suhu tinggi bisa mempengaruhi," imbuhnya. Dodo mengatakan, predikat kota terpanas akan selalu bervariasi. 

Menurut dia, sebuah kota tidak akan selalu bersuhu panas. "Betul bervariasi, dan seluruh kota di Indonesia suhu trennya cenderung terus meningkat," kata Dodo. Bukan kota terpanas Sementara itu, Kepala BMKG Ahmad Yani Semarang, Sutikno, mengatakan, tidak tepat jika Semarang disebut sebagai kota terpanas. 

Menurut dia, suhu maksimum di suatu kota tidak bisa dijadikan patokan rata-rata suhu harian di kota tersebut. "Pemahamannya itu suhu maksimum. Bukan berarti suhu rata-rata harian," kata Sutikno, saat dihubungi Kompas.com, Minggu (19/9/2021). 

Mengutip Instagram BMKG, Minggu (19/9/2021), suhu maksimum di Semarang berdasarkan pengamatan Stasiun Meteorologi Maritim Tanjung Emas, suhu udara di ibu kota Jawa Tengah itu mencapai 35,8 derajat Celcius. Adapun suhu maksimum tertinggi diketahui dirasakan di Manokwari, Papua Barat, yakni 36,8 derajat Celcius, berdasarkan pengamatan Stasiun Meteorologi Rendani.


Sumber :

https://www.kompas.com/tren/read/2021/09/19/193000965/benarkah-semarang-kota-terpanas-ini-kata-bmkg?page=all#page2.

Sekolah Dibangun dari Bata Sampah Plastik

SD di Lombok Barat Jadi Sekolah Pertama yang Dibangun dari Bata Sampah Plastik

17 SEPTEMBER 2021 13.00 WIB

    

Sudah bukan lagi menjadi hal asing, keberadaan sampah terutama yang terdiri dari bahan plastik sejak dulu hingga kini dapat dikatakan sebagai permasalahan umum di berbagai negara, termasuk Indonesia sendiri.

Masih memiliki tugas besar dalam menghadapi persoalan sampah di negeri ini. Di saat yang bersamaan, GNFI sendiri bukan baru sekali dua kali membahas mengenai berbagai persoalan sampah yang dihadapi semua pihak dari waktu ke waktu.

Tapi tentunya, di balik kondisi tersebut tetap ada secercah pemberitaan positif yang dapat menjadi harapan akan pengelolaan sampah di Indonesia, yaitu tentang bagaimana ragam upaya yang dilakukan oleh berbagai pihak dalam menangani limpahan ton sampah plastik yang tak terhingga keberadaannya, menjadi sesuatu yang berguna dan memiliki nilai tersendiri.

Bukan angan-angan belaka, pelaksanaan hal tersebut nyatanya sudah kerap beberapa kali terbukti secara nyata, salah satunya lewat upaya yang berjalan dalam pembangunan Sekolah Dasar (SD) di salah satu wilayah Indonesia, yaitu di Lombok Barat (NTB).


Sekolah berkonsep zero-waste

Kabar mengenai pemanfaatan sampah plastik menjadi sesuatu yang bermanfaat datang dari wilayah Dusun Medas Bentaur, Desa Taman Sari, Kecamatan Gunungsari, Lombok Barat.

Di wilayah spesifik tersebut, ada sebuah sekolah yang mendapat keistimewaan pembangunan kembali setelah tragedi gempa berkekuatan 6,4 skala richter pada tahun 2018, yang mengguncang sekaligus meluluhlantakkan sejumlah bangunan, salah satunya SDN 04 Medas.

Semakin istimewa, karena setelah tiga tahun berselang dari tragedi kelam yang terjadi, pembangunan hampir seluruh bagian dari SDN 04 Medas seperti yang telah disebutkan sebelumnya menggunakan bahan bangunan yang tak biasa, yaitu berupa susunan bata yang dibuat dari pengolahan sampah plastik (ecobrick).

Melansir Radar Lombok, pembangunan SD yang ecobrick ini sejatinya diprakarsai oleh Classroom of Hope, organisasi non-provit asal Australia yang kerap melakukan gerakan pendirian sarana pendidikan di berbagai negara.


Bekerja sama dengan Pelita Foundation Lombok dan Pemprov NTB, pihak Classroom of Hope 

akhirnya menunjuk Block Solutions, perusahaan konstruksi bangunan rumah berbasis ramah lingkungan yang berasal dari Finlandia, untuk menggarap pembangunan SDN 04 Medas menggunakan bahan daur ulang sampah plastik tersebut.

Di Finlandia, bata ecobrick sudah lazim digunakan sebagai pondasi utama pada rumah atau hunian tempat tinggal.

Penggunaan bata ecobrick pada SDN 04 Medas menjadikan sekolah ini sebagai sebuah proyek percontohan sekaligus menjadi sekolah pertama di Indonesia yang dibangun dengan menerapkan sistem ramah lingkungan dan berkonsep zero-waste.


Kualitas bangunan yang dibangun dari bata ecobrick

Menyoal ketahanan bata ecobrick, pada dasarnya material ini memiliki bentuk dan cara pemasangan layaknya balok lego, dengan bagian tengah yang memiliki lubang sebagai tempat untuk penempatan besi pengait.

Sebelum disusun, pada bagian dasar akan dipasang pelat besi untuk penjepit bata sekaligus sebagai elemen dasar penguat bangunan.

Sementara dari segi keunggulan, bata ecobrick memiliki bobot lebih ringan, harga yang terjangkau, serta material yang diklaim dapat bertahan hingga 100 tahun, sebagaimana usia plastik untuk dapat terurai.

Dari segi keamanan, dapat dipastikan bahwa bangunan yang dibuat dengan bata ecobrick ini tahan akan guncangan gempa.

"Jikalau nanti terjadi bencana alam seperti gempa, jadi dia (bangunan) akan tetap bergoyang tetapi elastis. Jadi anak-anak kalau berada di dalam ruangan mempunyai kesempatan untuk menyelamatkan diri," jelas Maksun, Kepala Sekolah SDN 04 Medas, seperti yang diwartakan Kompas.com.

Secara lebih detail dalam pengelolaan bahan baku sampah plastik yang dimaksud, disebutkan bahwa butuh sebanyak dua hingga tiga ton sampah yang diolah menjadi bata untuk membangun tiap satu ruang kelas berukuran 6x10 meter yang ada di SDN 04 Medas.

Soal proses pembangunan, pendirian sekolah ini juga terbilang memangkas waktu yang cukup signifikan karena material ecobricks hanya perlu dirakit menggunakan tangan layaknya lego.

Hal tersebut dikonfirmasi oleh Gubernur NTB, Sitti Rohmi Djalilah, saat meninjau pembangunan SDN 04 Medas di bulan Juni 2021 lalu.

“Alhamdulillah, kita dapat memanfaatkan sampah dan menjadi sumber daya untuk kita semua, penggunaan bata ecobrick ini sangat ringan, murah, aman saat gempa dan sangat cepat membuatnya. Sekolah ini saja merakit bloknya seperti lego hanya butuh waktu 5 jam, paling lama mebutuhkan waktu 1 minggu 10 hari,” jelas Rohmi dalam laman resmi Pemprov NTB.

Perihal keberadaan bata yang masih didatangkan dari Finlandia, Pemprov NTB nyatanya menindaklanjuti hal tersebut melalui rencana dan kemungkinan kerja sama dengan pihak Block Solutions di waktu yang akan datang, untuk membangun pabrik bata ecobrick di wilayah setempat.

“Insya Allah, rencana kita ke depannya akan dibangun pabrik untuk menghasilkan blok plastik, untuk mengakomodir pengelolaan sampah plastik di NTB,” pungkasnya.


Sumber :

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2021/09/17/sd-di-lombok-barat-jadi-sekolah-pertama-yang-dibangun-dari-bata-sampah-plastik

Sukses Kembangkan Tanaman Pangan Liar

Kisah Wanita dari Sidoarjo yang Sukses Kembangkan Tanaman Pangan Liar di Indonesia

MINGGU, 19 SEPTEMBER 2021 | 17:00 WIB

Berawal dari keinginannya meneliti sesuatu yang berbeda saat skripsi, Hayu Dyah kini sudah sukses mengembangkan tanaman pangan liar di Indonesia. Bersama para ibu di Jawa Timur, NTB, NTT, dan Papua, wanita yang akrab disapa Hayu ini telah mengembalikan peran tumbuhan pangan liar yang sempat ditinggalkan oleh masyarakat setempat. 

Di sisi lain, Hayu sangat prihatin dengan banyaknya kasus malnutrisi yang dialami anak-anak Indonesia, termasuk tingginya angka stunting di dalam negeri. 

"Menurut saya ironis, di satu sisi kita dibilang sangat kaya. Tapi di sisi lain, bagaimana bisa orang kelaparan di negara yang kaya ini kan enggak nyambung. Jadi, saya kemudian mulai menggali terus keragaman hayati terutama tumbuhan pangan liarnya," kata dia kepada Sariagri, beberapa waktu lalu.

Berikut petikan wawancara jurnalis Sariagri, Istihanah bersama Hayu Diah Patria beberapa waktu lalu. 


Darimana ide mengembangkan tanaman pangan liar?

Mulai itu sekitar 2002-an, awalnya skripsi S1 saya kan teknologi pangan. Jadi waktu itu saya emang pengen yang lain daripada yang lain. Soalnya kebanyakan teman-teman di Teknik Pangan itu kebanyakan penelitiannya produk industri makanan, seperti nugget atau snack. 


Kepikiran mengembangkan tanaman pangan liar sendiri darimana? 

Saat sedang cari-cari, saya ketemu sebuah buku. Kemudian di situ dijelaskan kalau beberapa masyarakat adat di Papua, khususnya yang tinggal di pesisir memanfaatkan mangrove sebagai salah satu makanan utama, selain sagu atau umbi-umbian. Kemudian salah satu jenis mangrove itu banyak di dekat rumah saya. 


Kapan mulai serius mengembangkan tanaman liar?

Ya udah, dari situ setelah lulus saya mikir itu masih satu jenis tumbuhan ya, padahal Indonesia kan negara  dengan keanekaragaman hayati terbesar di dunia.

Jadi saya kemudian mikir pasti masih ada ribuan tumbuhan lain yang dimanfaatkan masyarakat tapi orang-orang enggak pernah mendengar. 


Kenapa tumbuhan pangan bukan obat?

Karena sebenarnya kesehatan itu berasal dari apa yang kita makan. Kalau apa yang kita makan itu sehat, sebenarnya tubuh tetap terjaga dan obat-obatan bisa dihindari. Dari situ sih kemudian saya makin banyak berkegiatan dengan komunitas-komunitas lokal dan masyarakat adat terutama kaum perempuan. 


Sekarang udah berapa tanaman liar pangan?

Enggak menghitung ya. Karena semua masih data kasar aja, tapi kayanya ada ratusan jenis tapi itu tersebar di banyak masyarakat enggak hanya di satu tempat aja. 

Jadi di setiap komunitas pasti ada sesuatu yang unik atau sama, tapi cara penyebutan dan pengolahannya berbeda. 


Bagaimana sambutan komunitas soal ide ini?

Sebenarnya kalau ditilik dari sejarahnya, komunitas itu sudah memanfaatkan banyak sekali tumbuhan pangan liar. Apalagi, orang zaman dulu sangat dekat dengan alam dan juga tergantung dengan alam serta mereka memanfaatkan apa yang ada di alam itu. 

Jadi, mereka pasti mengkonsumsi tumbuhan pangan liar, cuma seiring waktu karena globalisasi pangan dan perubahan gaya hidup dan kemudian mempengaruhi pola makan mereka jadi seiting waktu jadi kurang. 


Kenapa sih masyarakat adat meninggalkan tanaman pangan liar? 

Jadi sekarang kalau saya datang ke suatu desa atau komunitas, selalu disuguhi mi instan karena mereka menganggap orang kota tidak doyan makanan lokal. Mereka mikir tumbuhan pangan liar itu makanan untuk orang miskin dan itu saya temui dimana-mana dari Jawa sampai Papua. Kebanyakan mindset mereka sudah berubah, budaya pangan mereka yang asli itu untuk orang miskin dan itu yang paling menyedihkan sih. 


Apa saja kegiatan yang dilakukan oleh para ibu-ibu ini?

Pada intinya sih saya memperkenalkan kembali budaya pangan lokal mereka, tumbuhan pangan lokal mereka. Nantinya, mereka akan mulai mengembangkan kembali resep masakan atau mengembangkan tumbuhan tersebut membangun kebun tanaman pangan liar, khususnya masyarakat yang ada di dekat hutan. 


Kenapa mereka membangun kebun sendiri?

Karena masyarakat dilarang masuk ke dalam hutan konservasi atau hutan lindung, tapi kalau cuma ambil sampel untuk dikembangkan tidak apa-apa. 


Bagaimana sambutan mereka?

Awalnya mereka merasa malu untuk mengaku kalau masih konsumsi tanaman pangan liar, tetapi setelah saya jelaskan soal gizi dan manfaatnya mereka kemudian tertarik. 


Apasih tantangan terbesar melakukan kegiatan ini?

Mindset-nya sih, apalagi setelah revolusi hijau, monokultur itu kan besar-besaran dan ada banyak propaganda terutama tentang kalau tidak makan beras itu bukan orang Indonesia asli atau jadi warga negara kelas dua. 

Jadi masyarakat yang makanan awalnya bukan padi, tapi sejak tahun 70-an mereka mulai beralih ke beras karena tidak ingin menjadi warga negara kelas dua. 

Kemudian sistem patriarki. Jadi suami-suami banyak yang tidak rela kalau istrinya aktif atau mendapatkan edukasi. Jadi kalau kami ada jadwal berkebun, ada beberapa yang dilarang suami untuk pergi, alasannya nanti enggak ada yang melayani para suami. Sistem patriarki ini cukup menghambat kegiatan para ibu-ibu di komunitas. 


Harapannya apa sih?

Saya harap sih jangan sampai ada kasus kelaparan atau malnutrisi, terutama di kalangan perempuan dan anak-anak. Karena keragaman hayati kita itu luar biasa. Kalau dari studi paling terakhir FAO terlahir ada lebih dari 7.000 jenis tumbuhan yang bisa dimakan dan Indonesia itu negara biodiversity, jadi seharusnya kita punya ratusan bahkan ribuan jenis makanan yang bisa dimakan. Jadi, mari kita gali kembali pengetahuan tradisional leluhur kita. 


Sumber :

https://pangan.sariagri.id/79020/kisah-wanita-dari-sidoarjo-yang-sukses-kembangkan-tanaman-pangan-liar-di-indonesia?utm_source=dlvr.it&utm_medium=twitter

Gerakan Pilah Sampah & Circular Economy

Gerakan Pilah Sampah dari Rumah Dorong Ekonomi Sirkular

19 September 2021, 05:42:50 WIB

Pekerja saat memilih limbah plastik yang telah di daur ulang di kawasan Pondok Gede, Jakarta, Rabu (15/9/2021). Pemerintah akan merealisasikan rencana pengenaan cukai plastik dengan target penerimaan senilai Rp. 500 Miliar. Untuk kantong plastik, tarif yang dipatok pemerintah senilai Rp30.000 per kilogram atau Rp200 per lembar. 

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) meminta agar masyarakat dapat memilah sendiri sampah dari rumah untuk diberikan ke bank sampah. Direktur Jenderal Pengelolaan Limbah, Sampah, dan Bahan Beracun Berbahaya (PSLB3) Indonesia Rosa Vivien Ratnawati mengatakan, perilaku tersebut dapat memberikan manfaat berupa peningkatan perekonomian.

“Sudah saatnya kita bicara tentang mari kita pilah sampah dari rumah. Bagaimana meningkatkan bank sampah dan bagaimana sampah itu terkelola,” ujarnya saat ditemui di kantor Wali Kota Jakarta Selatan, Sabtu (18/9).

Menurutnya, kegiatan memilah sampah dan mengumpulkannya ke bank sampah dapat mengurangi bahan baku impor. Sebab, selama ini Indonesia masih mengimpor bahan baku plastik dan kertas yang mana masih berbentuk bahan dasar sampah.

“Bagaimana sampah jadi bahan baku daur ulang yang mandiri, tidak impor lagi. Mari kita gunakan sampah sebagai sesuatu yang meningkatkan nilai ekonomi sirkular. Tentu ini semua membutuhkan dukungan semua pihak,” tuturnya.

Rosa menambahkan, proses pemilahan sampah akan berujung pada capaian Indonesia bersih pada 2025 mendatang. Harapannya akan mengurangi sampah sisa residu di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) yang saat ini tingginya sudah melewati batas.

“Selama ini Indonesia masih impor sampah plastik 30 persen dan sampah kertas 50 persen. Itu sampah yang diimpor. Itu sampah yang sudah terpilah. Dari Belanda, dari New Zealand. Jadi sebaiknya sampah ini dipilah kemudian dikirim ke bank sampah,” ungkapnya.

Rosa melanjutkan, pemerintah membutuhkan kerja sama swasta dalam pengelolaan sampah tersebut. Salah satunya melalui kegiatan aksi bersih-bersih serentak di dunia (World Cleanup Day) dalam mengajak dan mengedukasi masyarakat untuk memiliki kesadaran membersihkan, menjaga, dan memelihara lingkungan mulai dari diri sendiri, rumah dan masyarakat.

Gerakan Nasional Pilah Sampah dari Rumah menjadi tema WCD tahun ini mengingat situasi dan kondisi masih dalam pandemi Covid-19. Sehingga kegiatan aksi bersih-bersih ini dilakukan dari rumah masing-masing yaitu masyarakat melakukan pemilahan sampah di rumah kemudian dikumpulkan dan dibawa ke bank sampah untuk ditimbang.

Dalam kesempatan yang sama, Sustainability Director PT Tirta Fresindo Jaya Ronald Atmadja mengatakan, pilah sampah dari rumah adalah bagian penting dalam mata rantai ekonomi sirkular untuk meningkatkan tingkat pengumpulan (collection rate), dan kualitas hasil pengumpulan.

“Peran serta masyarakat dalam pilah sampah akan mendapatkan benefit ekonomi langsung, dengan menjual hasil pilah sampahnya ke bank sampah, atau ke titik pengumpulan,” ucapnya.

Melalui kegiatan aksi bersih-bersih ini, kata dia, diharapkan masyarakat Indonesia makin sadar akan pentingnya memilah sampah dari rumah, dan tidak membuang sampah sembarangan. Dengan memilah sampah dengan tepat antara sampah organik, sampah plastik, dan sampah kemasan lain akan memudahkan pihak pengepul, pengelola bank sampah maupun pendaur ulang dalam mengolah atau memanfaatkannya.

“Nilai sampah kemasan plastik jika tidak terkontaminasi dengan sampah organik maka akan bernilai lebih tinggi,” pungkasnya.


Sumber :

https://www.jawapos.com/ekonomi/bisnis/19/09/2021/gerakan-pilah-sampah-dari-rumah-dorong-ekonomi-sirkular/?page=all

Saturday, September 11, 2021

Biomass Cofiring Solusi Alternatif Transisi Energi

Pakar: Biomass Cofiring Solusi Alternatif Transisi Energi

Kamis, 09/09/2021 19:26 WIB

Di tengah upaya pemerintah mendorong bauran energi baru dan terbarukan (EBT) demi mencapai emisi netral, cofiring biomassa dinilai dapat menjadi solusi.

Cofiring biomassa tidak hanya dapat mengurangi penggunaan bahan bakar fosil secara bertahap, tetapi juga dapat menjadi solusi permasalahan sampah sekaligus menggerakkan ekonomi.

Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan menyebutkan penggunaan biomass cofiring menjadi salah satu usaha untuk mengurangi ketergantungan energi fosil.

Saat ini, lanjutnya, sejumlah PLTU di beberapa daerah sudah melakukan uji coba biomass cofiring dan berhasil.Skema itu adalah mencampur biomassa dengan batu bara, sehingga penggunaan batu bara sebagai bahan baku pembangkit listrik dapat dikurangi secara berkelanjutan.

Seiring waktu, penggunaan bahan baku fossil dapat terus ditekan hingga ke level terendah.

"PLN mencoba dan sudah berhasil di beberapa pembangkit mereka untuk mengurangi penggunaan batubara melalui cofiring biomassa dan hasilnya cukup bagus. Ini penting juga dilakukan karena dapat mendorong bauran EBT, dan secara otomatis akan membantu mengurangi sampah juga meningkatkan keekonomian," ujar Mamit, Kamis (9/9).

Iwa Garniwa, Guru Besar Fakultas Teknik Elektro Universitas Indonesia, menyebutkan bahwa biomass cofiring merupakan salah satu alternatif yang dapat didorong untuk mencapai target bauran energi terbarukan sebanyak 23 persen pada 2025, alih-alih hanya fokus ke pengembangan PLTS Atap yang hingga kini masih menuai perdebatan dalam hal peraturannya.

Menurut Iwa, biomass cofiring termasuk realistis karena sebanyak 60 persen pembangkit listrik di Indonesia yang sudah beroperasi hingga saat ini menggunakan batu bara.

Dengan cofiring, ujarnya, penggunaan batu bara pada pembangkit dikurangi. Dalam skala besar dan lebih panjang, langkah ini akan dapat mengatasi masalah Indonesia yang sedang mendorong energi bersih.

"Batu baranya sebagian kita ganti. Ada bahasanya cofiring. Jadi [misalnya] 90 persen batu bara, 10 persen biomass. Biomass, sampah, kan renewable energy. Sampah, biomass, itu dikonversi menjadi batu bara. Dicampurlah. Ini berarti penggunaan batu bara sudah berkurang 10 persen," terangnya.

Dia menyebutkan bahwa kebutuhan batu bara di Indonesia mencapai sekitar 120 juta ton. Dengan biomass cofiring sebayak 90 persen batu bara dan 10 persen biomass, maka kebutuhan batu bara turun menjadi sekitar 108 juta ton karena sebanyak 12 juta ton sudah digantika oleh biomass.

"Itu berarti kontribusi renewable energy masuk di pembangkit batu bara. Batu baranya turun. Itu mix, yang salah satu bisa dikerjakan pemerintah untuk mendorong bauran energi terbarukan," katanya.


Pasokan Bahan Baku

Sekretaris Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Sahid Junaidi menyebutkan tantangan terbesar dalam implementasi cofiring biomassa adalah usaha untuk menjaga keberlanjutan pasokan bahan baku biomassa dengan tetap memperhatikan aspek keekonomian.

Dalam keterangan resminya, menjaga keberlanjutan pasokan bahan baku dinilai menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga harga listrik yang dihasilkan tetap terjangkau dan tidak melebihi biaya pokok penyediaan (BPP) yang ditetapkan.

Namun, dia menegaskan bahwa penggunaan biomassa sebagai substitusi bahan bakar PLTU sejalan dengan upaya Indonesia menuju emisi netral di masa mendatang. Lebih lanjut, dia juga menyebutkan bahwa implementasi cofiring PLTU dapat meningkatkan skala ekonomi biomassa.

Pasalnya, selain ikut mendorong kontribusi energi terbarukan pada bauran energi nasional,co-firing juga dinilai berdampak positif kepada pengembangan ekonomi kerakyatan karena dapat membuka lapangan kerja dan peluang bisnis di sektor biomassa, khususnya yang berbasis sampah dan limbah.

Biomassa untuk co-firing dapat diambil dari limbah pertanian, limbah industri pengolahan kayu, hingga limbah rumah tangga.

Selain itu, biomassa untuk cofiring juga dapat diambil dari tanaman energi yang ditanam pada lahan kering atau dibudidayakan pada kawasan hutan tanaman energi seperti pohon kaliandra, gamal, dan lamtoro.

"Kami mendukung upaya PLN untuk terus mencari peluang pemanfaatan biomassa, melakukan komitmen dengan pemasok biomassa besar, serta mendorong berkembangnya pasar biomassa skala menengah dan kecil," katanya.

"Kami berharap upaya-upaya ini terus dilanjutkan di setiap titik lokasi PLTU di Indonesia sehingga nantinya akan tercipta pasaryang semakin besar dan keekonomian serta economics of scale yang semakin baik, " papar Sahid.

PLN telah menetapkan komitmen untuk mencapai karbon netral pada 2060 sebagai respons terhadap isu perubahan iklim.

Satu-satunya perusahaan pengelola energi listrik dalam negeri itu pun menyiapkan skema transisi menuju EBT dan pergeseran dari energi berbasis impor menuju energi berbasis domestik.

Pihaknya pun mengaku telah menyiapkan peta jalan untuk melakukan pensiun bertahap bagi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dimiliki.

"Kami menyiapkan peta jala retirement [pensiun] PLTU batu bara untuk mencapai karbon netral pada 2060," ujar Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini dalam situs resmi perseroan.

Dalam petajalan yang telah disiapkan, PLN menyatakan akan melakukan tahapan monetisasi PLTU batu bara sebesar 50,1 GW hingga 2056 dan menggantinya secara bertahap dengan EBT.

PLN saat ini memiliki program Green Booster melalui biomass cofiring atau pencampuran biomassa dengan batu bara. Dalam praktiknya, penggunaan sebagian batubara disubstitusi dengan biomassa dari tanaman energi maupun pellet sampah. Inovasi ini akan dilakukan di 53 PLTU eksisting PLN.

Berdasarkan catatan Direktorat Jenderal EBTKE Kementerian ESDM, sampai dengan Juni 2021, PLN telah mengimplementasikan co-firing pada 17 PLTU. Sekitar 12 PLTU tersebar di Jawa dan 5 lokasi di luar Jawa.

Pembangkit-pembangkit itu dikelola oleh dua anak usaha PLN yaitu PT Indonesia Power dan PT Pembangkitan Jawa Bali.

Indonesia Power mengelola cofiring PLTU Suralaya 1-7, PLTU Sanggau, PLTU Jeranjang, PLTU Labuan, PLTU Lontar, PLTU Pelabuhan Ratu, PLTU Barru dan PLTU Adipala. Sementara itu, PJB diPLTU Paiton Unit 1-2, PLTU Pacitan, PLTU Ketapang, PLTU Anggrek, PLTU Rembang, PLTU Paiton 9, PLTU Tanjung Awar-Awar dan PLTU Indramayu.

Dari proyek cofiring tersebut, PLN mampu menghasilkan energi hijau dari ekuivalen kapasitas pembangkit 189 Mega Watt (MW).


Sumber :

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210909191334-90-692233/pakar-biomass-cofiring-solusi-alternatif-transisi-energi?

Thursday, September 9, 2021

Go Green, dari Amazon Sampai Danone

Ramai-Ramai Perusahaan Go Green, dari Amazon Sampai Danone

10 Sep 2021

Dunia sedang berbondong-bondong melakukan transisi energi dari energi berbasis fosil menuju ke energi terbarukan. Tidak hanya pemerintah yang berupaya, berbagai perusahaan juga mau ambil peran, di antaranya Amazon, Danone, hingga Multi Bintang Indonesia.

Dalam wawancara terbatas secara virtual, Jumat (10/09/2021), perusahaan tersebut menyampaikan dukungan atas transisi energi dan berupaya memenuhi kebutuhan energi perusahaan dari energi terbarukan.

Ika Noviera, Corporate Affairs Director Multi Bintang Indonesia, mengatakan perusahaannya punya mimpi mencapai 100% pemakaian energi terbarukan pada 2025 mendatang. Pada 2022 ditargetkan pemakaian energi terbarukan sudah mencapai 65%.

"Mimpi kami di 2025 100% Bir Bintang ini bisa memproduksi renewable energy. Saat ini kami sudah ontrack 65%. Sisanya kami butuh dukungan dari pemerintah. Tujuannya adalah target pemerintah 23% di 2025," jelasnya.

Untuk mencapai pemakaian energi terbarukan 100% pada 2025 mendatang menurutnya perlu dukungan dari pemerintah. Pihaknya mengapresiasi atas beberapa aturan yang dibuat pemerintah yang turut mendukung usahanya.

"100% di 2025 butuh dukungan dari pemerintah. Kami apresiasi ada beberapa aturan dukung usaha kami capai target," ujarnya.

Ken Haig, Head of Energy and Environment Policy Asia-Pacific Amazon Web Services, mengatakan Amazon memiliki komitmen untuk membangun bisnis berkelanjutan. Tidak hanya bagi Amazon, namun juga bagi pelanggannya.

Amazon punya komitmen mencapai nol bersih karbon pada 2040 dan menuju 100% energi terbarukan pada 2025. Salah satu poin penting menurutnya adalah cloud lebih hijau.

Memindahkan beban kerja perusahaan dan sektor publik Asia Pasifik dari pusat data lokal ke cloud menurutnya dapat mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon terkait hingga 78%.

"Research rata-rata customer Asia Pasifik bisa kurangi 78% konsumsi energi dan beberapa emisi karbon dengan jalankan kerja berbasis cloud dan yang ramah energi lainnya," paparnya

Raditya Pramudiantoro Perwakilan dari Danone mengatakan dibutuhkan kolaborasi antar berbagai pihak untuk mendorong pemakaian energi terbarukan ini. Upaya Danone dalam beralih ke energi terbarukan diantaranya melalui pemanfaatan energi surya dan saat ini tengah membangun biomassa.

"Ke sana kita butuh kolaborasi antar pihak, target jangka panjang juga sama," pungkasnya.


Sumber :

https://www.cnbcindonesia.com/news/20210910112735-4-275230/ramai-ramai-perusahaan-go-green-dari-amazon-sampai-danone

Wednesday, September 1, 2021

Sendok Garpu dari Limbah Jagung

Sendok Garpu dari Limbah Jagung Inovasi Mahasiswa Unsoed Ini Bisa Dimakan 

01/09/2021

Beberapa mahasiswa Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) melakukan inovasi menarik. Yakni menamfaatkan limbah tongkol jagung menjadi sendok dan garpu. Tak berhenti disitu, sendok dan garpu tersebut ternyata juga bisa dimakan atau aman untuk dikonsumsi. 

Hal ini dilakukan untuk mengurangi limbah sampah plastik sendok dan garpu. Melansir laman resmi Unsoed, Rabu (1/9/2021), ide tersebut berawal dari adanya daerah Kabupaten Banyumas yang memiliki produksi komoditas jagung tertinggi ketiga dibandingkan dengan komoditas sumber karbohidrat lain. 

Ketersediaan limbah tongkol jagung berlimpah tanpa adanya alternatif pemanfaatan oleh masyarakat sekitar, mendorong mahasiswi dari Fakultas Pertanian Unsoed untuk menciptakan solusi. Tentu solusi yang dapat meningkatkan nilai tambah limbah tongkol jagung serta meminimalisir pembuangan limbah secara percuma. 

Adapun tim beranggotakan Fitri Nur Haerunnisa (Agroteknologi 2019), Isna Aulia Syahdiar (TEP 2019), Toibah (TEP 2019), Annisa Islamiati (Agroteknologi 2019), dan Salma Alif Nabilah (TEP 2020). 

Produk ini diciptakan tidak lepas dari keterkaitan tingkat pencemaran lingkungan terutama sampah plastik. Semakin bertambahnya penggunaan sendok garpu sekali pakai, menambah jumlah sampah plastik di daerah Banyumas. 

Hal ini didukung oleh kondisi pandemi Covid-19 yang mengharuskan konsumen tidak menggunakan peralatan makan secara berulang. Menurut Fitri Nur Haerunnisa selaku ketua Tim PKM, produk ini memiliki tingkat kreativitas yang cukup tinggi karena sendok dan garpu ini berbeda dari yang lain. 

Produk ini diracik dengan memadukan berbagai formulasi-formulasi yang sudah pernah tim lakukan observasi. 

Adapun produk ini dibuat dari limbah tongkol jagung yang digiling menjadi tepung, kemudian disangrai untuk menghilangkan bakteri. "Selanjutnya bahan tersebut dicampurkan dengan bahan-bahan lain yang 100 persen aman dikonsumsi," ujarnya. 

Fitri menjelaskan, limbah tongkol jagung diubah menjadi sendok garpu biodegradable yang diberi nama Sepunsoed (Sendok Garpu Biodegradable dari Unsoed). Keunggulan produk dibandingkan dengan produk ramah lingkungan lainnya adalah dapat langsung dimakan, tidak perlu dicuci, mudah, dan praktis. 

Produksi Sepunsoed didukung dari pendanaan PKM (Program Kreativitas Mahasiswa) yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan, Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemendikbud Ristek) 2021 bidang kewirausahaan. Tentu, kegiatan ini tak lepas dari dukungan dan bimbingan dari dosen pendamping, Dian Novitasari, S.TP., M.Si. 

Untuk saat ini, Sepunsoed telah dipasarkan secara masif melalui berbagai macam e-commerce dan dipasarkan juga melalui sosial media seperti Instagram dan WhatsApp. Sepunsoed diharapkan dapat mengurangi banyaknya sampah plastik, khususnya sampah dari sendok dan garpu sekali pakai, meningkatkan nilai tambah limbah tongkol jagung, dan membuka peluang usaha baru. 

Ternyata, bahwa produk ini mendapatkan respon positif dari para konsumen. Tercatat sudah lebih dari 300 pcs sendok garpu terjual sejak peluncuran pertama awal Agustus. Terlebih, menurut survei yang dilakukan oleh tim bahwa potensi pasar dari produk ini sangat besar. 

Oleh karena itu, sebagai upaya keberlanjutan usaha, mereka berencana mendaftarkan produk untuk mendapatkan izin PIRT (Pangan Industri Rumah Tangga) agar produk dapat bersaing dengan produk pabrikan, keamanan, dan mutu produk terjamin. "Kami berupaya untuk bekerja sama dengan pemilik usaha makanan agar memperluas jangkauan," harap Fitri.


Sumber :

https://www.kompas.com/edu/read/2021/09/01/135641571/sendok-garpu-dari-limbah-jagung-inovasi-mahasiswa-unsoed-ini-bisa-dimakan?page=all#page2.