Pages

Thursday, August 8, 2024

Gambaran Umum Circular Economy : Bab 2.5

NEGERI ATLANTIS

Cerita kuno tentang negeri Atlantis bisa terulang. Kisah ini telah memukau selama ribuan tahun. Semula adalah Plato yang bercerita mengenai sebuah kebudayaan yang telah tenggelam tersebut, yang kemungkinan berada di sebuah kepulauan kecil di Laut Tengah.

Dan jika tidak mampu menghentikan emisi gas rumah kaca, maka diperkirakan pada tahun 2100, akan ada sebanyak 5% penduduk dunia akan kebanjiran setiap tahun. Permukaan laut akan mengalami kenaikan mencapai 1,2 meter bahkan pada akhir abad ini dapat mencapai 2,4 meter.

Skenario terburuk, jika terjadi kenaikan suhu 2 derajat Celcius maka dapat menyebabkan kenaikan permukaan laut setinggi 6 meter. Hal ini akan menyebabkan Bumi kehilangan luas sebesar 1 juta kilometer persegi daratan. Daratan seluas itu setara dengan tempat hidup 375 juta orang.

Yang cukup miris adalah di Asia banyak kota besar yang berada di dekat permukaan laut, diantaranya Shanghai, Hong Kong, Mumbai dan Kolkata.

Termasuk Jakarta. Terlebih Jakarta merupakan kota yang tumbuh paling cepat di dunia, hari ini penduduk di Jakarta adalah 10 juta jiwa. Dan akhir-akhir ini kota tersebut berulang kali mengalami banjir dan penurunan tanah, sehingga diperkirakan Jakarta akan tenggelam pada tahun 2050. 

Untuk bencana banjir sendiri, Dewan Penasihat Sains Akademi Eropa mengatakan bahwa sejak tahun 1980 banjir yang terjadi sudah berlipat empat, dan berlipat ganda sejak tahun 2004.

Belum lagi akibat pemanasan global dan perubahan iklim, dalam 10 tahun terakhir laju pelelehan es di Antartika berlipat tiga. Pada tahun 1992 sampai 1997, lapisan es di Antartika telah kehilangan 49 miliar ton es setiap tahun.

Pada tahun 2012 sampai 2017, lapisan es di Antartika telah kehilangan 219 milyar ton es setiap tahun.

Di bulan Juli 2021 lalu, dalam pidato Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden disebutkan bahaya pemanasan global dan perubahan iklim. Dimana dampak pemanasan global bisa mencairkan es di kutub dan menaikkan permukaan air laut.  Permukaan laut naik 0,7 meter saja akan menjadi bencana yang serius.

Dalam pidatonya tersebut, Joe Biden juga menyebutkan prediksi tenggelamnya ibu kota Indonesia, Jakarta, akan tenggelam dalam kurun waktu 10 tahun lagi.

Beberapa ahli juga memprediksi Jakarta bakal tenggelam pelan-pelan, termasuk dalam tulisan berjudul "Jakarta, the fastest-sinking city in the world" dalam media BBC yang menulis bahwa Jakarta akan tenggelam pada tahun 2050. Jakarta berpotensi tenggelam berdasarkan hasil penelitian terhadap penurunan tanah di Jakarta selama 20 tahun. 

Hal ini dikarenakan oleh tanah yang memadat menjadi daratan namun belum mengeras kemudian didirikan bangunan di atasnya. Faktor lainnya adalah karena eksploitasi air tanah yang berlebihan.

Namun sebenarnya tidak hanya kota Jakarta, kota lain juga berisiko bahkan lebih parah misalnya kota Pekalongan, Semarang, dan Demak. Bahkan menurut Kepala Laboratorium Geodesi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB Heri Andreas terdapat 112 daerah kabupaten dan kota di Indonesia yang berpotensi untuk tergenang.

Untuk di Jakarta sendiri, misalnya di Kampung Teko atau sekarang dikenal dengan sebutan Kampung Apung berada di Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat. Hal ini dikarenakan kawasan seluas 3 hektar ini sekarang berada di atas air serasa mengapung. Di sini tanah turun 15 cm setiap tahun sehingga rumah dibangun diatas air. Bahkan Pemakaman Umum Kapuk sekarang menjadi Danau. Seorang warga mengatakan bahwa dia sudah meninggikan lantai rumahnya sebanyak 3x.

Begitu juga halnya dengan nasib Masjid Wal Adhuna. Masjid ini di tahun 2001 masih digunakan untuk sholat. Namun sekarang hampir 12 tahun lamanya Masjid yang berada di kawasan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara tergenang di pesisir Jakarta. 

Saat masjid mulai terendam dan pasca banjir rob, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta langsung membangun tanggul di belakang bangunan masjid dengan tinggi kurang lebih lima meter di sana. Permukaan tanah Jakarta yang terus menurun, serta air laut yang terjebak antara tanggul lama dan tanggul baru akhirnya merendam masjid itu hingga saat ini. 

Kampung apung dan Masjid Wal Adhuna menjadi saksi bisu semakin turunnya permukaan tanah di Jakarta. Pesisir Jakarta menjadi pertanda pelan-pelan Jakarta akan tenggelam, salah satunya karena penurunan permukaan tanah.

Sejak dipantau tahun 1997 tanah di Jakarta mulai terendam, 10 tahun kemudian yaitu pada tahun 2007 penurunan tanah semakin meluas, bahkan bisa sampai dekat istana negara.

Tahun 2021 ini sudah terendam 10%, Diprediksi tahun 2050 Jakarta akan tenggelam, dengan hampir separuh (50%) wilayahnya akan terendam air, sehingga bibir pantai akan sampai di dekat Istana Negara.

Berdasarkan peta di Jakarta tahun 1972 area tutupan lahan sebagai area hijau menandakan Jakarta masih dipenuhi oleh pepohonan. 20 tahun kemudian atau pada tepatnya pada tahun 1993, area hijau terus berkurang, terlebih di tahun 2005 sangat berkurang banyak.

Jika dikaitkan dengan land cover karena ada proses urbanisasi yang masif sehingga penduduk menjadi bertambah banyak, dan konsumsi air tanah juga semakin banyak.

Sehingga masalah urbanisasi berbanding lurus dengan penurunan tanah karena tidak diimbangi dengan kebutuhan air. Dimana berdasarkan data pipa air akses pipa air di Jakarta pada tahun 1950 masih 12%, dan di tahun 2019 baru 57%. Artinya banyak warga yang tidak memiliki akses air bersih kemudian menyedot air tanah untuk bertahan hidup.

No comments:

Post a Comment