Pages

Friday, February 9, 2024

Memerangi Sampah Plastik dengan Strategi Blue Economy

Tiga disrupsi besar yang sedang dialami dunia, yaitu perubahan iklim, Revolusi industri 4.0, dan pandemi covid-19. Perubahan iklim memberikan dampak yang luar biasa pada lingkungan dan pertanian, seperti anomali curah hujan, meningkatnya bencana alam, hingga tingginya resiko gagal panen. 

Perubahan tersebut harus dihadapi semua kalangan dan semua bidang. Hal ini menimbulkan efek domino pada segi ekonomi, sosial, dan krisis energi. Perubahan iklim memaksa terjadinya green and blue economy. 

Blue economy tidak sama persis dengan green economy atau ekonomi hijau. Bila green economy fokus pada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan diiringi dengan penurunan risiko kerusakan lingkungan, sedangkan blue economy lebih difokuskan pada pembangunan ekonomi yang berkelanjutan di sektor kelautan.

Blue economy didefinisikan sebagai suatu konsep yang mendorong penggunaan sumber daya laut secara berkelanjutan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, sehingga meningkatkan kesejahteraan dan lapangan pekerjaan dengan tetap menjaga kualitas ekonomi dan ekosistem laut.

Blue economy atau ekonomi biru atau merupakan konsep pembangunan ekonomi berkelanjutan yang menekankan pada pemanfaatan sumber daya laut dan pantai yang dilakukan secara bijaksana, berkelanjutan, dan bertanggung jawab.

Lautan menutupi tiga perempat dunia. Sekitar 80 persen dari semua kehidupan di bumi ini terpengaruh oleh laut. Ekonomi kelautan menyediakan mata pencaharian bagi lebih dari 10 persen populasi dunia, dengan nilai lebih dari USD1,5 triliun dengan perkiraan menjadi dua kali lipat pada 2030.

Melihat potensi tersebut, pemerintah Indonesia terus mengembangkan blue economy, mengelola ekosistem laut dan pesisir dengan baik, mencapai pemerataan ekonomi, dan meningkatkan penghidupan. Indonesia sedang melakukan itu dengan memasang tujuan ambisius untuk meminimalkan sampah di laut. 

Pengelolaan pencemaran laut merupakan permasalahan yang sangat kompleks, sehingga sinergi dalam pengawasan, penegakan hukum, dan penanganan dampaknya sangat diperlukan. Kebocoran sampah plastik laut mengancam kesehatan lingkungan dan berdampak negatif pada pembangunan blue economy. 

Sampah plastik berdampak luas dan sulit dicarikan solusinya. Semua pihak harus bertekad memerangi sampah plastik, utamanya di pantai. Dengan begitu, tekad pemerintah untuk mencapai blue economy dapat terealisasi.

Blue economy ikut menurunkan emisi karbon di dunia. Pengembangan blue economy berupa pemanfaatan sumber daya laut harus dilakukan secara berkelanjutan demi kesejahteraan masyarakat sekaligus untuk mencegah perubahan iklim.

Untuk mengembangkan blue economy penting untuk memiliki tata kelola ruang laut yang kuat dan berintegritas.

Tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan Indonesia dalam mendorong blue economy adalah pencemaran laut dengan limbah, mulai dari limbah industri, rumah tangga, hingga plastik. Indonesia bahkan dikenal sebagai salah satu negara penyumbang sampah plastik terbesar di dunia, setelah China.


Selain menurunkan sampah plastik untuk menurunkan emisi karbon, kontribusi positif lainnya adalah meningkatkan ketahanan terhadap perubahan iklim. Misalnya dengan penanaman mangrove di bibir pantai, pengurangan deforestasi, peningkatan penggunaan energi terbarukan, hingga adaptasi terhadap perubahan iklim. 

Langkah (restorasi hutan mangrove di bibir pantai) sangat efektif untuk mencegah tenggelamnya pulau akibat perubahan iklim. Hal itu karena mangrove memiliki akar yang kuat dan mampu menahan abrasi air laut.

Kebijakan blue economy bertujuan untuk mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya alam laut dan pesisir secara berkelanjutan, serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Kebijakan ekonomi biru terdiri dari lima pilar, yaitu penambahan luas kawasan konservasi laut, penangkapan ikan terukur berbasis kuota, pengembangan perikanan budi daya di laut, pesisir, dan darat yang berkelanjutan, pengawasan dan pengendalian wilayah pesisir dan pulau kecil, serta pengelolaan sampah plastik di laut.

Perubahan iklim tidak hanya menyebabkan naiknya permukaan laut, tetapi juga penurunan muka tanah. Penurunan muka tanah telah terjadi secara signifikan, yang mengancam tenggelamnya pulau-pulau.


Sumber :

https://circularsustainableeconomy.blogspot.com/search/label/Blue%20Economy?updated-max=2020-04-05T23:28:00-07:00&max-results=20&start=20&by-date=false

https://maritim.go.id/detail/dukung-blue-economy-deputi-nani-kolaborasi-multi-stakeholder-sebagai-kunci-mengatasi-pencemaran-laut

https://nusantaramaritimenews.id/analisis/blue-economy-salah-satu-upaya-mewujudkan-ekonomi-berkelanjutan/

https://metrobali.com/sampah-plastik-kendala-indonesia-terapkan-blue-economy/

https://forestinsights.id/indonesia-kembangkan-blue-economy-berkelanjutan-cegah-perubahan-iklim/

https://money.kompas.com/read/2021/08/16/121100426/indonesia-perlu-blue-economy-apa-itu-?page=all.

No comments:

Post a Comment