Pages

Saturday, February 24, 2024

Fenomena Tornado Pertama di Indonesia

Fenomena puting beliung yang muncul di Rancekek atau perbatasan Bandung-Sumedang, Jawa Barat, pada hari Rabu tanggal 21 Februari 2024 memperlihatkan atap pabrik hingga rumah-rumah warga luluh lantak.

Langit gelap dengan situasi yang mencekam. Di udara, angin berputar kencang, membesar, dan menerbangkan apa saja ke atas. Di jalan raya mobil sampai ada yang terguling dan pohon-pohon tumbang.

Tercatat sebanyak 735 keluarga dan 116 bangunan dilaporkan terdampak puting beliung. Sedikitnya 32 orang menjadi korban luka-luka. Pada siang hari cuaca cenderung panas dan normal. Sementara pada sore tiba-tiba hujan besar. Dan pola cuaca semacam ini sudah sering terjadi beberapa pekan belakangan.

Wilayah Rancaekek pada tanggal 21 Februari 2024 rusak karena terjangan pusaran angin kencang. Peneliti BRIN menyatakan fenomena di perbatasan Bandung-Sumedang tersebut bukan puting beliung, melainkan tornado pertama di Indonesia. 

Angin yang merusak Rancaekek sangat mirip dengan tornado. Angin tornado berbeda dengan puting beliung. Tornado memiliki skala kekuatan angin yang lebih kuat dengan radius dampak yang lebih luas. Puting beliung juga tidak berdurasi lama. Biasanya, puting beliung di Indonesia hanya terjadi sekitar 5-10 menit. 

Angin tornado minimal kecepatan angin mencapai 70 km/jam. Sedangkan angin puting beliung terkuat: 56 km/jam.


Ukuran diameter tornado, puting beliung dan water spout sama-sama berkisar pada ratusan meter, sedangkan ukuran diameter siklon dapat mencapai ratusan kilometer. Khusus tornado diameternya bisa mencapai ratusan meter dengan durasi 3 menit hingga lebih dari satu jam.

Puting beliung merupakan sebutan lokal untuk tornado skala kecil yang terjadi di Indonesia, dan water spout merupakan tornado yang terjadi di atas perairan, (dapat berupa danau maupun laut).


Angin puting beliung adalah angin yang berputar dengan kecepatan lebih dari 63 km/jam dan bergerak secara garis lurus dengan lama kejadian maksimum 5 menit. Angin puting beliung juga dikenal dengan istilah angin Leysus.

Angin puting beliung biasanya terjadi pada siang hari atau sore hari saat musim pancaroba. Puting beliung juga bisa disebabkan oleh curah hujan tinggi dalam kurun waktu yang cukup lama.

Sedangkan tornado adalah kolom udara yang berputar kencang dan menyentuh tanah, biasanya menempel pada dasar badai petir. Kecepatan angin tornado bisa mencapai 300 mil per jam dan alur kerusakan bisa melebihi lebar satu mil dan panjang 50 mil.


Kebanyakan tornado terjadi di tanah kurang dari 15 menit. Tornado disebut badai alam paling dahsyat yang dapat menyebabkan korban jiwa dan menghancurkan lingkungan dalam hitungan detik.

Pusaran atmosfer yang berputar ini dapat menghasilkan angin terkuat yang pernah ada di bumi. Saat tornado menghantam wilayah berpenduduk, hal tersebut dapat menyebabkan kerusakan besar dan banyak korban jiwa, terutama cedera akibat puing-puing yang beterbangan dan bangunan yang runtuh.


Ciri-ciri Puting Beliung dan Tornado

Puting beliung dan tornado memiliki gejala peristiwa yang berbeda meskipun keduanya merupakan pusaran atmosfer. Berikut perbedaan ciri-ciri puting beliung dan tornado.


Ciri-ciri puting beliung:

  • Udara terasa panas dan gerah;
  • Di langit tampak ada awan Cumulus (awan putih bergerombol yang berlapis-lapis);
  • Diantara awan Cumulus, ada satu jenis awan yang mempunyai batas tepinya sangat jelas berwarna abu-abu menjulang tinggi (secara visual seperti bunga kol);
  • Awan tiba-tiba berubah warna dari berwarna putih menjadi berwarna hitam pekat (awan Cumulonimbus);
  • Ranting pohon dan daun bergoyang ce;pat karena tertiup angin disertai angin kencang;
  • Durasi fase pembentukan awan, hingga fase awan punah berlangsung paling lama sekitar 1 jam.

Ciri-ciri tornado:

  • Terjadi perubahan pada langit yang mulanya cerah menjadi mendung dan menghitam;
  • Awan sekitar dengan cepat mengelilingi suatu wilayah;
  • Sebelum tornado melanda, angin mungkin akan mereda dan udara menjadi sangat tenang;
  • Sebelum terjadi, akan terjadi hujan es;
  • Awan puing dapat menandai lokasi terjadinya angin puting beliung meskipun corongnya tidak terlihat;
  • Tornado umumnya terjadi di dekat tepian badai petir;
  • Seringkali muncul langit cerah dan diterangi matahari di balik tornado;
  • Umumnya bergerak dari barat ke timur laut atau arah timur, tenggara, utara, dan barat laut;
  • Setelah badai tornado berlalu, suasana akan menjadi gelap dan menghitam, tetapi akan lebih tenang.

Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menegaskan fenomena puting beliung yang terjadi di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, terbentuk bukan karena perubahan iklim melainkan faktor-faktor yang bersifat lokal.


Banyak orang yang menduga bahwa tornado di Rancaekek terjadi lantaran perubahan iklim global. Benarkah kemunculan tornado di Rancaekek kemarin adalah imbas dari perubahan iklim?. 

Kecurigaan tornado Rancaekek disebabkan oleh perubahan iklim karena perubahan iklim memang dapat memengaruhi cuaca secara global, termasuk peningkatan suhu, perubahan hujan, dan variabilitas angin. Ketiga faktor itu dapat memengaruhi terbentuknya fenomena cuaca ekstrem seperti tornado.

Perubahan iklim dan aktivitas karbon manusia bertanggung jawab atas kemunculan fenomena ekstrem ini. Setiap tahun pembakaran bahan bakar fosil seperti batu bara, minyak, dan gas, melepaskan sejumlah karbon dioksida (CO2) yang besar ke atmosfer. Hal ini berdampak pada peningkatan suhu global yang dikenal sebagai pemanasan global. Pemanasan global hanyalah satu gejala dari masalah yang lebih besar, yaitu perubahan iklim. 


Para peneliti bekerja untuk lebih memahami bagaimana blok bangunan untuk tornado, ketidakstabilan atmosfer dan geser angin, merespons pemanasan global. Sangat mungkin bahwa dunia yang lebih hangat dan lebih lembab memungkinkan ketidakstabilan yang lebih sering, sementara itu juga mungkin bahwa dunia yang lebih hangat mengurangi geser angin. 

Beberapa penelitian menemukan bahwa kondisi yang menghasilkan badai petir paling parah dari mana tornado dapat terbentuk lebih mungkin terjadi ketika dunia menghangat. Perubahan iklim juga dapat menyebabkan pergeseran musiman badai petir yang parah dan daerah yang paling mungkin terkena. 

Ketika para ilmuwan meningkatkan pemahaman fisik mereka tentang proses yang menyebabkan tornado, dan ketika model iklim dijalankan pada resolusi spasial yang lebih tinggi, pemahaman tentang pengaruh perubahan iklim pada tornado akan meningkat. Demikian juga, karena catatan pengamatan meningkat dari waktu ke waktu, tren kemungkinan akan menjadi lebih jelas.


BRIN untuk meluruskan dugaan awal publik terkait pemicu puting beliung yang kini marak beredar di berbagai platform media sosial. Fenomena itu hanya local effect, bukan global effect. Terbentuknya puting beliung akibat perubahan tata guna lahan di Rancaekek.

Dahulu kawasan itu adalah perkebunan jati yang hijau yang membuat lingkungan relatif sejuk dan bersih. Sekarang daerah itu telah berubah menjadi kawasan industri dan pemukiman padat.

Industri banyak menghasilkan emisi gas rumah kaca yang mengurung panas matahari. Kondisi itu membuat Rancaekek menjadi kawasan bertekanan rendah yang mengisap uap air dari daerah sekeliling dan membentuk awan-awan besar cumulonimbus.

Pertemuan dua massa uap air dari arah timur dan barat, kemudian diperkuat dari arah selatan Samudera Hindia. Ketiga massa uap air tersebut berkumpul di Rancaekek dan menciptakan puting beliung.

Perubahan iklim adalah frekuensi kejadian ekstrem meningkat, misalnya di Rancaekek yang dahulu setahun ada tiga kali bencana menjadi enam kali bencana. Sifat perubahan iklim tidak lokal, tetapi global dengan cakupan wilayah yang sangat luas.



Sumber :

https://www.cnbcindonesia.com/tech/20240222075338-37-516597/fenomena-rancaekek-tornado-pertama-di-ri-ini-penjelasan-brin#:~:text=Ia%20menjelaskan%20tornado%20berbeda%20dengan,terjadi%20sekitar%205%2D10%20menit

https://www.cnnindonesia.com/teknologi/20240222043556-641-1065732/pakar-brin-sebut-angin-kencang-rancaekek-tornado-pertama-di-indonesia?utm_source=twitter&utm_medium=oa&utm_content=cnnindonesia&utm_campaign=cmssocmed.

https://news.detik.com/berita/d-7205871/perbedaan-puting-beliung-dan-tornado-pengertian-hingga-ciri-cirinya.

https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2024/brin-puting-beliung-di-bandung-bukan-akibat-perubahan-iklim/

https://tirto.id/benarkah-tornado-di-indonesia-disebabkan-oleh-perubahan-iklim-gWbz#google_vignette

https://www.pikiran-rakyat.com/internasional/pr-017744207/kemunculan-tornado-di-indonesia-disebabkan-oleh-perubahan-iklim-begini-penjelasannya?page=all

https://www.mongabay.co.id/2024/02/24/perubahan-iklim-lokal-pemicu-angin-puting-beliung-dan-tornado-di-rancaekek/

No comments:

Post a Comment