Sampah plastik yang tidak dibutuhkan sering dibuang di sembarang tempat, yang kemudian sebagian terakumulasi ke laut. Sampah plastik ini dapat mencemari ekosistem di laut. Selain mencemari laut, sampah plastik juga dapat mengakibatkan perubahan iklim, yaitu disebabkan oleh tingginya jumlah emisi gas CO2.
Polusi plastik laut dan perubahan iklim sangat berkaitan. Hal ini terbukti dengan tiga cara.
Pertama, produksi plastik sangat bergantung pada ekstraksi bahan bakar fosil dan konsumsi sumber daya yang terbatas.
Kedua, peristiwa iklim, seperti banjir, peningkatan cuaca ekstrim, mempengaruhi distribusi polusi plastik dan akan menyebar lebih jauh.
Ketiga, pemanasan global sendiri memiliki konsekuensi bencana yang dapat dibuktikan pada lingkungan laut, sementara dampak polusi plastik juga membuktikan sangat berbahaya bagi spesies dan ekosistem. Banyak satwa laut mati karena makan sampah plastik. Paling sering tersiar, hewan langka penyu.
Dari proses produksi, konsumsi, hingga pembuangannya menghasilkan emisi karbon yang tinggi sehingga berkontribusi terhadap perubahan iklim karena kondisi bumi semakin memanas. Semakin tinggi emisi karbon yang dihasilkan, maka semakin tinggi konsentrasi gas-gas rumah kaca yang ada di atmosfer.
Kantong plastik adalah salah satu penyebab utama perubahan iklim. Karena, sejak proses produksi hingga tahap pembuangan dan pengelolaan, sampah plastik menimbulkan emisi banyak gas rumah kaca ke atmosfer.
Plastik terbuat dari minyak bumi dengan proses mengubah komponen minyak bumi menjadi molekul kecil yang disebut monomer. Kegiatan memproduksi plastik membutuhkan sekitar 12 juta barel bahan baku minyak.
Untuk mengubah minyak bumi menjadi monomer digunakan cara pembakaran. Dari metode inilah banyak gas rumah kaca menghasilkan emisi ke atmosfer.
Plastik terbuat dari minyak bumi yang diambil dari perut bumi lalu diolah menjadi turunan minyak dan gas bumi serta nafta yang merupakan bahan baku plastik. Nafta diolah menjadi pelet atau resin plastik.
Proses ini membutuhkan energi yang besar sehingga menghasilkan emisi karbon yang sangat besar yaitu 1.781 juta metric ton CO2.
Kemudian pelet diolah dan dicetak menjadi produk plastik seperti botol plastik. Proses ini membutuhkan suhu tinggi dari pembakaran batu bara yang kira dapat menghasilkan emisi karbon sebesar 535 juta metric ton CO2.
Diperkirakan 500 juta hingga satu miliar kantong plastik digunakan di dunia tiap tahunnya. Jika sampah-sampah ini dibentangkan, dapat membungkus permukaan bumi setidaknya hingga 10 kali lipat.
Di alam, sampah plastik berbahan konvensional dari polimer sintetik tidak mudah terurai oleh organisme. Dibutuhkan waktu 300-500 tahun agar bisa terdekomposisi atau terurai sempurna. Sebuah waktu yang sangat lama. Akibatnya, di banyak tempat, plastik menjadi sumber masalah. Menyumbat saluran air, tanggul, sehingga mengakibatkan banjir.
Polusi plastik adalah masalah global. Sebuah penelitian memprediksi 710 juta ton plastik akan mencemari lingkungan pada 2040. Plastik ditemukan di seluruh lautan, danau, sungai, tanah, sedimen, atmosfer, hingga biomassa hewan imbas pertumbuhan industri dan ekonomi yang mengabaikan limbah.
Diperkirakan sekitar 8 juta ton makroplastik dan 1,5 ton mikroplastik primer mencemari lautan setiap tahun. Sehingga, jika produksi plastik dan timbunan limbah terus tumbuh dengan angka tersebut, maka diproyeksikan polusi meningkat menjadi lebih dari dua kali lipat pada 2050.
Tindakan global yang terkoordinasi diperlukan untuk menghindari tumpukan plastik yang lebih besar dari perkiraan 710 juta metrik ton pada tahun 2040.
Sumber :
http://www.taufanyanuar.com/2021/10/plastik-dapat-mempengaruhi-perubahan.html
http://www.taufanyanuar.com/2008/02/selamatkan-bumi-dari-plastik.html
https://circularsustainableeconomy.blogspot.com/2022/06/plastik-dan-perubahan-iklim.html
https://circularsustainableeconomy.blogspot.com/2023/07/tahun-2040-sampah-plastik-akan-menumpuk.html
https://www.mongabay.co.id/2023/06/02/sampah-plastik-dan-perubahan-iklim-seperti-apa/
https://zerowaste.id/zero-waste-lifestyle/bagaimana-plastik-berpengaruh-pada-perubahan-iklim/
No comments:
Post a Comment