Minggu, 20 Januari 2019 10:44 WIB
Sampah dari pendaki Gunung Everest atau Qomolangma dalam Bahasa Tibet yang dibersihkan dari sisi Tibet hingga sisi Nepal pada April--Mei 2018 mencapai sekira 8,5 ton. Gunung Qomolangma, Tibet, sangat membutuhkan para pengumpul sampah. Berton-ton sampah ditinggalkan di puncak gunung terkenal yang makin banyak dikunjungi orang itu.
Musim pendakian bermula pada akhir Maret dan berakhir pada akhir Mei. Ketika musim pendakian berakhir, upaya pembersihan akan dilakukan di seluruh area di atas 5.100 meter.
Memungut sampah di Qomolangma bukanlah pekerjaan mudah, dan membutuhkan dua hingga tiga tahun pelatihan dan penyesuaian menurut Cering Dandar, seorang pendaki gunung dan pemandu legendaris.
"Ini mungkin terdengar kejam, tetapi hanya mengambil satu tarikan cincin di ketinggian lebih dari 7.000 meter bisa menjadi masalah hidup atau mati!," kata pendaki elite berusia 32 tahun itu.
Dia pernah menghabiskan sepanjang hari menggeliat dengan hati-hati di es hanya untuk mengambil dua tangki oksigen dan kantong kue plastik. Jatuh ke salah satu celah gunung yang tampaknya tak berdasar telah menjadi mimpi terburuknya.
Cering perjalanan hidupnya cukup epik. Meninggalkan rumah pada usia 18 tahun, ia menjadi salah satu pemandu pendakian pertama Tibet di China dan telah mendaki puncak tertinggi tujuh benua, juga mendaki ke kutub Utara dan Selatan, seluruhnya dalam waktu kurang dari lima tahun.
Dia memiliki gelar master di bidang media dan komunikasi, dan menjadi juru kamera ketika obor Olimpiade Beijing mencapai puncak Qomolangma pada 2008. Dia telah ke puncak Qomolangma empat kali.
Cering muda pertama kali mengetahui keberadaan sampah-sampah yang berserakan di sepanjang jalur gunung pada pendakian pertamanya tahun 2006.
"Kaleng, Cokelat, tangki oksigen, tenda dan kantong tidur. Warna mereka tidak cocok di sini, di mana semuanya harus putih dan biru," katanya.
Sekarang pendaki sukses itu kembali ke tempat semuanya bermula, tetapi kali ini untuk melindungi si gunung raksasa.
Tempat sampah tertinggi di dunia
Tahun 2018, Cering menjadi anggota pendiri pasukan lingkungan Gunung Qomolangma, tim yang sudah tiga kali melakukan pembersihan besar pada ketinggian di atas 5.200 meter di base camp di wajah utara gunung.
Kali ini mereka mengumpulkan lebih dari 5.000 kilogram (kg) sampah makanan, 1.000 kg peralatan pendakian yang tertinggal, dan lebih dari 2.000 kg kotoran manusia dari hanya tiga kakus.
Tahun depan, mereka harus melakukannya lagi karena jumlah sampah domestik yang sama akan dihasilkan di kamp.
Hampir tidak mungkin untuk membersihkan semua sampah di gunung itu. Beberapa di antaranya tidak terjangkau, sementara sisanya harus dikumpulkan oleh pemungut dan dimasukkan ke dalam dua wadah besar di kamp. Ekspedisi tunggal pembersihan sampah bisa memakan waktu delapan jam.
Sampah-sampah yang dikumpulkan harus ditangani 100 kilometer dari sana, dan satu-satunya jalan adalah jalur zig-zag yang menawarkan sedikit perlindungan. Bukan truk, tapi sapi yak yang biasanya melakukan perjalanan untuk membawa sampah.
Bahaya di ketinggian
Longsoran salju, badai salju, penyakit ketinggian membuat pekerjaan di Qomolangma mungkin merupakan salah satu pekerjaan paling berbahaya di dunia.
Pasukan lingkungan gunung yang beranggotakan 30 orang, sebagian besar pemandu atau petugas penghubung dari asosiasi pendaki. Dondrup adalah satu dari hanya tiga warga setempat dalam tim itu.
Mereka bertiga mengambil sampah di base camp pada ketinggian antara 5.200 meter dan 6.500 meter. Di luar musim pendakian, Dondrup adalah seorang dokter di Desa Tosanglin di kaki gunung, tetapi selama tiga tahun telah bekerja sebagai pengumpul sampah selama musim pendakian.
"Kami banyak berjalan. Seorang pekerja hanya mengumpulkan 10 kilogram sampah setiap hari," kata pria berusia 30 tahun itu, yang bergaji 4.500 yuan (sekitar Rp10 juta), tidak besar dibandingkan dengan gaji warga desa yang bekerja di sektor lain.
"Aku tidak melakukannya demi uang. Keluargaku telah tinggal di sini selama beberapa generasi. Adalah tugas saya untuk melindungi gunung ini," katanya lalu menambahkan, "Banyak turis dan pendaki datang dan meninggalkan banyak hal. Kita harus bekerja keras untuk mengimbanginya."
Dari ketinggian 6.500 meter, hanya pendaki gunung profesional seperti Cering yang dapat melakukan pekerjaan itu. Dan ketinggian di atas 7.000 meter adalah zona kematian, di mana bahkan pendaki profesional pun menghadapi keterbatasan fisik. Setiap gerakan yang tidak perlu berisiko dan dapat menyebabkan kematian.
Mencapai ketinggian 8.000 meter, bahkan pemandu menyarankan pendaki meninggalkan peralatan mereka, seperti tangki oksigen yang masing-masing beratnya sekitar 2 kg.
Penma Trinley, wakil direktur Asosiasi Pendakian Gunung Tibet, mengatakan bahwa sampah yang dibuang di gunung dalam satu tahun biasanya dibawa turun gunung pada tahun berikutnya sehingga keselamatan dipertahankan sebagai prioritas utama.
Menjaga gunung suci
Sejak tahun lalu, pekerjaan pembersihan Qomolangma menjadi lebih terorganisir. Sampah domestik diklasifikasikan sebagai dapat didaur ulang dan tidak dapat didaur ulang, dan diserahkan kepada administrasi cagar alam Qomolangma.
Peralatan yang terbengkalai dibawa kembali ke Lhasa untuk dilelang atau diubah menjadi karya seni.
Biro olahraga regional Tibet memberikan dua karung sampah kepada masing-masing tim pendakian. Setiap orang yang turun gunung perlu membawa setidaknya delapan kilogram sampah. Jika beratnya kurang dari jumlah itu, mereka didenda.
Sukarelawan dan pendaki amatir, meskipun sering menderita penyakit ketinggian, juga melakukan bagian mereka, mengambil botol dan kantong plastik jika memungkinkan.
Dan melindungi gunung suci itu bukan hanya meliputi pemungutan sampah saja. Undang-undang baru telah diberlakukan di Gunung Qomolangma untuk melestarikan lingkungan di sekitar gunung. Disiplin baru telah ditetapkan untuk pendakian gunung, pariwisata, eksplorasi ilmiah dan proyek rekayasa.
Undang-undang melarang penebangan pohon, penggembalaan, perburuan, serta pengumpulan dan perusakan rumput di area gunung. Mereka yang melanggar aturan dikenai hukuman pidana.
Tim pembersihan juga akan dibentuk di Gunung Qowowuyag dan Gunung Shishabangma, yang tingginya lebih dari 8.000 meter.
"Di Tibet, kami memiliki langit paling biru dan gunung-gunung tertinggi," kata Cering. "Jika aku bisa memilih lagi, aku masih akan memilih menjadi penjaga gunung suci," kata Cering sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua.
Sumber :
https://www.antaranews.com/berita/789572/mengumpulkan-sampah-di-atap-dunia
No comments:
Post a Comment