4 Bahaya Penggunaan Styrofoam yang Wajib Diketahui
16 Mei 2018
Gaya hidup modern membuat segalanya menjadi lebih praktis, termasuk dalam urusan kuliner. Dahulu, pengusaha kuliner hanya menggunakan alat saji berupa piring, mangkuk, dan sejenisnya untuk menyajikan masakan mereka. Pelanggan yang memesan makanan untuk dibawa pulang, biasanya akan membawa wadah sendiri atau menggunakan kemasan plastik tahan panas. Sayangnya, kemasan plastik tahan panas harganya lebih mahal, sehinga mempengaruhi harga jual makanan.
Hal ini membuat banyak pengusaha kuliner beralih menggunakan styrofoam. Kemasan yang berwarna putih dan tersedia dalam beberapa ukuran ini memang sangat praktis. Tidak hanya untuk pesanan yang dibawa pulang, bahkan untuk pesanan yang makan di tempat saja, pedagang lebih memilih styrofoam. Alasannya, karena tidak perlu mencuci piring lagi, sehingga menghemat waktu dan tenaga. Selain itu, harganya jauh lebih murah dibanding kemasan lain.
Akan tetapi, tahukah Anda bahwa kemasan styrofoam yang biasa digunakan pedagang kuliner itu ternyata mengandung zat-zat yang berbahaya bagi kesehatan? Seorang pakar persampahan dari Institut Teknologi Bandung, Enri Damanhuri, mengatakan bahwa styrofoam tidak hanya membahayakan bagi kesehatan, namun juga bagi lingkungan. Berikut ini bahaya styrofoam yang wajib Anda ketahui:
1. Bahan Styrofoam Mengandung Benzena
Benzena adalah salah satu zat yang dihasilkan dari bahan bakar minyak dan sangat tidak disarankan digunakan sebagai bahan kemasan. Badan Kesehatan Dunia (WHO) bahkan sudah melarang penggunaan styrofoam sebagai kemasan makanan. Pasalnya, benzena ini merupakan zat yang bisa menyebabkan kanker. Ketika styrofoam diisi dengan makanan atau minuman panas, benzoat akan keluar dan membaur bersama makanan dan minuman tersebut. Seram, kan? Makanya, mulai sekarang beralihlah ke kemasan yang food grade. Anda tentu ingin hidup lebih sehat dan terhindar dari kanker.
2. Styrofoam mengandung Stirena
Stirena adalah zat pencetus kanker yang terdapat dalam kandungan material styrofoam. Zat ini akan meleleh bersama panas makanan atau minuman yang menggunakan styrofoam. Akibat yang ditimbulkan dari zat ini adalah kerusakan sumsum tulang belakang, gangguan fungsi kelenjar tiroid, dan mengganggu sistem produksi sel darah merah sehingga menyebakan anemia.
3. Sulit Didaur Ulang
Sebenarnya, sampah styrofoam bisa didaur ulang, tetapi proses daur ulangnya tidak bisa maksimal. Partikel pecahannya akan tetap menyebar dan mengotori udara. Ini karena sifatnya yang microplastic, sehingga pecahan styrofoam menjadi tidak kasat mata. Jika pecahan ini sampai ke lautan dan mencemari ikan-ikan yang bisa dikonsumsi masyarakat, kesehatan masyarakat bisa terganggu.
4. Sampah kemasannya sulit terurai
Sampah adalah penyebab utama terjadinya banjir di Indonesia, khususnya di kota-kota besar seperti Jakarta, Bandung, dan kota lainnya. Di antara tumpukan sampah-sampah tersebut, pemerintah mendapati bahwa sampah kemasanlah yang paling banyak ditemukan. Bahkan, sebuah penelitian di Bandung yang dilakukan oleh Fakultas Teknik Jurusan Teknik Lingkungan tahun 2011 silam mendapati bahwa sampah styrofoam mencapai 27 ton setiap bulannya. Jumlah sebanyak ini akan membahayakan lingkungan, sebab styrofoam tidak mudah terurai.
Menurut penelitian para ahli, styrofoam baru hancur setelah 500 tahun. Bayangkan, berapa banyak sampah styrofoam yang menumpuk pada zaman anak cucu Anda nanti, jika pemakaian styrofoam tidak dihentikan. Mulai sekarang, beralihlah perlahan ke kemasan lain yang lebih ramah lingkungan serta lolos uji food grade. Jangan pertaruhkan kesehatan Anda hanya karena iming-iming harga yang lebih murah.
Sumber :
https://cimahikota.go.id/index.php/artikel/detail/938-4-bahaya-penggunaan-styrofoam--yang-wajib-diketahui
No comments:
Post a Comment