Pages

Friday, March 15, 2024

Banjir Melanda Kota Semarang

Dampak Perubahan Iklim yang Kian Nyata.

Kota Semarang, yang dikenal sebagai salah satu pusat bisnis dan budaya di Indonesia, telah menjadi saksi dari peristiwa banjir yang menghancurkan kemarin. Banjir tersebut bukanlah kejadian pertama kali, tetapi kali ini, para ilmuwan dan pakar lingkungan semakin yakin bahwa perubahan iklim berperan dalam meningkatnya frekuensi dan intensitas bencana alam seperti banjir.

Kondisi Banjir Terbaru di Kota Semarang.

Hujan deras yang terjadi dalam beberapa hari terakhir telah menyebabkan Sungai Banjir Kanal Timur (BKT) meluap, membanjiri sebagian besar wilayah kota. Warga setempat dilanda kepanikan, banyak yang terpaksa mengungsi karena rumah mereka terendam air. Fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, dan jalan raya pun tergenang, mengakibatkan gangguan besar dalam aktivitas keseharian.

Hujan lebat yang mengguyur Kota Semarang, hingga Kamis, 14 Maret 2024, dini hari menyebabkan banjir di sejumlah titik atau lokasi. Terdapat 47 lokasi atau titik genangan banjir di Kota Semarang, Jawa Tengah, hingga Kamis dini hari dampak hujan lebat yang terus mengguyur wilayah tersebut.

Ketinggian air di akses jalan raya bervariasi mulai dari 20 cm hingga 50 cm. Tak jarang, ada pengemudi yang memilih jalan memutar atau menepi sejenak daripada menerabas genangan air yang berpotensi menyebabkan motor mogok.


Kaitan dengan Perubahan Iklim.

Perubahan iklim, yang disebabkan oleh peningkatan emisi gas rumah kaca akibat aktivitas manusia, telah menjadi isu global yang mendesak. Salah satu dampak paling nyata dari perubahan iklim adalah pola cuaca yang ekstrem, termasuk hujan yang lebih intens dan banjir yang lebih sering terjadi.

Penyebab banjir yang hampir merata di seluruh wilayah Kota Semarang, Jawa Tengah, disebabkan perubahan iklim global yang memicu intenstias hujan dengan lebat. Perubahan iklim juga memicu meningkatnya frekuensi banjir rob.

Permukaan air laut bisa meningkat karena adanya pemanasan global yang terjadi selama ini. Itu menyebabkan meningkatnya permukaan air laut karena adanya pencairan es di kutub. Meskipun dalam jangka pendek penurunannya kecil. Tapi dalam jangka panjang itu makin besar.


Peningkatan Curah Hujan:.

Para ilmuwan telah lama memperingatkan bahwa perubahan iklim akan menyebabkan peningkatan suhu global, yang pada gilirannya akan meningkatkan penguapan air dari permukaan laut. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan curah hujan, seperti yang terjadi dalam kejadian banjir di Kota Semarang.


Kenaikan Permukaan Air Laut:.

Indonesia, sebagai negara kepulauan, rentan terhadap kenaikan permukaan air laut. Hal ini dapat mengakibatkan peningkatan intrusi air laut ke daerah pesisir, yang pada akhirnya mempengaruhi drainase alami kota-kota seperti Semarang. Banjir dapat terjadi lebih sering dan lebih parah sebagai akibat dari fenomena ini.

Pantai utara Pulau Jawa memang sedang mengalami penurunan permukaan tanah dengan laju yang jauh lebih besar dari sebelumnya. Beberapa ilmuwan memprediksi bahwa tahun 2025 sebagian besar garis pantai Pulau Jawa akan tenggelam ditelan Laut Jawa.

Menurut data resmi pemerintah, lebih dari 8.000 hektare tanah di pantai utara sekarang sudah digenangi air dan Semarang merupakan salah satu dari daerah yang paling terdampak dengan hampir 2.000 hektare kini tergenang air.


Penurunan Tanah.

Dampak penurunan tanah di Semarang dapat dilihat dari meluasnya areal banjir, retak-retak pada bangunan dan infrastruktur, serta intrusi air laut yang semakin jauh ke dalam daratan. Ia juga membawa pengaruh buruk pada mutu dan kenyamanan lingkungan hidup dan kehidupan di daerah yang terdampak.

Kerugian ekonomi dari kenaikan permukaan air laut serta penurunan tanah yang luar biasa tentu sebentar lagi takkan tertahankan. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi bahwa Indonesia akan mengalami kerugian lebih dari Rp544 triliun akibat perubahan iklim antara tahun 2020 dan 2024.


Degradasi Lingkungan:. 

Selain itu, aktivitas manusia seperti deforestasi dan perubahan tata guna lahan juga berkontribusi terhadap meningkatnya risiko banjir. Tanah yang terlalu banyak terbangun atau yang telah rusak akibat aktivitas manusia memiliki kemampuan penyerapan air yang lebih rendah, meningkatkan aliran permukaan air dan risiko banjir.


Tindakan yang Dapat Dilakukan.

Menghadapi ancaman banjir yang semakin meningkat, tindakan pencegahan dan mitigasi harus segera dilakukan. Beberapa langkah yang dapat diambil antara lain:


Pengelolaan Air yang Lebih Baik:. 

Pemerintah dan masyarakat perlu bekerja sama untuk meningkatkan sistem drainase dan pengelolaan air yang lebih baik. Pembangunan tanggul, saluran air yang lebih besar, dan penanaman pohon di sekitar sungai-sungai dapat membantu mengurangi risiko banjir.

Ada empat poin penanganan banjir di Kota Semarang, selain teknis sistem polder dan normalisasi sungai, yakni pemerintah setempat harus melakukan penertiban Izin pengambilan air bawah tanah (ABT). 

Perlu adanya penegakan hukum yang melanggar pengambilan air bawah tanah. 

Dari riset memang penurunan permukaan tanah di Semarang sangat cepat. Hal itu disebabkan pengambilan air tanah untuk konsumsi rumah tangga, dan industri yang tidak terkontrol. Hal ini memicu banjir yang lebih cepat di wilayah Semarang bagian bawah.

Cara untuk mengurangi penurunan tanah. Dengan memasukkan air hujan ke dalam tanah. Artinya memperbanyak resapan air tanah.   


Pendidikan dan Kesadaran Lingkungan:. 

Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan dan mengurangi emisi gas rumah kaca dapat membantu mengurangi dampak perubahan iklim. Pendidikan tentang pengelolaan sampah, penghijauan kota, dan penggunaan energi terbarukan dapat menjadi langkah awal yang signifikan.

Pemerintah mengimbau kepada masyarakat untuk meningkatkan kesadaran lingkungan dengan tidak membuang sampah sembarangan, terutama di sungai atau aliran air, mengingat saat ini telah memasuki musim hujan.

Pemerintah mengajak masyarakat untuk tidak sembarangan membuang sampah ke sungai, menyampaikan kekhawatiran bahwa tindakan semacam itu dapat menyebabkan genangan air dan menghambat kinerja pompa pengendali banjir.


Kebijakan Penanganan Bencana yang Terkoordinasi:. 

Pemerintah perlu mengimplementasikan kebijakan yang komprehensif dalam menangani bencana alam, termasuk banjir. Ini melibatkan koordinasi antara berbagai instansi pemerintah, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat sipil untuk memastikan respons yang cepat dan efektif saat bencana terjadi.

Adapun mitigasi yang dilakukan pemerintah setempat ketika banjir rob melanda permukiman masyarakat adalah membersihkan saluran drainase dan sampah akibat dari air pasang surut laut tersebut. 


Banjir yang melanda Kota Semarang kemarin adalah pengingat nyata akan urgensi perubahan iklim dan perlunya tindakan segera untuk menghadapinya. Dengan upaya bersama dari pemerintah, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya, kita dapat membangun lingkungan yang lebih tangguh dan berkelanjutan untuk generasi yang akan datang.


Sumber :

https://jateng.solopos.com/daftar-titik-genangan-banjir-di-kota-semarang-1881988

https://jateng.solopos.com/bmkg-ungkap-penyebab-banjir-di-semarang-ternyata-karena-faktor-ini-1513558

https://www.voaindonesia.com/a/ancaman-perubahan-iklim-dan-banjir-rob-terhadap-anak-anak-pesisir/7118925.html

https://www.ekuatorial.com/2023/01/laut-seperti-menelan-kami-penurunan-tanah-kenaikan-permukaan-laut-ancam-buruh-di-semarang/

https://nyalanusantara.com/read/ragam-nusantara/85/antisipasi-banjir-wali-kota-semarang-ajak-masyarakat-tingkatkan-kesadaran-lingkungan-di-musim-hujan

https://semarangkota.go.id/p/5448/antisipasi_banjir,_masyarakat_diminta_tak_membuang_sampah_di_sungai

https://www.kompas.id/baca/nusantara/2021/02/17/penanganan-banjir-di-semarang-jangan-bertumpu-pada-infrastruktur-teknis

https://semarangkota.go.id/p/2224/pemkot_semarang_diminta_tegas_tegakkan_hukum_pengambilan_air_bawah_tanah_be

No comments:

Post a Comment