Pages

Friday, August 23, 2024

Gambaran Umum Circular Economy : Bab 2.6



ENDANGER SPECIES

Disebutkan oleh International Union for Conservation of Nature (IUCN) bahwa Komodo yang sebelumnya memiliki status sebagai hewan yang rentan sekarang masuk ke dalam daftar merah sebagai hewan terancam punah atau endanger species.

Perubahan iklim dan aktivitas manusia disebut sebagai penyebabnya. Yaitu naiknya suhu dan permukaan air laut, yang diprediksi bisa mengurangi sampai 30% habitat komodo dalam 45 tahun ke depan.

Lingkungan atau habitat komodo di dataran rendah, dari 0 derajat di garis pantai sampai di daerah dengan ketinggian 800 meter di atas permukaan laut. Sementara, jarak garis pantai ke pusat pulau cenderung lebih dekat di pulau-pulau kecil, dibandingkan dengan jarak garis pantai ke pusat pulau yang lebih besar. 

Sebagian besar komodo hidup di tempat sekitar 7 kilometer dari garis pantai ke pusat pulau. Berdasarkan data publikasi ilmiah, bahwa populasi komodo selama ini sekitar 2.500 individu.

Namun perlu diingat bahwa kaitannya dengan pemanasan global yang bisa mempengaruhi komodo, bukan hanya komodo saja yang terancam, tetapi ada banyak fauna lain, bahkan juga manusia. Diantaranya fauna di Indonesia yang terancam punah adalah Orangutan di Borneo atau Kalimantan, jumlahnya saat ini hanya tersisa sekitar 55 ribu individu saja. Banyak di antaranya yang hidup di pulau Kalimantan dan 200 lainnya di Sumatera.

Komodo di pulau Komodo, tahun 2017, jumlahnya hanya sekitar 3.012 ekor saja.

Penyu di pulau Tanjung Benoa-Bali, Kepulauan Seribu, dan Lombok. 

Tarsius tarsier di Sulawesi, memiliki ciri bertubuh kecil berwarna coklat dengan mata besar, dan senang bergelantungan di ranting pohon mirip seperti koala. 

Harimau Sumatera, jumlah sub spesies harimau Sumatera hanya sekitar 300-400 saja yang hidup di alam bebas, sehingga populasinya diperkirakan akan musnah pada 2050 jika dibiarkan.

Badak bercula satu, dapat ditemui di Taman Nasional Badak daerah Ujung Kulon, Banten, jumlah saat ini hanya tersisa 50-60 ekor saja.

Burung cenderawasih, merupakan satwa khas Papua tepatnya di Isio, Jalan Korea, dan Gantebang yang berada di distrik Nimbokrang, Kabupaten Jayapura.

Anoa, diberi julukan sapiutan yang artinya sapi yang hidup di hutan, yang memiliki sepasang tanduk yang menyerupai banteng, saat ini populasi hanya tersisa sekitar 2.469 ekor saja.

Burung maleo di Sulawesi, tepatnya di Gorontalo, dimana saat ini hanya sekitar 10.000 ekor.

Merak di Jawa dan Sumatera, selain itu juga dapat ditemui di Malaysia dan India dengan corak yang berbeda.

Pada pertengahan bulan September 2021, terjadi fenomena yang janggal, yaitu ditemukan banyak burung berjatuhan pasca hujan turun. Beberapa ahli menyebutkan bahwa kasus tersebut dapat menjadi indikator early warning atau peringatan dini adanya perubahan lingkungan.

Diduga hujan besar yang turun di wilayah tersebut membawa kandungan asam. Secara umum air hujan yang turun jika diukur pH-nya yang normal di kisaran 7 yang basa lebih 7 dan yang asam kurang 7. Hujan asam memiliki kandungan pH 5 atau dibawahnya. Hujan asam dapat terjadi karena adanya pengaruh emisi gas pencemar seperti kendaraan hingga pabrik.

Namun hal ini masih perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut secara teliti dan intensif.

Peristiwa pertama adalah saat ribuan burung berjenis pipit berjatuhan di Desa Pering, Kecamatan Blahbatuh, Gianyar, Bali pada hari Kamis tanggal 9 September 2021. Kemudian kasus serupa terjadi di Balai Kota Cirebon, pada hari Selasa tanggal 14 September 2021.

Perbedaannya antara fenomena di Bali dengan Cirebon adalah bahwa burung yang berjatuhan di Cirebon dikabarkan tidak semua dalam kondisi mati.

Lebih dari 1 dasawarsa, tepatnya pada tahun 2009, Prof. Dr.Kusnoto Supranianondo,MS.,Drh, guru besar FKH Unair, menjelaskan, bahwa pemanasan global yang melanda bumi tidak hanya berdampak pada keseimbangan iklim saja namun juga memberi pengaruh pada ternak. 

Menurut laporan dari World Wide Fund, akibat dampak buruk perubahan iklim, burung terancam punah hingga 72%. Tingginya angka ancaman kepunahan pada burung ini bisa mengakibatkan putusnya rantai makanan pada ekosistem hewan sehingga bisa menurunkan produktivitas ternak.

Ketika suhu atmosfer bumi semakin memanas, kondisi fisiologis satwa atau ternak akan terganggu karena sistem pertahanan tubuhnya menurun. 

Populasi ternak di Indonesia yang saat ini mengalami perubahan cukup drastis. Ternak ruminansia mengalami penurunan, dari 78% menjadi 42%. Sedangkan untuk ternak non ruminansia mengalami penurunan sebanyak 3%, dari 9% menjadi 6%.

Sunday, August 11, 2024

Investing in Blue Economy

I'd like to ask you to take a leap of faith for a moment and imagine a world where affordable aquaculture feeds communities all across the globe and takes pressure off of the wild fish population without emptying waste and pollutants into the environment I'd like you to imagine clean global Shipping where there are no CO2 emissions and invasive species are not carried from one port to another and imagine a world also where ocean 

Plastics are not likely to become more numerous than fish in the sea this is the promise of Blue Tech Innovation and this is what I want to talk to you about today yes we need research and education and advocacy and wise leaders and policy we need all of these things we need more of them we need them to be better funded and better coordinated but this is not enough if you look at historic challenges to humanity and the planet you'll see that there's another ingredient to finding a solution how did we beat polio how did we increase agricultural yields and how did we address sanitation in the face of growing population density in urban centers 

I would say the answer to all of those is at least in part Innovation I know that Innovation can go awry we have many examples of that too but well-researched designed and implemented innovation has been the answer to many problems and has also opened up many many opportunities why do I care about this well from the first time I put on a snorkeling mask and peered under the water surface I have loved the ocean 

I've also been awestruck truly by the power and the scope of the sea I spent the first half of my career in the Biotech Industry using Innovation to tackle brutal challenges to human health and that was very rewarding but I always came back to the ocean and when in my 30s I visited the Baltic Sea and was not allowed to cross the high tide line because the ocean had become a victim of heavy metal contamination 

I realized that what I loved was under threat I was honestly heartbroken overwhelmed with grief with disbelief and in the end just outraged the question was what to do about it and honestly it took me way too long to figure that out time is of the essence here but I digress moving on the important point is that the ocean is not just a victim it is a resilient Treasure Trove of opportunity and value it's not just a carbon sink or a climate modifier it is a source of protein it's an economic engine and it's a storehouse of Therapeutics and reagents that haven't been discovered yet seeing Innovation as a key to Healing the ocean and allowing us to use the ocean's resources sustainably is a critical thing for us to keep in mind and the time for Blue Tech Innovation is now this is for at least two reasons one the window for impact is closing let me say that again the window for impact is closing the faster and further the ocean and the atmosphere change the harder it will be to turn that around and the harder it will be for the planet to adapt secondly the opportunity is immense and investable today 

Tech is poised to transform ocean-related industry regulatory pressure is growing and economics not just regulations in ESG are driving change and adoption Blue Tech today is like biotech was in the 1970s and relevant Innovation is everywhere it's in labs in our backyard and across the globe it's in adjacent industry where technologies have been developed and in many cases largely de-risked and it's in brand new business models let me give you some examples in shipping where an estimated one trillion dollars will need to be spent to meet the international 

Maritime organization's 2050 decarbonization goals we see incredible innovation in digitization for efficiency and alternative sources of energy in aquaculture we see sensors and robots and AI also driving improved economics in renewable energy and I'm going to talk particularly about offshore wind which is expected to be a one trillion dollar market in 2040 we see new supply chain 

Innovation and new technologies that are facilitating installation and also will facilitate long-term operation in coastal resilience where climate change is expected to drive a trillion dollars in annual expenses annual cost by 2050. we see new bio attractive materials that can Shore up coastal areas building Wetlands rather than diminishing them in plastic avoidance we see biodegradable biomaterials and also new business models that can support a truly circular economy and in blue carbon where carbon credit markets are expected to reach 50 billion dollars 2050 all of these numbers being somewhat round but we see evolving tools and methodologies for measuring carbon absorption and sequestration in order to support legitimate blue carbon credit markets so what is the problem in my opinion it's a matter of awareness of mindset and of determination we have not committed ourselves to fixing these problems and going after the opportunities startups in the blue economy are dying from lack of capacity building programs from lack of mature Innovation ecosystems mentoring and access to Industry human capital and very importantly Financial Capital we have got to fix this and we can the funds are out there we just need to put them to work we have got to create an environment in which the best and the brightest Minds choose to solve the biggest problems of our time rather than go to 

I won't say HubSpot Facebook or Wall Street for example and the way we're going to accomplish this is by giving these folks confidence that they will be able to access the resources they need to be successful these are resources to catalyze to build and to invest let me say a little bit more about what I mean when I say each of these words to catalyze 

We need Regional Blue Tech ecosystems that connect to other efforts and Facilities across the country and across the globe ecosystems that bring scientific Founders together with experienced Business Leaders and provide opportunities for collaboration and networking what I mean by build is we need incubators accelerators and Venture Studios that support Founders as they test product Market fit develop viable business models and build their teams we need programs that facilitate pilot testing and introduce startup companies to Industry and to government where they can find customers and partners and to invest we need individuals family offices foundations funds and Industry to bring their capital and their expertise all of this is essential for companies to scale for impact and financial returns and this Trifecta of resources is taking off but we need more of it and we need it today so to make this burgeoning movement just a little more tangible and give you a sense of the range of opportunities 

I'm talking about I'd like to share with you just a few companies that represent hundreds of others who are similarly going after positive impact on the oceans and also returns for investors I'd like to talk about biofin biofin is at the intersection of Biotech and blue Tech they're using nanoencapsulation technology to protect the most valuable and in many cases least stable elements of fish feed and to assure optimal absorption in the fish gut you may ask why is this important less cost less waste and healthier fish when when oceanium is biorefining seaweed in order to develop products that can be used in nutraceuticals Pharmaceuticals human food livestock and new materials for packaging and in the process they're driving much more seaweed farming with all of its benefits for the environment and society and Vinci is using a virtual reality to provide Equitable access to jobs and training in the blue economy and Beyond again win win win each one of these companies and hundreds of others like them would benefit from having access to the expertise and experience in this room and each one of these companies and hundreds of others like them need Capital to grow and have impact at scale 

so I hope I have intrigued you whether you're a startup a company Builder or an investor if you want to learn more please reach out if you want to engage dive in the time is now the threats are real but the opportunities are almost infinite and no matter where you're coming from and what you're bringing to the table you can make a difference thank you

--

Saya ingin meminta Anda untuk mengambil lompatan keyakinan sejenak dan membayangkan sebuah dunia di mana akuakultur yang terjangkau dapat memberi makan masyarakat di seluruh dunia dan mengurangi tekanan pada populasi ikan liar tanpa membuang limbah dan polutan ke lingkungan. Saya ingin Anda membayangkan pelayaran global yang bersih dimana tidak ada emisi CO2 dan tidak ada spesies invasif yang dibawa dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya dan bayangkan sebuah dunia yang juga dimana lautan

Jumlah plastik kemungkinan besar tidak akan lebih banyak dibandingkan jumlah ikan di laut. Inilah janji dari Blue Tech Innovation dan inilah yang ingin saya bicarakan dengan Anda hari ini. Ya, kita memerlukan penelitian, pendidikan, dan advokasi, serta pemimpin dan kebijakan yang bijaksana, kita semua memerlukannya. hal-hal ini kita membutuhkan lebih banyak hal-hal tersebut kita membutuhkan pendanaan yang lebih baik dan koordinasi yang lebih baik, namun hal ini tidak cukup jika kita melihat tantangan-tantangan bersejarah yang dihadapi umat manusia dan planet bumi, kita akan melihat bahwa ada unsur lain dalam menemukan solusi bagaimana kita mengalahkan polio bagaimana kita meningkatkan hasil pertanian dan bagaimana kita mengatasi sanitasi dalam menghadapi peningkatan kepadatan penduduk di pusat-pusat perkotaan

Menurut saya, jawaban terhadap semua hal di atas adalah setidaknya sebagian dari Inovasi. Saya tahu bahwa Inovasi dapat menjadi kacau. Kita juga mempunyai banyak contoh mengenai hal tersebut, namun inovasi yang dirancang dan diimplementasikan melalui penelitian yang baik telah menjadi jawaban terhadap banyak permasalahan dan juga membuka banyak peluang. banyak peluang kenapa aku begitu peduli dengan hal ini sejak pertama kali aku memakai masker snorkeling dan mengintip ke bawah permukaan air aku sangat menyukai lautan 

Saya juga benar-benar terpesona oleh kekuatan dan luasnya laut. Saya menghabiskan paruh pertama karir saya di Industri Bioteknologi menggunakan Inovasi untuk mengatasi tantangan brutal terhadap kesehatan manusia dan itu sangat bermanfaat, namun saya selalu kembali ke laut. dan ketika berumur 30an saya mengunjungi Laut Baltik dan tidak diperkenankan melewati garis air pasang karena lautan telah menjadi korban pencemaran logam berat

Aku menyadari bahwa apa yang kucintai berada di bawah ancaman. Sejujurnya aku patah hati karena diliputi kesedihan karena ketidakpercayaan dan pada akhirnya aku menjadi marah karena pertanyaannya adalah apa yang harus kulakukan dan sejujurnya butuh waktu terlalu lama bagiku untuk menyadari bahwa waktu adalah hal yang paling penting di sini. namun saya tidak melanjutkan dengan poin penting yang ada di sini yaitu bahwa lautan bukan sekedar korban, lautan adalah sebuah Harta Karun yang tangguh yang berisi peluang dan nilai, lautan bukan hanya penyerap karbon atau pengubah iklim, lautan adalah sumber protein, merupakan mesin ekonomi dan merupakan penggerak ekonomi. gudang Terapi dan reagen yang belum ditemukan dan melihat Inovasi sebagai kunci untuk Menyembuhkan lautan dan memungkinkan kita menggunakan sumber daya laut secara berkelanjutan adalah hal penting yang harus kita ingat dan inilah saatnya untuk Blue Tech Innovation. Hal ini disebabkan setidaknya oleh dua alasan, pertama, jendela dampak semakin tertutup Izinkan saya mengatakan bahwa jendela dampak semakin tertutup, semakin cepat dan semakin jauh lautan dan atmosfer berubah, semakin sulit untuk membalikkan keadaan tersebut dan semakin sulit pula untuk membalikkan keadaan. bumi untuk beradaptasi, peluangnya sangat besar dan dapat diinvestasikan saat ini

Teknologi siap untuk mentransformasi industri terkait kelautan. Tekanan peraturan semakin meningkat dan ekonomi, bukan hanya peraturan dalam ESG yang mendorong perubahan dan penerapan Blue Tech saat ini seperti bioteknologi pada tahun 1970an dan relevan. Inovasi ada di mana-mana, baik di laboratorium di halaman belakang rumah kita maupun di seluruh dunia hal ini terjadi pada industri yang berdekatan dimana teknologi telah dikembangkan dan dalam banyak kasus sebagian besar tidak ada risikonya dan hal ini merupakan model bisnis baru. Izinkan saya memberikan beberapa contoh dalam bidang pelayaran yang diperkirakan perlu mengeluarkan satu triliun dolar untuk memenuhi kebutuhan internasional. 

Tujuan dekarbonisasi organisasi maritim pada tahun 2050 kita melihat inovasi luar biasa dalam digitalisasi untuk efisiensi dan sumber energi alternatif dalam budidaya perikanan kita melihat sensor dan robot dan AI juga mendorong peningkatan ekonomi dalam energi terbarukan dan saya akan berbicara secara khusus tentang angin lepas pantai yang diharapkan akan menjadi pasar satu triliun dolar pada tahun 2040 kita melihat rantai pasokan baru

Inovasi dan teknologi baru yang memfasilitasi instalasi dan juga akan memfasilitasi operasi jangka panjang dalam ketahanan pesisir dimana perubahan iklim diperkirakan akan mendorong biaya tahunan sebesar satu triliun dolar pada tahun 2050. kita melihat bahan-bahan bio menarik baru yang dapat menopang pembangunan wilayah pesisir. Alih-alih mengurangi lahan basah karena penghindaran plastik, kita melihat biomaterial yang dapat terbiodegradasi dan juga model bisnis baru yang dapat mendukung perekonomian yang benar-benar sirkular dan karbon biru di mana pasar kredit karbon diperkirakan akan mencapai 50 miliar dolar pada tahun 2050, semua angka ini agak bulat tetapi kita melihat alat dan metodologi yang terus berkembang untuk mengukur penyerapan dan sekuestrasi karbon guna mendukung pasar kredit karbon biru yang sah, jadi apa masalahnya menurut pendapat saya, ini adalah masalah kesadaran, pola pikir, dan tekad, kita belum berkomitmen untuk memperbaiki masalah ini dan mengejar tujuan tersebut. peluang startup di ekonomi biru sedang sekarat karena kurangnya program peningkatan kapasitas karena kurangnya pendampingan ekosistem inovasi yang matang dan akses terhadap sumber daya manusia Industri dan yang paling penting adalah Modal Finansial yang harus kita perbaiki dan dana sudah tersedia, kita hanya perlu menerapkannya, kita harus menciptakan lingkungan di mana Pikiran terbaik dan tercerdas memilih untuk memecahkan masalah terbesar di zaman kita daripada mencari solusinya.

Saya tidak akan mengatakan HubSpot Facebook atau Wall Street misalnya dan cara kita mencapai hal ini adalah dengan memberikan keyakinan kepada orang-orang ini bahwa mereka akan dapat mengakses sumber daya yang mereka perlukan untuk menjadi sukses. Ini adalah sumber daya untuk mengkatalisasi pembangunan dan untuk berinvestasi izinkan saya menjelaskan sedikit lebih banyak tentang apa yang saya maksud ketika saya mengucapkan setiap kata ini sebagai katalisator 

Kita membutuhkan ekosistem Regional Blue Tech yang terhubung dengan upaya dan Fasilitas lain di seluruh negeri dan di seluruh dunia. Ekosistem yang menyatukan para Pendiri ilmiah dengan Pemimpin Bisnis yang berpengalaman dan memberikan peluang untuk berkolaborasi dan berjejaring. Apa yang saya maksud dengan membangun adalah kita membutuhkan akselerator inkubator dan Studio Ventura yang mendukung para Pendiri saat mereka menguji produk Kesesuaian pasar mengembangkan model bisnis yang layak dan membangun tim mereka. Kita memerlukan program yang memfasilitasi uji coba dan memperkenalkan perusahaan rintisan ke Industri dan pemerintah di mana mereka dapat menemukan pelanggan dan mitra dan untuk berinvestasi kita memerlukan dana yayasan kantor keluarga perorangan dan Industri untuk mengerahkan modal dan keahlian mereka, semua ini penting bagi perusahaan untuk meningkatkan dampak dan keuntungan finansial dan Trifecta sumber daya ini mulai berkembang, namun kita membutuhkan lebih banyak sumber daya dan kita membutuhkannya saat ini sehingga menjadikan gerakan yang sedang berkembang ini hanya sebagai sebuah upaya. sedikit lebih nyata dan memberi Anda gambaran tentang berbagai peluang

Yang saya bicarakan Saya ingin berbagi dengan Anda beberapa perusahaan yang mewakili ratusan perusahaan lain yang juga berupaya memberikan dampak positif terhadap lautan dan juga keuntungan bagi investor. Saya ingin berbicara tentang biofin. Biofin ada di titik persimpangan dari Biotech dan blue Tech mereka menggunakan teknologi nanoenkapsulasi untuk melindungi elemen pakan ikan yang paling berharga dan dalam banyak kasus paling tidak stabil dan untuk memastikan penyerapan optimal dalam usus ikan. Anda mungkin bertanya mengapa hal ini penting, lebih hemat biaya, lebih sedikit limbah, dan ikan lebih sehat bila ketika oceanium melakukan biorefining rumput laut untuk mengembangkan produk yang dapat digunakan dalam nutraceuticals Farmasi makanan manusia ternak dan bahan baru untuk pengemasan dan dalam prosesnya mereka mendorong lebih banyak budidaya rumput laut dengan segala manfaatnya bagi lingkungan dan masyarakat dan Vinci adalah menggunakan realitas virtual untuk memberikan akses yang adil terhadap pekerjaan dan pelatihan dalam ekonomi biru dan seterusnya, sekali lagi win win win, masing-masing perusahaan ini dan ratusan perusahaan lain yang serupa akan mendapatkan manfaat dari memiliki akses terhadap keahlian dan pengalaman di ruangan ini dan masing-masing perusahaan. Perusahaan-perusahaan ini dan ratusan perusahaan lain yang sejenis membutuhkan modal untuk tumbuh dan memberikan dampak dalam skala besar 

jadi saya harap saya membuat Anda penasaran apakah Anda seorang pemula, Pembangun perusahaan atau investor jika Anda ingin mempelajari lebih lanjut silakan hubungi jika Anda ingin terlibat menyelami saat ini ancamannya nyata tetapi peluangnya hampir tak terbatas dan tidak peduli dari mana Anda berasal dan apa yang Anda hadirkan, Anda dapat membuat perbedaan, terima kasih

Thursday, August 8, 2024

Gambaran Umum Circular Economy : Bab 2.5

NEGERI ATLANTIS

Cerita kuno tentang negeri Atlantis bisa terulang. Kisah ini telah memukau selama ribuan tahun. Semula adalah Plato yang bercerita mengenai sebuah kebudayaan yang telah tenggelam tersebut, yang kemungkinan berada di sebuah kepulauan kecil di Laut Tengah.

Dan jika tidak mampu menghentikan emisi gas rumah kaca, maka diperkirakan pada tahun 2100, akan ada sebanyak 5% penduduk dunia akan kebanjiran setiap tahun. Permukaan laut akan mengalami kenaikan mencapai 1,2 meter bahkan pada akhir abad ini dapat mencapai 2,4 meter.

Skenario terburuk, jika terjadi kenaikan suhu 2 derajat Celcius maka dapat menyebabkan kenaikan permukaan laut setinggi 6 meter. Hal ini akan menyebabkan Bumi kehilangan luas sebesar 1 juta kilometer persegi daratan. Daratan seluas itu setara dengan tempat hidup 375 juta orang.

Yang cukup miris adalah di Asia banyak kota besar yang berada di dekat permukaan laut, diantaranya Shanghai, Hong Kong, Mumbai dan Kolkata.

Termasuk Jakarta. Terlebih Jakarta merupakan kota yang tumbuh paling cepat di dunia, hari ini penduduk di Jakarta adalah 10 juta jiwa. Dan akhir-akhir ini kota tersebut berulang kali mengalami banjir dan penurunan tanah, sehingga diperkirakan Jakarta akan tenggelam pada tahun 2050. 

Untuk bencana banjir sendiri, Dewan Penasihat Sains Akademi Eropa mengatakan bahwa sejak tahun 1980 banjir yang terjadi sudah berlipat empat, dan berlipat ganda sejak tahun 2004.

Belum lagi akibat pemanasan global dan perubahan iklim, dalam 10 tahun terakhir laju pelelehan es di Antartika berlipat tiga. Pada tahun 1992 sampai 1997, lapisan es di Antartika telah kehilangan 49 miliar ton es setiap tahun.

Pada tahun 2012 sampai 2017, lapisan es di Antartika telah kehilangan 219 milyar ton es setiap tahun.

Di bulan Juli 2021 lalu, dalam pidato Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden disebutkan bahaya pemanasan global dan perubahan iklim. Dimana dampak pemanasan global bisa mencairkan es di kutub dan menaikkan permukaan air laut.  Permukaan laut naik 0,7 meter saja akan menjadi bencana yang serius.

Dalam pidatonya tersebut, Joe Biden juga menyebutkan prediksi tenggelamnya ibu kota Indonesia, Jakarta, akan tenggelam dalam kurun waktu 10 tahun lagi.

Beberapa ahli juga memprediksi Jakarta bakal tenggelam pelan-pelan, termasuk dalam tulisan berjudul "Jakarta, the fastest-sinking city in the world" dalam media BBC yang menulis bahwa Jakarta akan tenggelam pada tahun 2050. Jakarta berpotensi tenggelam berdasarkan hasil penelitian terhadap penurunan tanah di Jakarta selama 20 tahun. 

Hal ini dikarenakan oleh tanah yang memadat menjadi daratan namun belum mengeras kemudian didirikan bangunan di atasnya. Faktor lainnya adalah karena eksploitasi air tanah yang berlebihan.

Namun sebenarnya tidak hanya kota Jakarta, kota lain juga berisiko bahkan lebih parah misalnya kota Pekalongan, Semarang, dan Demak. Bahkan menurut Kepala Laboratorium Geodesi Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian ITB Heri Andreas terdapat 112 daerah kabupaten dan kota di Indonesia yang berpotensi untuk tergenang.

Untuk di Jakarta sendiri, misalnya di Kampung Teko atau sekarang dikenal dengan sebutan Kampung Apung berada di Kelurahan Kapuk, Cengkareng, Jakarta Barat. Hal ini dikarenakan kawasan seluas 3 hektar ini sekarang berada di atas air serasa mengapung. Di sini tanah turun 15 cm setiap tahun sehingga rumah dibangun diatas air. Bahkan Pemakaman Umum Kapuk sekarang menjadi Danau. Seorang warga mengatakan bahwa dia sudah meninggikan lantai rumahnya sebanyak 3x.

Begitu juga halnya dengan nasib Masjid Wal Adhuna. Masjid ini di tahun 2001 masih digunakan untuk sholat. Namun sekarang hampir 12 tahun lamanya Masjid yang berada di kawasan Muara Baru, Penjaringan, Jakarta Utara tergenang di pesisir Jakarta. 

Saat masjid mulai terendam dan pasca banjir rob, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta langsung membangun tanggul di belakang bangunan masjid dengan tinggi kurang lebih lima meter di sana. Permukaan tanah Jakarta yang terus menurun, serta air laut yang terjebak antara tanggul lama dan tanggul baru akhirnya merendam masjid itu hingga saat ini. 

Kampung apung dan Masjid Wal Adhuna menjadi saksi bisu semakin turunnya permukaan tanah di Jakarta. Pesisir Jakarta menjadi pertanda pelan-pelan Jakarta akan tenggelam, salah satunya karena penurunan permukaan tanah.

Sejak dipantau tahun 1997 tanah di Jakarta mulai terendam, 10 tahun kemudian yaitu pada tahun 2007 penurunan tanah semakin meluas, bahkan bisa sampai dekat istana negara.

Tahun 2021 ini sudah terendam 10%, Diprediksi tahun 2050 Jakarta akan tenggelam, dengan hampir separuh (50%) wilayahnya akan terendam air, sehingga bibir pantai akan sampai di dekat Istana Negara.

Berdasarkan peta di Jakarta tahun 1972 area tutupan lahan sebagai area hijau menandakan Jakarta masih dipenuhi oleh pepohonan. 20 tahun kemudian atau pada tepatnya pada tahun 1993, area hijau terus berkurang, terlebih di tahun 2005 sangat berkurang banyak.

Jika dikaitkan dengan land cover karena ada proses urbanisasi yang masif sehingga penduduk menjadi bertambah banyak, dan konsumsi air tanah juga semakin banyak.

Sehingga masalah urbanisasi berbanding lurus dengan penurunan tanah karena tidak diimbangi dengan kebutuhan air. Dimana berdasarkan data pipa air akses pipa air di Jakarta pada tahun 1950 masih 12%, dan di tahun 2019 baru 57%. Artinya banyak warga yang tidak memiliki akses air bersih kemudian menyedot air tanah untuk bertahan hidup.