Pages

Sunday, October 13, 2024

Gambaran Umum Circular Economy : Bab 3.2

Kelemahan dalam model Linear Economy


Sementara ekonomi linier telah sangat berhasil dalam menghasilkan kekayaan bagi negara-negara maju hingga abad ke-20, namun dampak yang ditimbulkannya telah menimbulkan berbagai masalah serius yang telah dibuktikan oleh para ekonom dan ilmuwan sebagai paradigma ekonomi yang tidak-berkelanjutan (unsustainable), terutama dampaknya terhadap aspek sosial dan lingkungan.

Para pakar di seluruh dunia telah memperingatkan para pengambil keputusan, industrialis, serta masyarakat umum tentang dampak dari ekonomi linear, terkait dengan pengelolaan sumber daya yang boros (bahan bakar fosil), bahan baku yang mulai berkurang, populasi dunia yang terus meningkat, serta pencemaran dan sampah yang dihasilkan dalam proses ekstraksi/pembudidayaan bahan baku dan/atau industri pengolahan.

Ekonomi Linear diatur oleh prinsip yang destruktif untuk menghasilkan lebih banyak produk dari sumber daya yang tersedia murah dengan rentang hidup yang pendek (untuk diproduksi lebih banyak lagi, tentu saja), suatu pendekatan dimana nasib produk setelah melampaui masa manfaatnya akan di buang ke tempat sampah dan dibakar. Dan ironisnya, skema pengelolaan sampah modern yang bertujuan untuk menghasilkan panas dan listrik dari pembakaran termasuk biogas dan kompos di tempat pembuangan sampah, secara konseptual terkait dengan model linier karena cenderung "mendorong" timbulan sampah dan alih-alih menghindarinya sejak dini.

Menurut Ellen MacArthur Foundation (EMF), permasalahan di dalam Ekonomi Linear ini berasal dari distribusi kekayaan yang tidak merata secara historis berdasarkan wilayah geografis. Karena konsumen yang membutuhkan sumber daya sebagian besar terkonsentrasi di negara maju (masyarakat barat), dan input material semakin banyak bersumber dari arena global, negara-negara industri mengalami kelimpahan sumber daya material dan energi. Dengan aransemen seperti ini, bahan baku menjadi terasa lebih murah dibandingkan dengan biaya tenaga kerja, sehingga para produsen termotivasi untuk mengadopsi model bisnis yang memanfaatkan penggunaan material secara ekstensif. Terlebih lagi, semakin banyak energi dan material yang dapat mereka manfaatkan untuk melengkapi sumber daya manusia, maka akan semakin banyak keunggulan kompetitif yang dapat mereka peroleh. Konsekuensi alami dari bahan yang murah adalah pengabaian untuk mendaur ulang (recycle), menggunakan kembali (reuse) yang dampaknya akan menghasilkan lebih banyak limbah.

EMF juga menyatakan bahwa berdasarkan data dari sumber profesional, harga komoditas telah mencapai titik yang kritis di tahun 1999 mengakibatkan biaya material yang sebelumnya menurun memperoleh momentum kenaikan yang tidak stabil. Kenaikan harga dan volatilitas yang tinggi dapat dikaitkan dengan meningkatnya permintaan yang mendorong output ke titik dalam kurva biaya di mana tambahan biaya produksi menjadi sangat mahal yang disertai dengan mulai menipisnya lokasi ekstraksi yang dapat diakses. Situasi ini secara paralel juga diikuti dengan meningkatnya persaingan, yang menghambat perusahaan untuk menaikkan harga kepada pelanggan mereka, yang pada akhirnya mengurangi keuntungan perusahaan serta menurunkan nilai total output ekonomi.

Sunday, October 6, 2024

Gambaran Umum Circular Economy : Bab 3.1

BAB 3

LINEAR ECONOMY

Peradaban di seluruh dunia telah mengalami perubahan yang sangat signifikan dalam beberapa abad terakhir ini. Sejak ditemukannya mesin uap oleh Thomas Avery di tahun 1684, peradaban manusia mengalami lompatan besar yang merubah sendi-sendi kehidupan. Penemuan tersebut menjadi tonggak awal lahirnya revolusi industri yang telah mentransformasi kemampuan kita untuk memproduksi berbagai macam jenis barang. Revolusi Industri telah mengubah manusia dalam menjalankan usaha, perekonomian, serta masyarakat. Pergeseran ini memiliki efek besar pada dunia dan terus membentuknya sampai dengan hari ini. Dan diikuti dengan pesatnya kemajuan teknologi yang terus berlanjut, inovasi yang dihasilkan membuat banyak orang kini memiliki akses ke produk dari seluruh dunia dengan harga yang relatif terjangkau. Produk-produk ini telah membawa kita pada tingkat kenyamanan yang tak terbayangkan oleh generasi sebelumnya.

Sebelum era industrialisasi, sebagian besar negara di dunia memiliki ekonomi yang didominasi oleh pertanian dan kerajinan tangan. Struktur sosial sebagian besar tetap tidak berubah sejak Abad Pertengahan. Pada saat itu, kebanyakan orang jarang bepergian ke luar desa kecil dan menengah tempat mereka tinggal. Orang pedesaan bekerja sebagai petani subsistem, yang berarti mereka bercocok tanam untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri serta keluarga mereka, bukan untuk dijual atau diperdagangkan. Dan ketika era industrialisasi dimulai, pekerjaan dan kehidupan keluarga di seluruh dunia berangsur-angsur mengalami perubahan.

Bahan baku serta energi yang dirasakan melimpah tanpa batas serta kaum pekerja yang tersedia, membuat peradaban manusia pertama kali dalam sejarah mampu untuk memproduksi barang dalam jumlah yang sangat besar. Produk-produk yang sebelumnya hanya dapat dimiliki oleh orang-orang kaya dan para raja dan bangsawan, tiba-tiba bisa tersedia dan terjangkau oleh semua kalangan. Dan istilah economy of scale mulai muncul, suatu istilah mengenai upaya untuk mengendalikan biaya dalam menghasilkan barang dengan memproduksi dalam skala yang besar.

Perekonomian berjalan seperti sungai, di mana apabila alirannya dihentikan maka banjir tidak bisa dihindari. Oleh karenanya, barang yang diproduksi harus segera bisa dijual. Namun demikian, disebabkan oleh mass production ini, perusahaan dihadapkan pada risiko akan munculnya stock yang berlebih dan tentunya juga harus dibarengi dengan serapan pasar yang besar agar produk tersebut dapat dibeli dan dikonsumsi oleh pasar.

Selain itu tidak semua barang-barang yang diproduksi tersebut dapat digunakan secara terus menerus. Ada produk yang hanya digunakan beberapa jam saja dalam sehari, atau bahkan sekali dalam seminggu, namun pembuatannya membutuhkan banyak sumber daya alam. Dan apabila telah mencapai akhir umur produk, maka produk tersebut akan dibuang ke tempat pembuangan sampah.

Inilah model ekonomi yang disebut dengan Linear Economy (LE), sebuah konsep ekonomi konvensional, di mana sumber daya alam di-ekstrak, diproses, dan ketika telah mencapai masa akhir produk akan dibuang ke tempat sampah.

Model Linear Economy secara tradisional adalah serangkaian proses yang dimulai dengan ekstraksi (take), membuat (make), memakai (use), dan membuang (dispose). Artinya bahan mentah dikumpulkan, kemudian diubah menjadi produk yang digunakan sampai akhirnya dibuang sebagai limbah. Nilai atau value diciptakan dalam sistem ekonomi ini dengan cara memproduksi serta menjual produk sebanyak-banyaknya.