Pages

Tuesday, January 23, 2024

Nikel atau Besi? (LFP Lithium Iron Phosphate Battery)

Nikel berperan penting dalam industri kendaraan listrik, karena nikel merupakan bahan baku utama pembuatan baterai kendaraan listrik. Hal ini juga mendukung transisi energi dari energi tenaga fosil ke energi hijau.

Hal ini bertujuan selain harga bahan fosil yang kian mahal, juga agar lebih ramah lingkungan demi kelestarian lingkungan. Sebab, kendaraan listrik tidak menghasilkan emisi gas buang dan mengurangi polusi udara.

Nikel dipadukan bersama kobalt dan mangan untuk memproduksi baterai lithium-ion, jenis baterai paling umum digunakan dalam motor maupun mobil listrik. Selain tahan karat, komposisi ini juga unggul dari sisi kepadatan serta harga yang lebih murah dari bahan baku lainnya.

Penggunaan nikel sebagai bahan baku baterai bukanlah hal baru. Produk baterai dari nikel antara lain baterai ponsel, kamera digital, laptop dan alat-alat kelistrikan lainnya. Seiring dengan kemajuan teknologi baterai, kini nikel banyak diburu untuk membuat baterai kendaraan berbasis listrik.

Penggunaan nikel ke depan diperkirakan akan meningkat signifikan seiring pertumbuhan kendaraan listrik di berbagai negara. Meski saat ini pangsa pasar kendaraan listrik masih kecil, ke depan tren kendaraan listrik diprediksi bakal tumbuh pesat.

Saat ini lebih dari dua pertiga pemanfaatan nikel sebagai bahan baku pembuatan baja tahan karat alias stainless steel. Kandungan nikel dalam pembuatan stainless steel mencapai 75 persen. Stainless steel yang terbuat dari nikel juga mudah dibentuk sehingga penggunaan stainless steel pun sangat luas.

Pemanfaatan nikel saat ini adalah:.

  • 69 persen stainless steel.
  • 11 persen baterai.
  • 7 persen paduan nonbesi.
  • 6 persen pelapis.
  • 3 persen paduan baja.
  • 2 persen pengecoran.
  • 2 persen lainnya.


Harga nikel global di seluruh dunia sudah turun kurang lebih 30 persen dalam 12 bulan terakhir, dan diprediksi tahun depan ada surplus stok nikel di dunia yang terbesar sepanjang sejarah. Jadi dengan begitu gencarnya pembangunan smelter di indonesia, kita membanjiri dunia dengan nikel, harga jatuh terjadi kondisi oversupply.

Namun ada opsi lain, formulasi bahan baterai yang tidak menggunakan nikel. Salah satu produsen mobil listrik terbesar di dunia, Tesla, kini katanya sudah tidak lagi menggunakan nikel sebagai bahan baku baterai lithium yang digunakan, tapi LFP. Khususnya, di pabrik yang basis produksinya di China

LFP (“lithium ferrophosphate”) atau Lithium Iron Phosphate Battery (LiFePO4), adalah jenis baterai isi ulang, khususnya baterai lithium-ion, yang digunakan sebagai bahan katodanya. 

Baterai LFP memiliki kepadatan energi yang agak rendah daripada oksida kobalt lithium (LiCoO2) yang lebih umum ditemukan di elektronik konsumen. Namun, Baterai LFP menawarkan masa pakai yang lebih lama, kepadatan tenaga yang lebih baik (tingkat energi yang dapat ditarik darinya), harganya yang lebih rendah, lebih bersahabat dengan lingkungan dan lebih aman karena tidak beracun. 

LFP memiliki banyak peranan dalam penggunaan kendaraan dan daya cadangan.

Bahan katoda dalam baterai LFP tidak berbahaya, dan karenanya tidak menimbulkan bahaya kesehatan atau bahaya lingkungan yang negatif. Karena oksigen terikat erat ke molekul, tidak ada bahaya baterai meletus menjadi api seperti yang ada pada Lithium-Ion.


Data Badan Energi Internasional (IEA) menunjukkan penggunaan LFP untuk mobil listrik memang hanya 27% pada 2022. Namun, cakupan penggunaan ini naik signifikan dari 7% pada 2018.

Sedangkan penggunaan nikel untuk komponen baterai mobil listrik pada 2022 masih sebesar 66%. Namun, cakupan baterai berkandungan nikel tinggi turun dari 78% pada 2022. Ini menunjukkan pangsa pasar LFP terus meningkat sementara baterai nikel tinggi tergerus.

IEA mencatat sekitar 95% LFP diproduksi Cina. Pabrikan mobil listrik asal negara yang sama, BYD, mendominasi penggunaan LFP hingga 50% dari total permintaan baterai tersebut. Sementara, Tesla berkontribusi sebesar 15% dari total permintaan.

Meski Tesla masih menggunakan nikel, penggunaan LFP Tesla meningkat dari 20% dari total mobil yang diproduksi pada 2021 menjadi 30% pada 2022.


Baterai mobil listrik lithium ferro phosphate atau LFP berbahan baku besi dan litium yang tak lagi menggunakan nikel sebagai komponen utama. Pabrikan mobil listrik bahkan yang telah beredar di Indonesia seperti Wuling Air Ev dan Binguo EV, termasuk tiga modeal BYD Atto, Seal maupun Dolphin menggunakan teknologi baterai tersebut.

Mobil listrik milik Wuling seperti Air EV dan Binguo EV memilih penggunaan Lithium Ferro-Phosphate (LFP) untuk pasar Indonesia. Jenis ini disebut memiliki keunggulan dari jangka pakai panjang, hingga daya tahan terhadap suhu tinggi.

Wuling Binguo EV varian long range yang memiliki jarak tempuh 333 km memiliki kapasitas baterai 31,9 kWh, sedangkan versi premium range atau 410 km berkapasitas 37,9 kWh.

Sementara untuk Air EV standard range dan lite dengan jarak tempuh 200 km memiliki kapasitas baterai 17,3 kWh, sedangkan long range berkapasitas 26,7 kWh yang mampu melaju sampai 300 km.


Sumber :

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20230712132850-85-972548/industri-baterai-kendaraan-listrik-dipacu-nikel-diburu.

https://www.viva.co.id/berita/bisnis/1679815-pernyataan-lengkap-thomas-lembong-soal-lfp-yang-buat-gibran-tanya-apakah-cak-imin-anti-nikel?page=3

https://ciptakaryaenergi.co.id/product/battery-lithium-lifepo4/

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2024/01/21/cek-data-mana-baterai-mobil-listrik-lebih-populer-baterai-nikel-atau-lfp-yang-disinggung-gibran

https://m.bisnis.com/amp/read/20240122/46/1734230/baterai-lfp-tanpa-nikel-digunakan-wuling-byd-dan-tesla

No comments:

Post a Comment