Jalal : Reputasi Perusahaan Berasal dari Kegiatan CSR
Sejak tahun 2006 ada sebuah studi yang menjelaskan bahwa ada tiga komponen utama yang dapat menunjang reputasi perusahaan, ketiga komponen tersebut adalah kinerja finansial, sosial dan lingkungan. Kinerja sosial dan kinerja lingkungan jelas itu datangnya dari CSR dan kinerja finansial itu juga jelas sekali ditunjang oleh CSR. Demikian dijelaskan oleh Jalal, Chairperson of Advisory Board – Social Investment Indonesia saat membawakan sesinya yang berjudul CSR and Corporate Reputation di acar Seminar The 9th Real CSR Seminar dengan tema Peran dan Tantangan CSR dalam Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat pada Rabu (31/10) di Hotel Aryaduta Jakarta.
“Jadi sebetulnya reputasi perusahaan itu enggak dari mana-mana asalnya melainkan dari CSR, kinerjanya, perilakunya, dan komunikasinya. Kemudian banyak keuntungan yang bisa diperoleh perusahaan dalam CSR. Yaitu keuntungan operasional, keuntungan reputasional dan keuntungan finansial secara langsung,” demikian jelasnya.
Menurutnya ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam menghasilkan CSR yang mampu membangun reputasi perusahaan. Pertama adalah kinerja, ini kita itu harus melihat apa saja kinerja ekonomi, sosial maupun kinerja lingkungan yang akan ditingkatkan. Caranya dengan mulai membuat kebijakan yang benar, membuat strategi, prosedur. Kemudian dengan meningkatkan pengelolaan manajemennya, mulai dari perencanaan sampai monitoring dan evaluasi.
“Kemudian yang kedua adalah behaviour atau perilaku dan perilaku ini bukan cuma perilaku para petinggi perusahaan saja, tapi semuanya yang terlibat dalam organisasi. Bahkan studi yang saya lakukan banyak membuktikan bahwa perilaku kontraktornya perusahaan ternyata juga dianggap sebagai perilaku perusahaan. Jadi perusahaan itu harus menjaga betul akan hal itu,” terangnya.
Berikutnya adalah soal komunikasi untuk membangun reputasi juga sangat penting dan harus diingat pula bahwa komunikasi yang dilakukan harus mencerminkan perfomrnace dan behaviour itu tadi. Ini dilakukan secara tidak berlebihan ataupun denga pengurangan tertentu. Semua harus sesuai dengan fakta yang ada. Jadi nantinya tidak ada kegiatan CSR dari perusahaan-perusahaan yang sebetulnya jelek kinerjanya, tapi yang terus-menerus dikomunikasikan itu hanya kegiatan CSR saja misalnya, padahal yang dikomunikasikan seharusnya bukan hanya kegiatan tetapi juga kinerja.
“Kemudian yang paling akhir adalah bahwa semuanya itu harus otentik. Jadi kalau perusahaan itu tidak bisa menunjukkan bahwa sebetulnya perilaku kinerjanya itu memang benar setinggi itu atau ini kinerja katrolan, atau kebetulan perilaku kinerjanya tinggi. Nah, itu enggak otentik. Kemudian juga harus ada kejelasan apakah seluruh CSR ini motivasinya memang otentik, yaitu untuk keberlanjutan dan bermanfaat bagi stakeholders ataupun untuk perusahaan. Nah otentitas ini sekarang menjadi sangat penting dari keseluruhan dalam membangun reputasi perusahaan,” ungkapnya lebih jauh.
Sumber :
https://www.intipesan.com/jalal-reputasi-perusahaan-berasal-dari-kegiatan-csr/