Pages

Tuesday, August 25, 2020

Menjadikan Sampah sebagai Suatu Circular Economy

Aprilya Lestari: Menjemput Sampah Agar tak Jadi Dosa Jariyah


Dengan menjadikan sampah sebagai suatu circular economy, Indonesia bisa memperbaiki penanganan sampahnya.

Pada usianya yang masih muda, Aprilya Lestari (26 tahun) memiliki kepedulian akan lingkungan sekitar. Tanpa takut merasa kotor, dia memilih bergelut untuk mengelola sampah lewat sebuah aplikasi berbasis lingkungan bernama IGoGreen.

Bersama dua sahabatnya, April-begitu dia akrab disapa-mendirikan aplikasi tersebut sejak September 2018.

IGoGreen mampu menggaet 25 bank sampah di wilayah Palembang, Sumatra Selatan, untuk kemudian dikumpulkan agar dapat dike lola oleh pihak-pihak tertentu.

Bagi orang yang belum paham pasti sulit membayangkan bagaimana bisa sampah ini bisa menghasilkan nilai ekonomi? Maka, kita mau meng arahkan masyarakat pada circular economydari sampah, kata April saat dihubungi Republika, Rabu (17/6).

Pemikiran April memang jauh ke depan bagi orang-orang seusianya. Hal itu terbukti dari kisah bagaimana dia akhirnya mulai tergerak un tuk menciptakan aplikasi berbasis lingkungan itu atas dasar panggilan jiwa. Indonesia didapuk dunia sebagai negara dengan penyumbang sampah terbesar kedua di dunia ke laut setelah Cina. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), total sampah di Indonesia mencapai 68 juta ton pada 2019. Sementara, untuk sampah plastik mencapai 9,52 juta ton atau sekitar 14 persen dari total sampah yang ada.

Dengan fakta tersebut, April mengaku geram. Meski demikian, dia tidak berhenti pada ke marahan. Dia pun berpikir keras untuk tidak membiarkan sampah-sampah tersebut berakhir di lautan. Menurut dia, semua elemen masyarakat di Indonesia harus saling bahu-membahu untuk memperbaiki keadaan. Jangan sampai, sam pah-sampah itu menjadi dosa jariyah kita,kata April.

Dia menjelaskan, masing-masing individu dan sektor usaha memiliki peran sentral dalam upaya penanggulangan sampah di Indonesia.Mulai masyarakat, pemerintah, hingga generasi-generasi muda yang berjiwa kreatif dan inovatif.

Menurut dia, dengan menjadikan sampah sebagai suatu circular economy, Indonesia bisa memperbaiki penanganan sampahnya. Namun demikian, pengelolaan sampah yang baik pun harus dibudayakan dari level rumah tangga, lingkungan sekitar, hingga instansi, dan sampai pada tahap nasional--negara.

Jika pengelolaan sampah ini sudah berjalan dengan baik dan benar di seluruh elemen tadi maka dengan sendirinya circular economyitu bisa berjalan dengan maksimal, ungkap dia.

Sebagaimana diketahui, IGoGreen merupakan aplikasi yang berbasis lingkungan. Masyarakat diajak untuk memperhatikan sampah dan meng klasifikasikannya, khususnya sampah- sam pah anorganik agar memiliki nilai ekonomis. Sampah dijemput oleh mitra-mitra IGoGreen oleh masyarakat dapat ditukarkan menjadi uang dengan harapan dapat mengurangi polusi sampah rumah tangga.

photoAprilya Lestari, Menjemput Sampah Agar tak Jadi Dosa Jariyah - (Republika)
Adapun sistem kerjanya, yakni penghasil sampah bisa mengorder sampah melalui aplikasi IGoGreen. Nantinya, sampah tersebut akan dijemput ke lokasi. Petugas penjemput akan lang sung menimbang dan melakukan pembayaran terhadap jumlah sampah yang dikumpulkan untuk dijual tersebut.

Dalam aplikasi itu, para pengguna disajikan pilihan harga dan jenis sampah. Sedikitnya, terdapat 14 jenis sampah yang telah diberikan label harga dan klasifikasinya mulai dari botol plastik, kardus, hingga kaleng. Atas aksinya tersebut, April menjadi salah satu anak bangsa yang mewakili Indonesia dalam ajang Indonesia Delegation of the Global Enggagement Summit 2019 di Amerika Serikat. Aplikasi yang diciptakannya mendapat sambutan dan apresiasi yang hangat dari lingkup global.

Permasalahan dan pengelolaan sampah antara Indonesia dengan negara-negara maju pun sangat berbeda. April menjelaskan bagaima na budaya mengelola sampah serta perlakuan masyarakat akan sampah di dua kultur negara-negara yang berkembang dengan negara maju berbeda. Kalau di Eropa kanmalah, orang yang minta sampahnya dijemput kan malah mereka yang bayar. Kalau sampah mereka ketika dijemput itu nggakterpilah maka besok-besok sampah mereka nggakakan dijemput lagi, kata dia.

Dia berharap, pengelolaan sampah di Indonesia dapat menemukan titik terang mengingat anggaran yang dikucurkan pemerintah tidaklah sedikit. Di sisi lain, dengan hadirnya IGoGreen di tengah-tengah masyarakat dia pun berupaya menjadikan derajat pekerjaan pemulung menjadi lebih naik kelas. Kami ingin para pemulung yang mengumpulkan sampah ini derajatnya naik. Pekerjaan yang dianggap informal ini kami upayakan untuk bisa naik kelas menjadi profesi yang bernilai dan menghasilkan bagi pemulungnya, jelas dia.


Sumber :
https://www.republika.id/posts/7719/aprilya-lestari-menjemput-sampah-agar-tak-jadi-dosa-jariyah

No comments:

Post a Comment