Friday, June 5, 2020
Linier Economy vs Circular Economy
Indonesia memiliki segudang permasalahan lingkungan yang terus-menerus menghantui pembangunan kita, salah satunya soal sampah. Model linear economy yang bersifat take – make – dispose yang kita anut sejak beberapa dekade terakhir telah menampakkan konsekuensi yang tidak menyenangkan saat ini. Beberapa tahun terakhir, para peneliti lingkungan dan ekonomi memandang konsep ini sudah tidak sesuai dan harus mulai ditinggalkan serta beralih ke konsep lain.
Pada 2017, the British Standards Institution (BSI) meluncurkan framework Circular Economy yang pertama yaitu BS 8001:2017 yang digunakan oleh berbagai organisasi. Selanjutnya pada 2018, World Economic Forum, World Resources Institute dan lebih dari 40 partner meluncurkan Platform for Accelerating the Circular Economy (PACE). 3 Fokus utamanya yaitu mengembangkan model keuangan campuran untuk proyek-proyek circular economy, terutama di negara-negara berkembang; menciptakan kerangka kerja serta kebijakan untuk mengatasi hambatan spesifik untuk memajukan circular economy; dan mempromosikan kemitraan publik dan swasta untuk tujuan ini.
Indonesia sendiri telah menerapkan prinsip circular economy, ditandai dengan telah diselenggarakannya Indonesia Circular Economy Forum yang ketiga kalinya pada November 2019 di Jakarta. Keberhasilan penerapan konsep circular economy dapat membantu pembuatan produk dan layanan menggunakan inovasi yang membantu memaksimalkan efisiensi penggunaan sumber daya. Hal ini secara efektif diharapkan akan meningkatkan daya saing, yang dapat membawa peluang pertumbuhan di tingkat global, senilai USD 4,5 triliun pada tahun 2030 (sumber: CEO Guide to the Circular Economy, WBCSD).
Selain itu, circular economy juga dapat membantu mengurangi emisi karbon, yang akan meningkatkan kondisi kehidupan di seluruh dunia dan mewujudkan Kesepakatan Paris serta Tujuan Pembangunan Berkelanjutan PBB. Dalam circular economy, tidak ada lagi sampah. Perbedaan utama linear economy dengan circular economy dapat dilihat pada diagram di atas.
Toronto, bermitra dengan Enbridge Gas Inc, merupakan salah satu kota yang berhasil menerapkan konsep circular economy dan mendukung program kota Toronto yaitu Long Term Waste Management Strategy, dengan mengubah sampah organik bekas makanan menjadi renewable natural gas (RNG) dan menggunakannya untuk kendaraan truk. Dilansir CBC News, dengan inovasinya dalam proyek RNG, kota ini dikenal secara internasional dan mendapatkan “Energy Vision Leadership Award”.
Inovasi apa yang akan dilakukan Indonesia?
Sumber :
https://www.pertamina.com/id/news-room/market-insight/circular-economy
Labels:
Concept
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment